SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Langkah pria tua berpeci dan bersendal jepit itu berhenti. Ia duduk sebentar di kursi panjang melepas penat.
Di sampingnya teronggok alat timbang badan dan sfigmomanometer pengukur tekanan darah. Pria yang sebagian kepalanya bertabur warna putih itu adalah Mulyono (56) memang bekerja sebagai penjual jasa timbang badan.
Selain itu, dia juga menjual jasa mengukur tekanan darah orang-orang yang membutuhkan jasanya.
Pak Mul, sapaan akrab pria tersebut merupakan warga asli dari Desa Pondok, Nguter, Sukoharjo. Sampai di usia tersebut, perjuagan Pak Mul untuk menafkahi keluarga terbilang tidak ringan.
Bagaimana tidak, setiap hari dia harus meninggalkan rumahnya, keliling ke kota lain untuk menawarkan jasanya.
Pak Mul menawarkan cukup murah untuk jasa mengukur tekanan darah dan berat badan konsumennya.
Orang yang menimbang badan atau mengukur tekanan darah dengan alatnya, hanya dikutip sekitar Rp 2.000 saja.
Pekerjaanya mungkin tak terbilang berat dan rumit. Namun jalan yang harus ia tempuh lumayan butuh tenaga dan kesabaran.
“Sing penting dipun tlateni (yang penting dijalani dengan setia-red),” ujar Pak Mul saat bincang-bincang dengan Joglosemarnews.
Berkat ketekunannya, tanpa terasa Pak Mul sudah menjalani profesi yang jarang dilirik orang tersebut selama 19 tahun sekarang ini.
Dulunya, kisah Pak Mul, dia adalah seorang buruh tani. Sebagai buruh tani, penghasilannya tidak menentu. Karena itu, dia mulai melirik peluang lain untuk mencari nafkah.
Entah bagaimana mulanya, ide jasa ukur berat badan dan tekanan darah itu mampir di kepalanya.
Setiap hari, Pak Mul berangkat dari rumahnya di Nguter, Sukoharjo pukul 08.30 WIB. Dia harus menggenjot pedal sepeda bututnya sampai di terminal Gemblegan, Solo.
Di Terminal itu, Pak Mul menitipkan sepedanya, lalu mulai menentukan, bus mana yang akan dia naiki.
Dalam menawarkan jasanya, Pak Mul memilih untuk selali berganti-ganti kota setiap harinya. Setelah capai berkeliling jalan kaki, dan waktu sudah menunjukkan pukul 16.00 WIB, waktunya dia untuk pulang.
Meski setiap hari berbeda kota, namun masih dalam lingkup Karesidenan Surakarta. Jika hari ini dia ke Solo, maka hari berikutnya ia akan berganti ke Klaten, Sragen dan seterusnya.
Setelah sampai kota tujuan, Pak Mul segera menelusuri setiap inci kota dengan berjalan kaki, sembari berharap ada yang menggunakan jasanya.
Di usianya yang sudah lanjut, semangat Pak Mul masih membara. Dan terbukti, setiap harinya Pak Mul selalu membawa rezeki saat pulang ke rumah.
Mungkin sikap ramahnya saat memberikan pelayanan kepada konsumen, membuat orang menjadi betah dan tak sungkan-sungkan merogoh kocek.
Hal itu diakui oleh pengguna jasa pak Mul, salah satunya Yani.
“Pak Mul orangnya ramah. Jasa yag ditawarkan pun murah. Meski usianya sudah lansia, semangat pak Mul itu patut diacungi jempol,” kata Yani kepada Joglosemarnews, Kamis(11/2/2021). Dinda Widyasworo Kusuma