
SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM –Innalilahi Wa Innailaihi Rojiun. Sosok ulama kharismatis, orator ulung juga sering menulis artikel di media massa, yang tak lain Ketua Umum Pimpinan Pusat Yayasan Majelis Tafsir Alquran (MTA) Al Ustaz Drs Ahmad Sukina wafat
Kamis dini hari (25/2/2021) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Moewardi Solo.
Jenazahnya yang masih berada di mobil, setelah disalatkan di halaman gedung Pusat Yayasan Majlis Tafsir Al Quran Jalan Ronggowarsito nomor 111 A Surakarta, kemudian dimakamkan ke Pemakaman Muslim Kaliboto, Mojogedang, Karanganyar.
Masih terngiang dengan perjumpaanku dengan beliau, saat aku mendapat musibah sakit, baik fisik maupun psikis. Diterima dengan ramah oleh Ustadz Sukina di kantornya yang luas dan sejuk Gedung MTA di kawasan pusat bisnis Solo, Jalan Ronggowarsito, Ngarsopura, Mangkunegaran, Solo.
Mengagumkan memang, di kawasan sentra bisnis, dulunya bangunan toko elektronik dibeli tunai oleh Yayasan Majelis Tafsir Al Quran. Dan pernah hal itu dibahas di radio MTA dengan nada humor oleh Ustadz Sukina. “Ya saya juga dengar, MTA organisasi nir laba keagamaan apa punya thuyul (makhluk jadian seperti bocah kecil yang dipercaya sebagian masyarakat Jawa pinter nyuri uang-Red). Saya hanya ketawa, biar penasaran..he.he..,” ujar Ustadz Sukina suatu waktu di radio MTA.
Menurut beberapa sumber penulis, MTA mendapat pemasukan selain dari iuran anggota juga donatur dari anggota MTA maupun simpatisan. Ada yang bercerita seorang pengusaha menginfakkan dana ratusan juta ke kas organisasi MTA.
Kembali ke laptop, saat aku curhat ke Ustad Sukina. Aku diwejang oleh beliau yang hafal ayat-ayat Al Quran, di dekat almari yang konon tersimpan berbagai jimat dan barang klenik dari para jawara di berbagai daerah Indonesia yang akhirnya disadarkan oleh Ustadz agar menjauhi hal yang termasuk dosa besar, musrik.
Beberapa hal diwejangkan dengan jelas oleh Ustadz Sukino. Alhamdulillah kulaksanakan dawuhnya Ustadz Sukino, membuat hidupku kemepyar padhang. Matur sembah nuwun Tadz. Panjenengan sampun maringi pepenget dumateng tiyang ingkang lali (ustadz sudah mengingatkan kepada manusia yang lupa).
Panjenengan sampun paring teken dumateng tiyang lumpuh. (Anda sudah memberi tongkat agar si lumpuh bisa berjalan). Panjenengan sampun paring pepadang dateng tiyang wuto (panjenengan sudah memberi cahaya bagi orang buta).
Perjumpaan pertama dengan Ustadz saat aku mendengarkan radio MTA dalam siaran radio itu berisi dakwah dengan tanya jawab antara Ustadz Sukina dengan jamaahnya yang tersebar di seluruh dunia. Selain melalui frekwensi radio juga dipancarkan menggunakan streaming internet, juga belakangan menggunanakan frekwensi televisi, yakni MTA televisi.
Yang unik Ustadz Sukina tidak menolak dikritik bahkan dibully. Seperti yang kudengar ada berita, sebut saja berita hoax, ada salah satu kyai di Jawa Timur yang mengatakan jamaah MTA di Sukoharjo dibolehkan oleh Ustadz Sukina untuk berjualan bahkan mengkonsumsi daging krensengan (maaf) anjing.
Aku yang kebetulan bergerak di bidang komunikasi, terkejut dengan sikap Ustadz Sukina. Biasanya kalau ada orang yang membully, tidak perlu disebarkan, bahkan ada istilah di jamp atau dihentikan suara atau dihapus tulisannya. Namun untuk kasus kyai M itu malah diperdengarkan di radio MTA, kyai M membully ust Sukina dan menebar berita bohong tentang jamaah MTA seolah-olah dihalalkan makan daging guk-guk.
Setelah itu Ustad Sukina ambil mikropon dan berkata ini lho para pendengar jamaah MTA, kok ada orang mengatakan ada jamaah MTA berjualan dan makan daging anjing. Orang itu juga tidak bertabayun, padahal alamat dan nomor telpon MTA jelas di Solo atau cabang-cabangnya di seluruh Indonesia, papar Ustad Sukina dengan nada sabar.
Aku yang menyimak dari awal membatin kok kebangetan to orang yg mengatakan di Sukoharjo yang aku kenal medannya, ada yg disebut halal mengkonsumsi daging guk. Apa nggak geger kalau ada fakta seperti itu.
Di radio MTA itu pula yang jamaahnya beragam dari pendidikan rendah hingga tinggi, muncul fenomena kondisi umat Islam di Indonesia khususnya di Solo Raya.
Saat dibuka forum dialog, ada penanya. Pak Ustadz Sukina, saya pekerjaan sehari-hari mengayuh becak. Saya mau tanya, kalau saya mengantarkan orang naik becak saya pergi ke gereja itu hukumnya pripun pak Ustadz. Pak Sukina , meski sempat tersenyum, mafhum dan berkata.
“Nggak apa-apa, justru dianjurkan tolong menolong sesama manusia. Termasuk kalau terjadi bencana, petugas SAR MTA yang terkenal sigap dikirim ke daerah bencana jangan membeda-bedakan agamanya, semua korban ya ditolong.”
Itu pesan Ustadz Sukina yang selalu kuingat. (Wadhuh aku menitik kan air mata terharu. Doa Alfathikah untuk ustadz Sukina).
Last bur not least, saya sebagai wartawan sempat bertanya kepada beberapa orang dekatnya.
Mengapa Ustadz Sukina tidak membangun pondok pesantren, namun memilih cara berdakwah dengan membuka cabang MTA di berbagai pelosok tanah air juga di luar negeri. Itu memang cara berdakwah Ustadz Sukina di cabang MTA telah disiapkan kader MTA yang pandai mentransfer segala ilmu MTA, tafsir tentang Al Quran dan Al Hadist.
Pun cara dakwah itu diperkuat dengan dakwah melalui ceramah ustadz Sukina melalui frekwensi radio, streaming internet dan televisi. Ternyata hasilnya efektif, jamaah MTA jumlahnya jutaan dari berbagai profesi berlokasi di dalam dan luar negeri.
—Oleh: Andjar HW, Wartawan dan penulis tinggal di Solo.—