SOLO JOGLOSEMARNEWS.COM – Masih ingat jajanan masa kecil satu ini? Sering diburu untuk menuntaskan rasa dahaga ketika terik matahari sedang panas-panasnya.
Dengan rasa santan yang khas, es potong satu ini masih menjadi primadona bagi orang-orang yang sedang bernostalgia jajanan masa kecil.
Tak banyak yang berubah dari wujud es potong ini dari waktu ke waktu. Stik es yang tetap menggunakan bambu atau lidi dan rasa santan yang kaya. Es potong tetap eksis dengan mempertahankan ciri khasnya.
Tidak sulit mencari penjual es potong di kota Solo. Katyo, penjual es potong di Pasar Gede Harjdonagoro ini, bahkan telah meneruskan tiga generasi penjual es potong keluarganya sejak 4 tahun yang lalu. Katyo memproduksi es potong dengan resep keluarga yang telah turun-temurun digunakan.
“Iya ini resep dari turun temurun. Saya generasi yang ke tiga,” ungkap Katyo kepada JOGLOSEMARNEWS Selasa (9/2/2021).
Ada berbagai macam varian rasa yang dijual oleh Katyo. Di antaranya rasa durian, kacang hijau, ketan hitam, coklat, nangka, stroberi, dan lain-lain.
Es Potong Djadoel ini hanya dijual Rp 3.000 per potongnya. Biasanya dalam sehari Katyo dapat menjual 30 batang, namun selama pandemi ia hanya dapat menjual 20 batang dengan penghasilan bersih Rp 70.000 – Rp 80.000.
Selain berlokasi di Pasar Gede Hardjonagoro, es potong buatan Katyo juga dijual di beberapa titik, salah satunya di Nusukan.
Para pembeli Katyo banyak didominasi oleh orang dewasa. Hal ini membuktikan Es Potong Djadoel buatannya masih eksis dan banyak peminat sampai jaman sekarang.
Meskipun banyak sekali jenis es milenial yang beredar di pasaran dengan bermacam jenis, bentuk, serta kombinasi rasa.
“Kalau ini kan original jadi banyaknya malah orang-orang dewasa yang beli,” ujar Katyo. Lulun Safira