YOGYAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Sekitar 300 jenazah di lahan pemakaman seluas 8,2 hektare di Dusun Bayen, Desa Purwomartani, Kabupaten Sleman bakal tergusur oleh proyek jalur tol Yogyakarta- Solo.
“Khusus lahan pemakaman itu sekitar 1.000 meter. Jenazahnya sekitar 300 sekian. Itu masih fleksibel, karena saat ini kami masih terus mendata,” ujar Kepala Dukuh Bayen, Budi Irso,
Budi mengakui, persoalan lahan pemakaman yang terdampak tol itu memang cukup berat, lantaran menurutnya tidak mudah untuk melakukan pendekatan kepada para ahli waris yang makam keluarganya terdampak tol.
Sekalipun beberapa perwakilan ahli waris sudah mendapat sosialisasi, Budi mengakui tidak mudah bagi ahli waris untuk bersedia memindahkan jenazah yang sudah ada di dalam kubur, ke tempat pemakaman yang baru.
Pasalnya, sebagai masyarakat yang memegang budaya Jawa, proses pemakaman jenazah memiliki nilai-nilai spiritual yang kuat.
“Jelas ini sangat sulit, karena kami ini kan masyarakat Jawa, jika harus memindahkan makam itu ya berat. Apalagi kalau itu makam keluarga,” tutur Budi.
Pihaknya berharap ke depan, proses pembebasan lahan pemakaman ini tidak menimbulkan persoalan yang panjang.
Apalagi hingga menimbulkan gesekan yang berakibat memecah belah masyarakat.
Ia meminta agar pemerintah DIY turut mengawal proses pemindahan jenazah yang sudah di dalam kubur tersebut ke tempat yang baru.
“Saya berharap pemerintah DIY turut andil supaya prosesnya berjalan lancar untuk ke depannya,” terang dia.
Sampai saat ini, Budi menjelaskan belum ada ahli waris yang merasa keberatan. Hal itu lantaran sosialisasi hanya sebatas perwakilan ahli waris saja.
“Masih perwakilannya saja, kalau semua anggota keluarga tahu, ya ini kan yang sulit,” pungkasnya.
Sementara itu, tim Satker PJBH Kementerian PUPR saat ini masih fokus melakukan pembayaran ganti untung bagi warga terdampak tol di beberapa dukuh di Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Sleman.
Akan tetapi, pihak Satker PJBH masih belum mempersiapkan proses ganti untung bagi ahli waris dari lahan pemakaman yang terdampak pembangunan tol tersebut.
Sementara itu, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Satker PJBH Kementerian PUPR, Totok Wijayanto mengakui, informasi seputar persoalan lahan makan yang tergusur proyek tol Solo-Yogyakarta itu sudah dia ketahui.
Namun demikian, luasan lahan pemakaman yang terdampak belum diketahui secara pasti oleh dirinya.
“Ada di dukuh Bayen. Luasannya berapa saya belum tahu pasti. Kalau DIY hanya di situ saja kok,” kata Totok saat dihubungi Tribunjogja.com, Selasa (16/3/2021).
Ia menambahkan, persiapan untuk inventarisasi lahan pemakaman di Dukuh Bayen belum dimulai.
Akan tetapi, dirinya menegaskan jika mekanisme ganti ruginya nanti akan melibatkan ahli waris atau pemilik makam yang terdampak.
“Mekanismenya sama, ya kami akan bayar uang pemindahannya saja,” ujarnya.
Untuk besaran uang ganti untung lahan pemakaman tersebut, dirinya belum memastikan lantaran lahan pemakaman di Dukuh Bayen tersebut termasuk tanah kasultanan atau Sultan Ground (SG).
Oleh karena itu, dirinya belum memastikan mekanisme yang diambil seperti apa untuk pelepasan lahan pemakaman tersebut.
“Tapi intinya kami tetap mengupayakan jika harus diminta untuk mencari lahan pengganti. Ya nunggu dari pemerintah DIY dulu, karena itu kan Sultan ground,” ungkap Totok.
Sementara itu, Lurah Purwomartani, Semiono menanggapi dari total tujuh padukuhan di Purwomartani yang terdampak pembangunan tol, hanya Dukuh Bayen saja yang lahan pemakamannya masuk ke dalam desain perencanaan trase tol Yogyakarta-Solo.
Dirinya menjelaskan, saat ini pihak pemerintah desa belum melakukan koordinasi dengan kepala Dukuh Bayen terkait mekanisme penggantian lahan pemakaman tersebut.
“Memang ada lahan pemakaman yang terdampak. Itu di Dukuh Bayen, tapi saya kurang hafal luasannya. Soalnya belum koordinasi dengan pak dukuhnya,” jelasnya.
Namun demikian, Semiono mengetahui jika lahan tersebut merupakan tanah kasultanan atau SG.