SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Anggota DPR RI dari Fraksi PKB, Luluk Nur Hamidah mendesak Kementerian Pertanian untuk terjun ke Sragen melakukan investigasi terkait anjloknya harga gabah musim panen raya ini yang dinilai tidak wajar.
Selain itu, ia juga meminta pemerintah melalui Badan Urusan Logistik (Bulog) dan perangkatnya sesegera mungkin terjun untuk menyerap gabah petani demi menyelamatkan nasib petani Sragen dari rendahnya harga di tangan tengkulak.
Hal itu disampaikan Luluk menyikapi keluhan petani di berbagai wilayah di Sragen yang menjerit lantaran harga tebasan gabah saat ini hancur drastis hampir 60 persen dari harga normal.
Legislator asal Dapil Jateng IV (Sragen, Karanganyar, Wonogiri) itu menyatakan pemerintah harus segera mengambil langkah tegas dan cepat terkait problem merosotnya harga gabah panen raya di Sragen.
Menurutnya, dalam hal ini Kementerian Pertanian harus terjun langsung melakukan investigasi ke lapangan untuk mengecek situasi yang terjadi di Sragen.
“Yang pertama kita lihat apakah kondisi penurunan harga ini kondisi yang wajar atau kondisi yang tidak wajar. Misalnya harga beras ternyata tetap stabil tidak ikut turun, artinya antara hulu dan hilir kan terjadi kesenjangan harga yang jauh. Ini harus diusut dan segera,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Senin (1/3/2021).
Yang kedua, Luluk meminta Bulog juga harus segera ditugaskan untuk menyerap gabah petani. Dalam situasi seperti ini, ia memandang kehadiran Bulog sangat dibutuhkan sekaligus juga mengingatkan pentingnya keberadaan Bulog sebagai lembaga yang mendapatkan penugasan khusus untuk stabilisasi harga gabah.
Berikutnya, ia juga minta segera ada koordinasi baik pemerintah pusat dalam hal ini kementerian pertanian dengan dinas pertanian baik di provinsi atau kabupaten. Koordinasi diperlukan untuk menentukan langkah-langkah yang diperlukan agar jatuhnya harga gabah ini bisa sesegera mungkin diatasi.
“Petani harus bisa mendapatkan harga yang normal sebagaimana biasanya. Perlindungan pada petani itu juga termasuk perlindungan harga pasca panen. Negara harus hadir agar posisi petani tidak selalu lemah saat panen. Karena petani tidak punya kemampuan menentukan harga sendiri. Kelembagaan petani yang lemah dan keberpihakan pemerintah yang kecil bisa menjadi pintu masuk bagi para mafia pangan,” terangnya.
Lebih lanjut, Luluk berharap investigasi dilakukan secara berjenjang dari hulu ke hilir yang bersentuhan dengan distribusi gabah maupun beras. Mulai dari penebas, tengkulak, pemilik usaha penggilingan padi, pengusaha beras hingga distributornya.
Ia meminta jika memang ada unsur kesengajaan mafia-mafia yang memainkan harga hingga anjlok tidak wajar, ia meminta pemerintah berani mengambil tindakan tegas.
“Kalau memang ada unsur-unsur kesengajaan mempermainkan harga ya sudah, sikat aja,” tegasnya.
Di sisi lain, Luluk juga menyarankan petani untuk mulai berpikir mengubah ya atau bertransformasi dari sistem jual tebas di bawah yaitu jual gabah basah menjadi jual gabah kering.
Dengan cara itu, ia meyakini harganya juga lebih baik. Hal itu juga menghindarkan agar harga gabah tidak mudah dipermainkan oleh tengkulak. Kemudian ia berharap lembaga-lembaga petani baik Poktan atau Gapoktan bisa lebih bersatu untuk melakukan penguatan atau memberikan perlawanan kepada para tengkulak.
“Karena hal semacam ini bukan tidak mungkin akan terus terjadi di masa-masa yang akan datang. Kalau tidak ada kekompakan dan perlawanan dari petani,” jelasnya.
Luluk juga berharap petani untuk mulai menguranhi ketergantungan pinjaman modal tanam kepada tengkulak. Sebab itu akan menjadi salah satu senjata para tengkulak untuk kemudian mengikat petani dan memperlakukan harga beli gabah semaunya ketika panen tiba.
Untuk mengatasi hal itu, bank-bank pemerintah yang tergabung dalam Himbara diharapkan lebih proaktif memberikan kemudahan akses pinjaman modal KUR kepada petani.
“Saya kira perlu dicek apakah mereka (petani) ini mendapatkan akses pembiayaan melalui KUR apa nggak.
Kalau tidak melalui pembiayaan melalui karena saya kira penting untuk kehadiran perbankan Himbara untuk agen memberikan modal. Harapan kami pemerintah segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk pertanian Sragen. Karena Sragenini sebagai penyangga padi yang menyumbangkan 9 terbesar produksi padi nasional justru akan mengalami masalah dari situasi yang terjadi saat ini,” tandasnya.
Kalangan petani di Sragen mengeluhkan merosotnya harga jual gabah pada musim panen saat ini. Pasalnya, harga jual tebasan gabah di sawah saat ini merosot drastis hingga separuh dari harga normal.
Mereka pun menduga ada permainan tak wajar dari para pelaku usaha gabah dan beras yang membuat harga di lapangan menjadi hancur.
Merosotnya harga gabah terjadi merata di hampir semua wilayah di Sragen. Tak pelak, hampir semua petani menjerit dan menangis mengalami kerugian.
Sukarno (45) petani asal Desa Plupuh, Kecamatan Plupuh menuturkan benar-benar sedih atas kondisi panen saat ini. Sebab harga jual gabah benar-benar anjlok drastis.
Saat panen normal, gabah satu hektar bisa dihargai Rp 30-35 juta oleh penebas atau tengkulak. Namun saat ini hanya Rp 15-17 juta atau hanya separuhnya dari harga normal.
“Nggak tahu penyebabnya. Panen raya kali ini harga benar-benar hancur. Sedih rasanya Mas, petani sudah susah payah menanam, biaya produksi dan pupuk mahal, giliran jual harganya hancur,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Minggu (28/2/2021). Wardoyo
- Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
- Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
- Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
- Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com