Beranda Market Lifestyle Menjadi Budak Cinta Alias Bucin,  Bahaya Nggak Sih?

Menjadi Budak Cinta Alias Bucin,  Bahaya Nggak Sih?

ilustrasi / tribunnews

SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Hubungan asmara antar dua orang yang salah satunya dinilai lebih mendominasi, seringkali direpresentasikan dengan kata Bucin.

Bucin merupakan akronim dari  ‘Budak Cinta’, yang  pertama kali dipopulerkan oleh Youtuber asal Indonesia,  Andovi da Lopez dan Jovial da Lopez.  Kata Bucin bahkan semakin viral dan menjadi trending pada tahun 2019.

Dalam relasi asmara, bucin dapat menjadi boomerang bagi diri sendiri. Sri Juwita Kusumawardani, psikolog klinis dan founder @cintasetara mengatakan, Bucin dapat membuat suatu hubungan romansa menjadi tidak setara.

“Kalau kita melihat arti katanya ada budak cinta, nah berarti itu nggak setara. Relasi sehat adalah kesetaraan. Kalau ada salah satu pihak yang mendominasi, ada budaknya berarti nggak setara lagi dong,” ujar Juwita dalam acara Bisik Kamis yang diselenggarakan Magdalene.id pada 11 Februari 2021 lalu.

Terdapat beberapa alasan seseorang menjadi Bucin. Salah satunya adalah sebagian orang yang menganggap bahwa pasangan seperti menjadi sumber utama kebahagiaan. Hal tersebut dapat terjadi karena tidak terjalinnya kedekatan dengan keluarga atau teman sehingga orang tersebut merasa sendirian.

“Tentunya dia akan berusaha sedemikian rupa untuk mempertahankan hubungan ini berjalan dengan baik karena dia nggak punya siapa-siapa. Itu yang jadi nggak sehat,” terang Juwita.

Selain itu, Bucin juga dapat dipengaruhi oleh faktor kepribadian seseorang.  Juwita menjelaskan, seseorang yang mempunyai kepribadian pasif, submisif dan lebih susah untuk mengungkapkan perasaan ke orang lain lebih mudah untuk dimanipulasi oleh pasangan yang lebih dominan. Hal tersebut membuat seseorang berperilaku Bucin.

Perilaku Bucin dalam bentuk sikap posesif dan membatasi pasangan dapat membuat relasi asmara yang dibangun menjadi hubungan toxic atau bahkan kekerasan.

Juwita menerangkan, bersikap posesif dan membatasi pasangan untuk melakukan sesuatu termasuk dalam kategori toxic atau unhelaty relationship. Hal tersebutlah yang dapat mengarah kepada hubungan abusive atau kekerasan.

“Tapi memang nggak bisa dipukul rata sih, bucinnya bucin seperti apa gitu. Kalo konsepnya mengekspresikan rasa sayang nggak masalah,” papar Juwita. Lulun Safira