SUKOHARJO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Mie ayam merupakan kuliner yang umum dan wajar-wajar saja. Tak ada yang istimewa dengan mie ayam.
Toh, jenis makanan ini dapat dengan mudah kita jumpai di manapun. Mulai dari yang keliling menggunakan gerobak, sampai yang dijual di kios sendiri secara permanen.
Makanan yang terdiri dari mie kuning dan diberi potongan ayam kecil-kecil yang sudah dibumbui ini, memang sudah ada sejak lama.
Sadar bahwa mie ayam merupakan barang jualan yang biasa-biasa saja, maka Sulistiyono (51) tak mau hanya menjadi penjual yang biasa-biasa saja.
Ia pun mencoba melakukan inovasi terhadap barang dagangannya tersebut agar bisa menarik minat pembeli. Jika pada umumnya wadah mie ayam adalah mangkok, maka Sulistyono pun mencoba mengganti mangkuk wadah mie ayam dengan baskom.
“Sebelumnya saya tahu ada mie wajan. Lalu saya coba carai sesuatu yang beda. Saya coba menggunakan baskom,” ujar Sulistiyono saat bercerita kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Kamis (11/3/2021).
Rupanya, inovasi yang dilakukan oleh Sulistiyono ini mendatangkan rezeki untuk dirinya. Mie ayam baskom yang baru beroperasi selama dua bulan tepatnya di tepi Sawah di Desa Sanggrahan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo ini mulai banyak menarik perhatian orang.
Sebelum berjualan di tempat yang sekarang, Sulistiyono yang merupakan orang asli Wonogiri, dulunya pernah berjualan di Kartasura sejak tahun 2005 silam. Kemudian, ia memutuskan untuk pindah ke tempat tersebut sekitar empat bulan lalu.
Kini, warung mie ayam baskom selalu ramai pembeli, sampai-sampai membuat Sulistiyono kewalahan. Karena itulah, dia berencana mengajak temannya untuk membantu.
Dari sisi tenaga, Sulistiyono mengaku kewalahan. Maklum saja, single parent yang satu ini setiap harinya harus meracik 70 porsi mie ayam baskom bagi pelanggannya.
“Kalau nanti sudah ada teman yang membantu, saya yakin bisa melayani 75 – 80 porsi untuk pelanggan. Kan lumayan,” tambahnya.
Soal porsi, menurut Sulistiyono, sebenarnya sama dengan mie ayam dengan menggunakan mangkuk. Meski demikian, mengganti wadah menjadi baskom bagi Sulistiyono bukan sekadar asal beda.
Selain merupakan wujud kreativitas agar berbeda dari yang lain, penggunaan wadah baskom tersebut juga bertujuan agar saat diberi acar, loncang, saus, sambel dan toping lainnya, bisa muat banyak.
“Pelanggan kan banyak yang suka mencampur dengan tambahan semacam itu. Lha ini coba saya kasih tempat yang lebih luas,” ujarnya.
Setiap harinya, Sulistiyono buka mulai pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 14.30 WIB. Biasanya selama enam jam berjualan, dagangannya sudah habis. Paling lambat, ia bisa tutup pukul 17.00 WIB atau pukul 18.00 WIB.
Melihat peminat mie ayamnya yang mulai meningkat, Sulistiyono mengaku kepikiran untuk buka sampai malam hari. Tentu jika sudah memiliki rekan untuk membantunya jualan.
“Memang harus usaha lampu sendiri, karena di pinggir sawah seperti ini tak ada lampu penerangan,” ujarnya.
Jumlah peminat atau pembeli, biasanya berkaitan dengan soal rasa. Jika orang sudah cocok, tentu ia akan kembali lagi. Demikian pula dengan mie ayam baskom punya Sulistiyono. Soal rasa tentu tak perlu ditanyakan lagi, melihat dari antusiasme pembeli.
“Menurut saya ini mie ayamnya enak. Porsinya juga lumayan banyak. Dan kuahnya itu lho, terasa sekali bahan-bahannya. Tidak diberi sambal pun sudah enak, apalagi pakai sambal,” ujar Yusfika (20), salah seorang pembeli kepada Joglosemarnews. Reza Pangestika