Beranda Daerah Sragen Trauma Berat, Siswi SD Korban Perkosaan Beruntun asal Sukodono Sragen Sangat Ketakutan...

Trauma Berat, Siswi SD Korban Perkosaan Beruntun asal Sukodono Sragen Sangat Ketakutan Bila Bertemu Gerombolan Laki-Laki. Tak Mau Lagi Bicara dan Marah-Marah jika Berpapasan dengan Laki-Laki

Ilustrasi pencabulan perkosaan. Foto/Istimewa

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kisah perkosaan tragis secara beruntun yang dialami siswi SD berinisial W (9) asal Sukodono, Sragen berimbas pilu.

Akibat kejadian tersebut, hingga kiji kondisi psikologis siswi mungil itu terguncang.

“W sangat ketakutan apabila bertemu dengan gerombolan laki-laki yang sedang nongkrong,” papar papar pengacara korban dari LBH Mawar Saron Solo, Andar Beniala Lumbanraja kepada wartawan ditemui di Mapolres Sragen.

Andar menguraikan pasca kejadian tragis yang merenggut mahkotanya, W kerap marah-marah saat berpapasan dengan rombongan laki-laki.

Selain itu, korban juga tidak mau berbicara terlalu banyak tentang apapun. Terlebih menghadapi lawan bicara laki-laki.

“Dia cuma mau terbuka kalau teman ngobrolnya perempuan,” terang Andar .

Oleh karena itu, untuk bisa memenuhi keterangan di kepolisian yang lebih lengkap dari korban mengenai kejadian yang dialaminya, pihaknya memberi pendamping seorang perempuan.

“Ada anggota kami yang mendampinginya,” tuturnya.

Pendamping korban, Desideria Anindita Sari menuturkan bahwa, W baru mau menjawab pertanyaan-pertanyaan jika dia yang menanyakan.

“Korban baru mau buka suara kalau saya yang ajak bicara,” katanya.

Kondisi tersebut dialami siswi SD asal Sukodono itu usai mengalami tragedi perkosaan beruntun selama akhir 2020.

W mengaku telah diperkosa oleh seorang oknum guru silat yaitu S (38) pada 10 November 2020 lalu.

Dari pengakuan korban kepada orangtuanya, ia telah diperkosa S tetangganya itu di sebuah rumah kosong. Sebelumnya, S sempat mengajak W untuk menonton video porno dan setelah itu korban diperkosa oleh S.

Ayah W, yakni D, menjelaskan bahwa saat kejadian, putri kecilnya itu tak bisa melawan lantaran kedua tangannya diangkat.

Baca Juga :  Dukung Program Presiden Prabowo, Kapolres Sragen AKBP Petrus Parningotan Silalahi Hadiri Peluncuran Gugus Tugas Pendukung Ketahanan Pangan di Kecamatan Ngrampal

“Bagian ulu hati anak saya juga digencet oleh si pelaku. Bahkan pelaku mengancam akan memukul korban jika menceritakan kejadian ini kepada siapa pun,” ujarnya kepada wartawan.

Ternyata derita W tak cukup sampai di situ. Ia kembali menjadi korban kebiadaban 3 siswa SMP juga asal Sukodono.

Ketiga siswa bengal yang masih berusia 14 dan 15 tahun itu tega memperkosa w dan juga melakukan pesta tak senonoh dengan satu siswi SMP rekan mereka berinisial P (14) juga asal Sukodono.

Aksi bejat ketiga siswa itu dilakukan di sebuah balai desa di wilayah Kecamatan Sukodono. Aksi bejat ketiga siswa itu terjadi pada 12 Desember 2020 sekitar pukul 14.00 WIB.

Informasi yang dihimpun, awalnya W diajak oleh temannya bernama P (14) seorang siswi kelas IX untuk bermain di balai desa.

Untuk meyakinkan W agar mau diajak ke balai desa, P memberi iming-iming diajak jajan.

Namun sesampainya di lokasi, ternyata di sana sudah ada tiga orang laki-laki yang juga masih duduk di bangku SMP.

“Korban pun langsung diajak masuk ke dalam kamar mandi. Di sana mereka melakukan tindakan yang tidak sepantasnya dilakukan,” papar Andar.

Lebih lanjut Andar menjelaskan, di dalam kamar mandi balai desa itu, P melakukan hubungan seks dengan dua orang pria.

“Sedangkan W dipaksa untuk melakukan hubungan seks juga dengan salah satu pria teman si P,” ucapnya.

Andar mengaku belum bisa mengungkap inisial dari para pelaku di toilet kantor desa.

”Anak ini baru pertama kali bertemu anak-anak tersebut sehingga tidak tahu namanya. Sementara P saat ini belum menyampaikan,” imbuhnya.

Baca Juga :  Kampanye Terbuka Paslon 02 Sigit-Suroto di Sragen Libatkan Banyak Anak-anak, Bawaslu Langsung Beri Peringatan Melalui Pembawa Acara di Panggung

Insiden perkosaan beruntun yang menimpa W itu terungkap ketika orangtua bocah berinisial W (9), D (34) curiga pada saat hari jahanam itu anaknya pulang tak mengenakan celana dalam.

Setelah anaknya pulang tanpa mengenakan celana dalam itu, D menuturkan putrinya itu mendadak mengalami demam hebat.

“Setelah kejadian itu, bulan Desember kemarin, anak saya mengalami panas tinggi. Saya kira dia terkena Covid-19, lalu saya bawa ke Puskesmas setempat,” paparnya.

Sesampainya di puskesmas, ayah korban diminta petugas Puskesmas untuk lapor ke kantor polisi.

“Saya kaget kenapa malah disuruh lapor ke kantor polisi. Ternyata saya diberitahu bahwa anak saya sudah tidak perawan dan robek searah jarum jam 6,” katanya.

Hal itu diketahui berdasarkan hasil visum yang dilakukan pihak puskesmas. Akhirnya, D mendesak dan putrinya baru mengaku kalau habis diperkosa. Wardoyo