JOGLOSEMARNEWS.COM — Dokter akan memberikan obat antibiotik kepada pasien untuk menyembuhkan penyakit tertentu. Saat meresepkan atau memberikan obat tersebut, pesan khususnya adalah obat antibiotik harus dihabiskan selama masa pengobatan.
Periset dari Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Anggia Prasetyoputri mengatakan jika konsumsinya terputus, konsentrasi antibiotik dalam darah akan menurun padahal belum semua bakteri yang menginfeksi mati. Akibatnya masih ada bakteri yang masih hidup dan bisa menyebabkan infeksi yang sama.
“Tujuannya untuk memastikan konsentrasi obat di dalam tubuh cukup untuk membunuh bakteri yang menginfeksi,” ujar Anggia Prasetyoputri, Senin (26/4/2021).
Hal itu disampaikan Anggia saat mengungkap riset yang sedang dilakukannya, mencari sumber baru obat pembunuh bakteri penyebab penyakit (patogen) itu dari biota laut. Menurut dia, dokter memberikan antibiotik berdasarkan hasil penelitian para ahli.
Selain itu, seperti dikutip dari laman LIPI, bakteri yang masih hidup ini akan menggandakan dirinya. Pada saat itu ada kemungkinan terjadi mutasi yang menyebabkan bakteri bertahan karena dapat menyesuaikan diri dengan kondisi antibiotik yang rendah dalam darah. “Keadaan ini menyebabkan bakteri resisten terhadap antibiotik yang sama,” katanya yang sedang mencari sumber antibiotik baru dari biota laut.
Soal bakteri apa saja yang resisten terhadap obat antibiotik, Anggia mengatakan, kasusnya di dunia tergolong banyak. Namun kasusnya beragam atau berbeda jenis. “Sebuah bakteri bisa resisten terhadap satu jenis atau lebih antibiotik,” ujarnya. Menurutnya, yang mengidentifikasi jenis bakteri apa saja yang resisten adalah pihak rumah sakit dengan bermacam gejala klinis.
Bahan antibiotik menurutnya berasal dari berbagai sumber seperti mikroba, bakteri, jamur, atau dari tanaman. Senyawa kimia yang dihasilkan untuk bertahan hidup itu yang dimanfaatkan peneliti sebagai antibiotik. Adapun metodenya secara konvensional yaitu dengan ekstraksi langsung senyawa kimianya.
“Dengan cara memperbanyak bakteri penghasil antibiotik dan diisolasi senyawa kimianya, atau senyawa kimia yang diperoleh dimodifikasi lagi,” ujarnya.
Mengkonsumsi antibiotik tanpa resep dokter menurutnya bisa berdampak buruk. “Secara teori antibiotik itu racun, pada dosis rendah aman untuk tubuh,” katanya. Penggunaan antibiotik yang sembarangan bisa membunuh mikroba penting yang dibutuhkan tubuh dan bisa menyebabkan munculnya penyakit baru.