YOGYAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta (UPNVY) dan Tomsk State University (TSU) Rusia memperkuat kerja sama pendidikan dengan menggelar seminar internasional online bersama, Kamis (27/5/2021).
Kegiatan yang difasilitasi Kedutaan Besar Republik Indonesia di Moskow, Rusia ini sekaligus sebagai ajang perayaan ulang tahun ke-71 hubungan bilateral Indonesia-Rusia.
Duta Besar Indonesia untuk Federasi Rusia dan Republik Belarus, Jose Tavares dalam sambutannya mengatakan kegiatan ini digelar dalam merayakan 71 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Rusia, sekaligus realisasi kerja sama antara UPNVY dan TSU.
Di Rusia, kata dia, TSU dikenal sebagai universitas tingkat dunia yang kompetensi pendidikannya mumpuni.
Kerja sama yang kuat antara kedua universitas diharapkan menghasilkan banyak keuntungan di berbagai bidang ke depannya.
“Diharapkan kegiatan seminar ini bisa menjadi media untuk menambah ilmu bagi seluruh partisipan,” terang dia, sebagaimana dikutip dalam rilisnya ke Joglosemarnews.
Sementara itu, Dirjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nizam dalam kesempatan tersebut mengungkapkan apresiasinya terhadap penyelenggaraan kegiatan tersebut.
Dalam kesempatan itu, dia kembali memperkenalkan kebijakan Kampus Merdeka Merdeka Belajar (MBKM) yang diusung pemerintah Indonesia.
“Seperti kita ketahui sangat penting mengembangkan teknik pembelajaran tidak hanya dari satu kampus tetapi juga perlu menerima ilmu dari berbagai kampus lainnya atau di luar kampus, hal tersebut sesuai dengan program yang sedang dicanangkan yaitu Kampus Merdeka,” papar Nizam.
Diharapkan dengan kebijakan ini, lanjut dia, lulusan universitas lebih mudah dapat beradaptasi di era industri 4.0.
Lebih lanjut, Rektor UPNVY Mohamad Irhas Effendi mengungkapkan telah menjalin persahabatan dengan universitas Rusia sebelumnya.
“Dulu, universitas kami bekerja sama dengan mitra dari Rusia. Kami telah menjadi tuan rumah bagi siswa Rusia untuk belajar di universitas kami untuk mempelajari budaya Indonesia. Baru tahun lalu, kami mengundang Duta Besar Rusia untuk Indonesia untuk memberikan kuliah di universitas kami,” papar dia.
Dalam perayaan HUT ke-71 hubungan bilateral Indonesia-Rusia, UPNVY berharap dapat mengambil peran dalam kerja sama di masa depan.
“Saya percaya bahwa acara hari ini hanyalah sebuah permulaan. Saya berharap webinar ini membuka jalan menuju terciptanya proyek bersama lebih lanjut,” terang Irhas.
Terpisah, Dekan FISIP UPNVY Machya Astuti Dewi menambahkan kerja sama yang terjalin dengan TSU Rusia diharapkan dapat memperluas jaringan dengan negara-negara Eropa.
“Sampai saat ini FISIP untuk negara Eropa baru punya kerja sama dengan Metropolitan University of Prague dari tahun 2010 lalu,” kata dia.
Selain itu kegiatan ini sekaligus mendukung program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dan mendukung pemenuhan kinerja lembaga.
Kegiatan itu merupakan realisasi dari perjanjian kerja sama yang telah ditandatangani sebelumnya.
“FISIP yang pertama menindaklanjuti melalui seminar ini,” tambah Machya.
Dalam nota kesepahaman yang ditandatangani, kedua universitas sepakat untuk berkolaborasi dan melakukan pertukaran pengetahuan yang meliputi pertukaran dosen, mahasiswa dan staf untuk kepentingan penelitian, pelaksanaan penelitian bersama, pertukaran informasi dan publikasi akademik, serta program lain yang disepakati bersama.
Rektor TSU, Eduard V. Galazhinskiy mengungkapkan dalam 71 tahun hubungan Indonesia-Rusia, TSI sudah melakukan kerja sama dengan beberapa universitas di Indonesia dan menerima banyak mahasiswa dari Sumatera dan Papua.
“Bekerja dengan UPNVY akan lebih mengembangkan hubungan baik dalam bidang publikasi ilmiah dan peningkatan kualitas pendidikan. Diharapkan (kerja sama, red) akan terus berlanjut,” imbuhnya dalam seminar yang dihadiri lebih dari 450 partisipan dari UPNVY dan TSU.
Seminar internasional yang dimoderatori First Secretary KBRI di Moskow, Hosea RB Manurung ini menghadirkan lima pembicara, tiga dari FISIP UPNVY dan dua dari TSU.
Pembicara pertama Vladimir Rumyantsev, Ketua Studi Asia TSU memaparkan Indonesia selalu berpartisipasi aktif dalam pertemuan negara dan memiliki banyak peran dalam permasalahan dunia.
“Indonesia mampu menjadi leader ASEAN. Ini dibuktikan dengan perannya dalam isu Myanmar,” terang dia.
Pembicara kedua Ludiro Madu, S.IP., M.Si dari Jurusan Hubungan Internasional UPNVY mengungkapkan tentang konsep diplomasi people to people antara Indonesia dan Rusia.
Konsep ini utamanya cukup relevan di masa pandemi Covid-19 dengam keterbatasan mobilitas.
“Melalui pekerja dan pelajar yang sedang berada di rusia , mereka menjadi agen untuk melakukan hubungan diplomasi Indonesia,” kata Ludiro.
Selanjutnya, pembicara ketiga Sauptika Kancana, S.S., M.Si. dari Jurusan Administrasi Bisnis UPNVY mengungkapkan untuk mengembangkan pemasaran produk baik Indonesia maupun Rusia perlu berkolaborasi membuat rancangan produk yang memang didasarkan sesuai kebutuhan pasar kedua negara.
“Misalnya jika produknya ingin diterima di Rusia maka perlu melakukan inovasi produk memikirkan kondisi sosial ekonomi dan tingkat kebutuhan masyarakat Rusia,” ujar dia.
Pembicara keempat Prof. Ilya Myasnikov, Dekan Jurnalistik memaparkan positioning Indonesia dan Rusia dari sudut pandang masing-masing negara. Masyarakat Rusia selalu memandang Indonesia sebagai destinasi wisata dengan banyak pulau dan beragam suku bangsa.
“Berbeda dengan Rusia yang dominan beriklim dingin. Namun perbedaan tersebut tidak masalah karena akan mengembangkan daya pikir kreatif kedua negara melalui kerja sama,” ujar dia.
Terakhir, pembicara kelima Prayudi, M.A., Ph.D. dari Jurusan Ilmu Komunikasi UPNVY menjelaskan tentang bagaimana bantuan media dalam membantu menangani krisis pandemik Covid-19.
Menurut dia media online di Indonesia cenderung netral mengawal pemberitaan Covid-19 sehingga membantu pemerintah dalam mengatasi krisis saat pandemi. suhamdani