Beranda Daerah Sragen Kasus Ustadz Positif Covid-19 di Sragen Dimakamkan Sendiri oleh Santri-Santri, Anggota Keluarga...

Kasus Ustadz Positif Covid-19 di Sragen Dimakamkan Sendiri oleh Santri-Santri, Anggota Keluarga Langsung Diswab. DKK Sebut Hasilnya Keluar Malam Ini!

Ratusan santri dan warga saat memberikan penghormatan dan doa terakhir untuk ustadz MH yang meninggal dengan hasil swab positif covid-19, Jumat (7/5/2021). Foto/Istimewa

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sragen melakukan swab tes terhadap anggota keluarga ustadz berinisial MH (72) asal Purwosuman, Sidoharjo, Sragen yang meninggal positif terpapar Covid-19Jumat (8/5/2021).

Swab tes terpaksa dilakukan lantaran proses pemakaman sang ustadz dilaporkan dilakukan bukan oleh petugas melainkan dimakamkan sendiri oleh santri-santri dan kerabat tanpa APD lengkap.

“Dari laporan yang kami terima, ada tiga atau empat orang yang sudah diswab. Dari keluarga,” papar Kepala DKK Sragen, Hargiyanto kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Selasa (11/5/2021).

Hargiyanto menguraikan untuk sementara, tracing lanjutan masih akan menunggu hasil swab dari mereka. Diperkirakan hasil swab akan keluar malam ini.

“Menunggu hasilnya dulu. Malam ini sudah keluar,” ujarnya.

Sebelumnya, pelaksana harian (PLH) Bupati Sragen, Tatag Prabawanto menyayangkan insiden penjemputan paksa dan pemakaman sendiri jenazah pasien yang positif covid-19 itu.

“Mau gimana lagi wong sudah terlanjur dimakamkan. Yang bisa dilakukan adalah tim harus melakukan tracking siapa pun yang kontak erat untuk diswab,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM ditemui usai membuka Musda X MUI Sragen, Sabtu (8/5/2021).

Tatag berharap kasus pemakaman paksa dan dihadiri ratusan pelayat di Purwosuman itu tidak menjadi klaster penyebaran baru di Sragen.

Selain itu, ia berharap insiden itu tidak terulang lagi. Meskipun tokoh atau apapun posisinya, jika sudah dinyatakan positif covid-19 diharapkan bisa menaati aturan termasuk prosesi pemakaman.

Baca Juga :  SMK Negeri 1 Plupuh Sragen Gembleng Mental dan Karakter Siswa Tangguh Bertajuk Jalan Ninja SKANIP Melalui Penyebaran Sepuluh Kebijakan

“Siapapun itu saya minta bisa seperti yang disampaikan Ketua MUI Jateng tadi. Ayo kita jaga bersama. Karena kalau kita sudah meninggal tidak ada manfaatnya kok!” tandas Tatag.

Senada, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Sragen, KH Minanul Aziz juga menyayangkan terjadinya penolakan pemakaman secara protokol covid pada ustadz positif Covid-19 di Sidoharjo itu.

Ia pun mengimbau kepada semua yang kontak erat baik keluarga, teman dan saudara, untuk menaati aturan melakukan pemeriksaan dan mau diswab.

“Sebaiknya teman-teman dan saudara termasuk keluarga, mengikuti saja yang dikehendaki oleh dinas kesehatan (diswab). Karena itu demi menjaga keselamatan banyak orang,” tandasnya.

Sementara, anak almarhum MH, Taufiqqurahman membantah dianggap melakukan penjemputan paksa hingga pemakaman meninggalkan petugas.

Ia menyampaikan jenazah diambil pakai ambulans sendiri atas izin dokter jaga Moewardi Solo dan petugas di RSUD Sragen. Ia juga bersikukuh bahwa jenazah dimakamkan oleh santri karena menunggu petugas pemakaman tidak segera datang.

Taufiq pun tak menampik bahwa jenazah bapaknya memang dimakamkan bukan oleh petugas berpakaian APD lengkap. Akan tetapi dimakamkan oleh para santri dari mana-mana.

Baca Juga :  Adu Gagasan Calon Bupati Sragen 2024 Bowo Vs Sigit Dalam Mengatasi Bencana Kekeringan Air Bersih di Utara Bengawan

“Saya nggak hafal santrinya karena dari mana-mana,” kata dia.

Akan tetapi ia mengaku siap untuk diswab. Bahkan seketika tahu bapaknya dinyatakan positif Covid-19 di rumah sakit, ia sudah berinisiatif mengirim KTP keluarga untuk siap dilakukan swab.

Kemudian hari ini, Senin (10/5/2021), ada dua anggota keluarga yakni ibu dan adiknya yang diswab.

“Saya anaknya, juga mau swab katanya nanti menyusul kalau sudah keluar hasilnya yang dua. Ya saya ikut, terus kakak saya yang dekat dengan ayah saya juga siap diswab. Jadi kami nggak pernah menolak kalau dimakamkan protokol kesehatan atau menolak diswab,” tukasnya. Wardoyo