Beranda Umum Nasional Pemulihan Ekonomi Triwulan I Berlanjut, Triwulan II Diprediksi Terakselerasi Lebih Tinggi

Pemulihan Ekonomi Triwulan I Berlanjut, Triwulan II Diprediksi Terakselerasi Lebih Tinggi

Airlangga Hartarto / Istimewa

SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM Secara spasial, seluruh wilayah di Indonesia telah mengalami perbaikan sejalan dengan membaiknya perekonomian domestik dan tren penurunan kasus Covid-19.

Kondisi tersebut masih didukung peningkatan ekspor yang terjadi beriringan dengan kenaikan harga komoditas global.

Demikian diungkapkan oleh Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian, Airlangga Hartarto dalam konferensi pers Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I-2021: Perkembangan Ekonomi dan Upaya Pemulihan Ekonomi Nasional di Jakarta, Rabu (5/5/2021).

Turut hadir dalam konferensi pers virtual itu Menteri Perindustrian Agus Gumiwang kartasasmita, Menteri Perdagangan M. Lutfi dan Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki beserta jajaran Eselon I dari kementerian tersebut.

Lebih lanjut Airlangga mengatakan, momentum pemulihan ekonomi tersebut diperkirakan akan terus berlanjut pada Triwulan II-2021 pada khususnya dan keseluruhan tahun 2021 pada umumnya.

“Bahkan diperkirakan bakal mampu tumbuh lebih tinggi daripada perkiraan sebelumnya. Ini terlihat dari perbaikan dari berbagai indikator utama,” bebernya, seperti dikutip melalui rilisnya ke Joglosemarnews.

Airlangga mencontohkan, hasil analisis Bloomberg Market Consensus yang merevisi ke atas angka proyeksi/pertumbuhan ekonomi Triwulan II-2021 Indonesia dari 6,7% menjadi 7,1%, mengingat kondisi perekonomian pada periode yang sama tahun lalu sangat rendah.

Optimisme tersebut, menurut Airlangga menguatkan ekspektasi terhadap perekonomian Indonesia untuk rebound di tahun 2021.

Dalam kondisi tersebut, angka pertumbuhan masih mungkin mencapai kisaran 4,5% hingga 5,3%. Hal itu, menurut Airlangga, salah satunya adalah dampak dari kebijakan yang telah dilakukan.

“Tren positif ini didukung oleh  pola konsumsi yang meningkat pada saat bulan Ramadhan dan Hari Raya Lebaran 2021,” sebut Menko Airlangga.

Peningkatan konsumsi masyarakat tercermin dari inflasi, indeks keyakinan konsumen dan indeks penjualan riil yang meningkat.

Pemulihan konsumsi tersebut mendorong industri untuk meningkatkan aktivitas produksinya. Ini tercermin dari indikator PMI yang meningkat mencapai level tertinggi selama periode 10 tahun pada April 2021.

Peningkatan aktivitas produksi juga didukung oleh peningkatan impor bahan baku dan barang modal. Dari sisi eksternal, pemulihan permintaan global mendorong aktivitas ekspor impor Indonesia.

“Konsumsi diproyeksikan akan terus meningkat di Triwulan II-2021 sejalan dengan meningkatnya mobilitas masyarakat yang memicu pertumbuhan belanja nasional. Pertumbuhan belanja nasional tumbuh signifikan pada awal April 2021 sebesar 32,48%,” ujar Menko Airlangga.

Baca Juga :  Menkum: Koruptor Bisa Diampuni dengan Denda Damai

Seperti diketahui, Neraca Perdagangan Indonesia pada Maret 2021 mencatat surplus US$1,56 miliar, lebih tinggi dibandingkan surplus Maret 2020 lalu sebesar US$0,71 miliar. Surplus ini melanjutkan posisi surplus neraca perdagangan yang sudah dicapai sejak 11 bulan lalu.

“Tercatat, Neraca Perdagangan Indonesia pada Maret 2021 mengalami surplus US$1,57 miliar, terutama terdorong oleh surplus di sektor nonmigas, terutama komoditas unggulan seperti minyak kelapa sawit, batu bara, besi dan baja, mesin dan perlengkapan elektronik, serta emas dan perhiasan,” papar Menko Airlangga.

Menteri Perdagangan M. Lutfi juga menambahkan bahwa ekspor nonmigas pada Maret 2021 lalu mencapai US$17,45 miliar. Hal itu, menurut Lutfi adalah ekspor nonmigas terbesar dan tertinggi sejak krisis 1998 silam.

Di sisi lain, pemulihan ekonomi nasional juga terlihat dari meningkatnya penjualan kendaraan bermotor dan perumahan pasca relaksasi PPnBM sektor otomotif dan PPN DTP sektor properti yang dikeluarkan pemerintah awal Maret lalu.

Dipaparkan, pada Maret 2021 penjualan mobil mengalami peningkatan ajam hingga 28,2%. Sedangkan penjualan rumah mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 39,6% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.

Senada dengan itu, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang menyatakan, insentif otomotif dan sektor properti akan mendorong industri. Sedangkan program harga gas US$6 mendorong industri berdaya saing tinggi, program sertifikasi pelaku PDN akan memperluas pasar.

“Sementara program neraca komoditas akan memastikan industri memperoleh bahan baku yang dibutuhkan,” bebernya.

Sedangkan Menteri Koperasi UKM, Teten Masduki menjelaskan, program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang diandalkan untuk mendorong pemulihan ekonomi pada 2021, realisasinya sampai 30 April 2021 mencapai Rp 155,63 triliun (22,3%) dari pagu sebesar Rp 699,43 triliun.

Sedangkan khusus untuk program dukungan UMKM, telah terealisasi sebesar Rp 40,23 triliun atau 20,8% dari pagu sebesar Rp 191,13 triliun.

“Realisasi untuk program Banpres Produktif Usaha Mikro (BPUM) sebesar Rp 12,8 triliun atau sebesar 88,11% dari pagu Rp  15,36 triliun,” ujarnya.

 

Jaga Momentum Pemulihan Ekonomi 2021

Tentu saja, tren perbaikan secara ekonomis tersebut perlu dijaga dan ditingkatkan. Untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi nasional sepanjang tahun ini, pemerintah telah mempersiapkan beberapa strategi utama, antara lain:

  • Melanjutkan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sebagai instrumen utama pendongkrak perekonomian pada 2021. Realisasi program PEN hingga 30 April 2021 telah mencapai sebesar Rp 155,63 triliun atau 22,3%. Realisasi terbesar berada pada program Perlindungan Sosial sebesar Rp 49,07 triliun.
  • Percepatan Vaksinasi sebagai bagian dari PEN untuk Memulihkan Kepercayaan Konsumsi Masyarakat. Vaksinasi akan diberikan secara gratis untuk mencapai herd immunity dari 181,55 juta penduduk. Tahap 1 vaksinasi sudah dilakukan untuk petugas kesehatan sejak awal Januari 2021. Saat ini, sedang dilakukan vaksinasi tahap kedua untuk lansia dan petugas publik. Pemerintah juga terus memastikan stok dari vaksin.
  • Dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Triwulan II-2021 tumbuh lebih tinggi, pemerintah akan terus melanjutkan insentif atas sektor strategis dan beberapa skema insentif lainnya.
Baca Juga :  Rugikan Negara Rp  300 T di Kasus Korupsi Timah, Harvei Moeis  Diganjar 6,5 Tahun

Skema insentif tersebut dilakukan antara lain dnegan:

  • Relaksasi PPnBM (Ditanggung Pemerintah) untuk industri otomotif
  • PPN Ditanggung Pemerintah (DTP) untuk sektor properti/ perumahan
  • Dukungan bagi sektor Hotel, Restoran, Kafe (HOREKA) melalui restrukturisasi kredit dan penjaminan kredit
  • Relaksasi Kebijakan Restrukturisasi Kredit Perbankan
  • Perluasan Penjaminan Kredit Korporasi berdasarkan PMK-32/2021. Subsidi bunga untuk UMK, baik KUR dan Non KUR, serta penambahan plafon KUR 2021 dari sebesar Rp 253 triliun menjadi Rp 285 triliun
  • Melanjutkan Program Kartu Prakerja
  • Mengoptimalkan pemanfaatan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Suhamdani