JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Isu kongres luar biasa (KLB) di tubuh Partai Demokrat yang sempat menyedot perhatian publik, ternyata berbuah manis bagi partai tersebut.
Partai berlambang bintang mercy itu berhasil menduduki posisi ketiga sebagai partai politik pilihan masyarakat, dengan catatan apabila Pemilu Legislatif digelar saat ini.
Peningkatan elektoral Partai Demokrat disebut sangat dipengaruhi oleh isu kongres luar biasa (KLB) yang sempat menyorot perhatian publik.
Begitulah hasil survei dari lembaga survei Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC) terkait partai politik apa yang akan dipilih pada tingkatan nasional jika pemilihan legislatif dilakukan saat ini.
Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Demokrat Andi Arief menyambut positif hasil survei tersebut yang mengindikasikan pandangan masyarakat saat ini.
“Partai Demokrat sekarang ada di tiga besar. Ada juga yang bilang empat besar atau lima besar. Tapi secara umum, survei menyatakan empat besar, sebelum atau sesudah KLB,” ujar Andi, dalam rilis survei bertajuk ‘Sumber Kepemimpinan Nasional : Menuju 2024’, Sabtu (22/5/2021).
Selain itu, Andi menilai kenaikan elektoral partai berlambang mercy yang diakibatkan isu KLB merupakan bonus tersendiri yang harus disyukuri.
Meski demikian, gerakan-gerakan KLB semacam itu dinilai ya harus dihentikan jika terjadi. Sebab gerakan itu berpotensi mengancam demokrasi dan menjadi hal bermasalah bagi publik.
“Kalau terjadi lonjakan misalnya menurut teman-teman Akar Rumput ini ya, ini bonus dari KLB kemarin. Tapi ini bukan playing victim ya, tapi memang kalau kami tidak hati-hati memang bisa diambil itu Partai Demokrat oleh kelompok Pak Moeldoko,” jelas Andi.
“Publik selalu tidak senang sebetulnya dengan cara-cara pengambilalihan paksa partai politik dari dulu,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Andi melihat perkembangan dunia politik selalu berkaca pada hasil pemilu sebelumnya. Pun demikian dengan Pemilu 2024 mendatang yang akan banyak ditentukan oleh hasil Pemilu 2019.
“Sedangkan hasil 2024, akan banyak memengaruhi untuk Pemilu 2029. Jadi memang perlu dievaluasi ke depan karena ya untuk memengaruhi 2029, masa, kita masih harus mendengarkan suara dari 2019. Jadi ya ada logikanya,” tandasnya.