SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati mengaku kesal dengan mekanisme pencairan anggaran tak terduga untuk penanganan covid-19 saat ini yang dirasa makin berbelit.
Mekanisme yang rumit dan memakan waktu dinilai kontraproduktif dengan tuntutan pemerintah untuk cepat bergerak dalam melakukan penanganan kasus covid-19 di lapangan.
Hal itu diungkapkan Bupati usai memimpin rapat membahas penanganan covid-19 dan anggaran di Pemda Sragen, Senin (21/6/2021) pagi.
Ia mengatakan saat ini hampir sebagian anggaran di APBD sudah direfocusing untuk percepatan penanganan covid-19. Namun ternyata pencairan dan penggunaannya tak bisa dilakukan sesegera mungkin.
“Sekarang itu kenapa agak susah ya (pencairan) tidak seperti dulu. Kalau dulu rumah anggaran di belanja tidak terduga (BTT) kuasa pengunaan anggaran Sekda butuh apa cepat. Reviewnya cukup di inspektorat dan kejaksaan. Sekarang masing- masing dinas. Jadi sekarang lamaaaaa sekali,” ujar Bupati kepada wartawan.
Ia mencontohkan mau beli 100 tempat tidur atau bed untuk ruang isolasi mandiri pasien saja, Kepala DKK menyebut butuh waktu satu setengah bulan.
Menurutnya jika mekanisme pencairan anggaran terlalu berbelit dan lama, maka dikhawatirkan akan menghambat niatan Pemkab untuk mempercepat penanganan.
“Lha yang sakit ya ndang Innalillahi wa Innaillahi rojiun. Saya jengkel tadi pagi saya perintahkan kepada pak Sekda gini kalau beli bed tempat tidur agak lama dan prosedur berbelit kayak gini. Mending beli dipan sana,” ujarnya.
Bupati menyampaikan akhirnya ia memutuskan untuk membeli 100 dipan dengan uang UPTPK. Kebutuhan bed atau dipan untuk pasien isolasi mandiri itu akhirnya dipesankan ke pengrajin dengan harga cuma Rp 700.000.
Dengan dipan terbeli, nantinya tinggal dibelikan kasur dan sama perlengkapan lain sudah bisa dengan cepat dipasang di Technopark dan bekas SD Kragilan.
“Bisa dipasang besok, saya gitukan,” urainya.
Bupati mengatakan mekanisme pencairan anggaran darurat yang berbelit itu memang sangat menyulitkan terutama untuk kebutuhan darurat.
Ia bertanya mau sampai kapan pola pencairan anggaran seperti itu. Padahal harusnya memang bisa secepatnya dicairkan.
“Harus bagaimana, saya heran dech,” ketusnya.
Pembelian bed atau dipan itu memang mendesak diperlukan. Karena akan digunakan untuk menambah kapasitas ruangan isolasi bagi pasien covid-19 tanpa gejala di Technopark maupun bekas SD Kragilan 2 Gemolong.
Bangunan SD Kragilan 2 disiapkan untuk lokasi baru isolasi mandiri bagi pasien OTG di wilayah Sragen Barat.
Mendesaknya pengadaan itu juga dikarenakan tren penambahan kasus positif di Sragen terus meroket hampir di atas 100 orang perhari dalam beberapa hari terakhir.
Bupati menambahkan lambatnya pencairan anggaran juga terpaksa membuat Pemkab mengambil alternatif saat pembelian sembako untuk pasien isoman.
“Kemarin beli sembako aja minta bantuan Baznas untuk memberikan sembako pasien yang isoman. Tapi mau sampai kapan kekuatannya tapi tetap harus pakai dana yang itu gitu lho,” tandasnya. Wardoyo