JOGLOSEMARNEWS.COM Nasional Jogja

Ketika Masyarakat Resah dengan Aksi Klitih, Muncullah Komunitas Jawil Jundil yang Siap Membantu

Para anggota komunitas Jawil Jundil melakukan persiapan sebelum beraksi mengamankan kota di malam hari / dok Jawil Jundil via tribunnews
   

YOGYAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM Belakangan ini masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya, termasuk Sleman diresahkan oleh aksi klitih yang kebanyakan dilakukan oleh anak-anak usia remaja.

Bersamaan dengan itu, tidakan hukum atas pelaku klitih, seringkali dirasakan kurang memberikan efek jera.

Di tengah kerinduan akan suasana aman itulah, muncul komunitas baru di Sleman yang diberi nama Komunitas Jawil Jundil (JJ).

Munculnya komunitas yang namanya cukup unik tersebut, bertujuan untuk menumpas semua perusuh yang ada di Sleman dan sekitarnya.

JJ adalah sebuah perkumpulan orang-orang yang peduli dengan keamanan, ketertiban dan kenyamanan lingkungan.

Yogyakarta yang memiliki semboyan ‘Berhati Nyaman’ nyatanya kini terus menerus mendapat teror lewat aksi kejahatan jalanan yang meresahkan warga.

Dari hal itulah sekelompok orang mengatasnamakan Jawil Jundil itu mencoba turun ke jalan.

Menyisir satu persatu jalanan di Sleman dan sekitarnya untuk memburu para perusuh jalanan atau seringkali disebut klitih itu.

Markas Komunitas JJ berada tak jauh dari Jalan Tajem, Sefan, Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Sleman.

Kebanyakan badan dari anggota JJ kekar dan berotot.  Guntur Ermanda Putra sebagai pimpinan berperawakan tinggi besar dan agak gempal. Dialah panglima dari komunitas pemburu klitih tersebut.

Menurutnya Jawil Jundil terbentuk karena adanya keresahan dari masyarakat terkait maraknya aksi klitih dan gangguan kamtibmas lainnya.

Sedikit ada rasa kecewa karena dalam praktiknya, penegakan hukum terhadap aksi kejahatan jalanan tersebut dinilai oleh Guntur seringkali berakhir jauh dari harapan.

Sementara korban aksi klitih ataupun kejahatan jalanan banyak dari mereka yang mengalami cacat fisik hingga bahkan meninggal dunia.

“Memang kami berawalnya dari keresahan. Panggilan empati, kok korban ada yang cacat sampai meninggal tapi proses hukumnya hanya seperti itu. Bisa dikatakan ada ketidak terimaan juga kenapa hanya seperti itu,” katanya, membuka perbincangan.

Baca Juga :  Bus Terguling di Jalan Imogiri Panggang, 7 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Ia mengatakan, mayoritas para anggota JJ tersebut adalah anak kolong atau keturunan tentara.

 

Namun demikian, Guntur sudah puluhan tahun hidup di jalan hingga akhirnya mengenal teman-temannya saat ini dan membentuk sebuah komunitas yang bergerak untuk memberikan pelayanan keamanan kepada masyarakat.

“Mayoritas anak kolong. Tapi kami terbiasa di jalan. Dan bisa dikatakan untuk menumpas pelaku kejahatan jalanan itu ya kami menggunakan hukum jalanan,” jelasnya.

Hukum jalanan yang dimaksud bukan berlandaskan emosi sesaat, akan tetapi itu hanya digunakan di waktu-waktu tertentu agar para pelaku klitih tersebut merasa jera.

“Tujuannya untuk efek jera. Dan intinya kami bergerak karena keresahan masyarakat. Kebetulan klitih maraknya di Sleman, jadi kami fokus di Sleman walau di daerah lain banyak yang request untuk dilakukan pengamanan,” ungkap pria 34 tahun itu.

Saat ini JJ memiliki 14 anggota inti. Meski demikian, puluhan anggota lainnya masih tersebar di empat sektor yakni Sektor Barat di Berbah, Prambanan, Sektor Tengah Maguwoharjo, Sektor Utara Kecamatan Tempel, dan Sektor Barat Jalan Godean hingga perbatasan kabupaten.

Mereka rutin melakuan patroli dengan sistem acak. Tujuannya supaya jejak para anggota JJ sulit ditebak oleh pelaku aksi klitih.

 

“Kami kalau patroli enggak terjadwal. Khawatirnya nanti bisa ditebak oleh para pelaku,” tegasnya.

Sejak berdiri pada 19 November 2020 silam, JJ sudah menangkap dua pelaku klitih dan tiga pelaku aksi gangguan kamtibmas lainnya.

“Sleman yang khusus klitih itu ada dua. Kalau gangguan kamtibmasnya ada tiga. Sebetulnya secara globalnya lumayan, karena kami juga mediator saat ada kerusuhan di jalan,” ungkap Guntur.

Baca Juga :  Dicurigai Hendak Curi Sepeda Ontel, Pria Asal Sleman Ini Coba Lari, Akhirnya Dibekuk dan Diserahkan ke Polres Bantul

Ia menjelaskan, latar belakang anggota JJ sangat beragam. Guntur misalnya, ia saat ini memilih menghidupi keluarganya dengan bekerja secara freelance.

Sementara Komandan JJ, Danang Iswanto, sebagai juragan parkir di salah satu titik parkir area Sleman.

Ada pula mereka yang bekerja sebagai driver di salah satu perusahaan alat kesehatan.

“Latar belakang kami beragam. Ya memang sulit mencari orang yang loyal. Meluangkan waktunya, malam hari yang lainnya tidur, kami justru keluar jalanan untuk mengamankan Yogyakarta,” ungkapnya.

Guntur tidak menampik jika berdirinya JJ didasari pula ada unsur kecewa atas kinerja aparat penegak hukum maupun instansi pemerintah terhadap pengamanan dan penanganan gangguan kamtibmas terutama aksi klitih.

“Kami tidak munafik kecewa itu ada. Gak usah JJ lah, masyarakat umum pun kecewa. Daripada berlarut-larut kecewa mending langsung turun ke jalan saja. Bukan maksud menyinggung aparat atau apa. Tujuannya sinergi, toh kami juga ada payung hukumnya dari organisasi Atmo 5,” ungkap dia.

Virus yang ingin dibawa oleh Guntur dan kawan-kawannya melalui JJ sederhana, yakni mereka ingin mengajak seluruh masyarakat DIY, khususnya Kabupaten Sleman untuk saling peduli antar sesama.

Ia pun memastikan jika komunitasnya tersebut tidak ada sama sekali unsur politis.

Hal itu ditegaskan lantaran semenjak keberhasilan mereka menangkap dua pelaku klitih, tawaran sponsor bermunculan di akun mendos JJ.

“Kami menolak. Sudah banyak itu yang mau menawarkan sponsor. Kami khawatir ada kepentingan politis. Jadi kami tolak, takutnya setelah diberi sponsor nanti dia minta ini dan itu. Jadi kami yang diatur nanti,” tegas Guntur.

www.tribunnews.com

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com