JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Sragen

Kisah Perjuangan Ipda Sigit Krisyanto, Polisi Inspiratif Asal Sumberlawang Sragen. Mobil Dijual Demi Bibit Sapi, Ngantor Rela Pakai Motor, Mengaku Dapat Kepuasan Ganda (Bag 2)

   

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM Ipda Sigit Krisyanto menceritakan hobi beternaknya diawali dengan membeli satu bibit sapi dari hasil tabungan sisa gajinya di 2017.

Dari satu ekor itu, setelah tiga bulan kemudian dijual kembali. Dari penjualan dan keuntungan ditambah sedikit dari tabungan kemudian dibelikan jadi dua bibit sapi.

Sehingga perlahan sapinya terus bertambah. Bahkan saking senangnya beternak sapi, Sigit sampai rela menjual satu-satunya mobil miliknya.

Mobil yang dibeli dari tabungan itu dijual untuk dibelikan bibit sapi. Untuk berangkat ke kantornya di Polres Sragen ia rela menempuhnya dengan sepeda motor dinas dari rumah Sumberlawang setiap hari.

“Awalnya dulu cuma punya 1 sapi. Sekarang sudah jadi 7 ekor. Ya begitu, beli bibit nanti dipelihara kalau sudah gemuk dijual. Kenapa mobil dijual? “ke kantor masih bisa pakai motor. Meskipun jarak rumah ke kantor 25 KM, ya masih bisa dijangkau pakai motor kenapa harus maksa pakai mobil. Pikiran saya, mending dibelikan sapi nanti bisa berkembang dan menghasilkan,” ucapnya.

Lebih lanjut, Sigit menuturkan setiap hari harus membagi waktu antara menjalankan tugas sebagai polisi dengan kegiatan ternak sapi.

Pagi hari sebelum berangkat, selalu menyempatkan diri memberi pakan dan minum sapi-sapinya.

Kemudian sepulang kantor sekitar pukul 16.00 WIB, ia kembali melanjutkan dengan membersihkan kandang, memberi pakan dan minum.

Bahkan saking senangnya dengan ternaknya, terkadang sepulang tugas ia langsung menuju ke kandang dengan masih berpakaian dinas.

Baca Juga :  Tanpa Restu Bapak, Untung Wina Sukowati Calon Bupati Sragen 2024 Nekat Maju Lewat Partai Demokrat: Ini Tekat Saya Sendiri

“Sore kalau pulang kantor langsung nimpal (membersihkan) kotoran sapi sampai magrib baru selesai. Setelah itu nanti malam harinya ngasih pakan lagi. Seperti itu terus,” terangnya.

Ipda Sigit menyampaikan meski kadang capek seusai tugas, ia dengan senang hati tetap menyempatkan waktu mengurus ternak-ternaknya.

Semua itu dilakoni semata-mata demi menambah pendapatan untuk kebutuhan keluarga.

Sebab sebagai anak pertama, ia berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan keluarga besarnya baik orangtuanya, maupun kebutuhan anak istrinya sendiri.

“Kalau hanya mengandalkan gaji saja, mungkin nggak cukup karena harus memenuhi kebutuhan keluarga besar. Makanya harus nyari sampingan. Istri saya guru Wiyata Bakti di TK sini, setiap pagi pun habis subuh nanti ke pasar kulakan sayuran pakai motor dan bronjong. Nanti dijual di rumah. Setelah itu baru berangkat ke sekolah,” katanya.

Ipda Sigit menunjukkan sapi-sapi ternaknya. Foto/Wardoyo

Selain menambah pendapatan, Sigit menyebut aktivitas beternak itu juga untuk mengisi waktu luang dengan kegiatan positif yang menghasilkan.

Menurutnya hal itu jauh lebih bermanfaat daripada jalan-jalan ke luar dengan keluarga yang kadang justru lebih banyak buang-buang uang.

Ada Kepuasan Ganda

Meski sudah menjabat sebagai Kanit dan berpangkat perwira, ia sama sekali tak canggung atau malu harus menjalani kerja sampingan beternak sapi.

Sebaliknya ia mengaku merasakan kepuasan ganda dari aktivitas sampingannya itu.

Baca Juga :  Harga Gas Melon di Sragen Naik 100% Jadi Rp 30.000 Selama Idul Fitri, Politikus Nasdem Bongkar Penyebabnya

“Pertama dituntut kebutuhan, kedua dari kecil saya sudah senang kalau melihat tanaman hijau, melihat ternak gemuk itu rasanya senang. Dari nyambi ternak, saya dapat dua-duanya. Hati juga tenang. Apalagi saya sudah sangat bersyukur bisa jadi polisi sampai sejauh ini (perwira). Ini juga sekaligus bisa jadi sarana refreshing, kadang malam hari itu sambil memberi pakan itu lihat ternak sehat dan gemuk, rasanya ayem,” tandasnya.

Sapi-sapi peliharaan Ipda Sigit tampak gemuk dan siap dijual untuk kurban. Foto/Wardoyo

Saat ini ada 7 ekor sapinya yang sudah gemuk-gemuk dan siap dijual untuk kurban. Ipda Sigit menyebut dari 7 ekor itu sebagian jenis metal dan PO, serta jenis Limosin.

Harganya pun bervariasi mulai dari harga Rp 22 juta, Rp 25 juta, Rp 40 juta hingga paling mahal yang berbobot hampir 1 ton dibanderol hampir Rp 85 juta.

“Yang paling besar atau jumbo itu kemarin ada yang nawar Rp 60 juta tapi nggak saya lepas karena masih jauh,” jawab Sigit sambil tersenyum.

Menurutnya sapi tersebut masih muda meski bobotnya sudah mendekati 1 ton dengan postur tubuh yang tinggi besar dan panjang. Sehingga  tergolong langka karena masih bisa berkembang lebih besar lagi.

“Keunggulan sapi di sini, nutrisinya terjamin karena pakan kita penuhi dari jerami dan rumput odot. Kemudian komborannya kita campur pakai ampas kedelai, jagung, tepung tapioka dan lainnya. Sehingga ternaknya sehat, dagingnya juga padet,” pungkasnya. (Wardoyo/Habis)

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com