Beranda Daerah Sragen Menengok Perjuangan Relawan Gabungan Khusus Pemakaman Pasien Covid-19 di Sragen. Tak Kenal...

Menengok Perjuangan Relawan Gabungan Khusus Pemakaman Pasien Covid-19 di Sragen. Tak Kenal Istilah Insentif dan SPJ, Modal Keikhlasan Memakamkan Jenazah Berbobot Seperempat Ton pun Terasa Ringan (Bag 1)

Ilustrasi pemakaman protokol covid-19. Foto/PMI Sragen

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Masa pandemi covid-19 memberikan banyak hal baru bagi masyarakat. Salah satunya bagi relawan yang bertugas melakukan pemakaman pasien covid-19.

Di Sragen, ada kelompok yang mewadahi para volunteer atau relawan pemakaman pasien terpapar covid-19.

Menariknya, berbeda dengan petugas pemakaman lainnya, relawan ini menegaskan mereka bertugas murni untuk kemanusiaan tanpa berharap imbalan apapun.

Anung Sutiantoro. Foto/Wardoyo

Bagaimana perjuangan mereka menjalani pengabdian sebagai relawan? Anung Sutiantoro (42) adalah salah satunya.

Berlatar belakang relawan dari SAR MTA, pria asal Sragen Manggis, Kecamatan Sragen Kota itu mengaku bergabung menjadi relawan sejak bulan April 2020 bersamaan dengan masuknya Covid-19 ke Indonesia.

“Saya bergabung di relawan terbentuk di Moewardi bulan April. Pertama masuk di Solo dan sekarang saya bergabung di relawan Sragen karena kondisi Sragen butuh tenaga pemakaman,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Selasa (1/6/2021).

Anung bergabung dengan Relawan Gabungan (volunteer) Covid-19 yang bermarkas di PMI Kabupaten Sragen. Kelompok ini mewadahi relawan dari beberapa komunitas yang memiliki visi misi murni untuk kemanusiaan.

Dirinya mengaku tertarik bergabung menjadi relawan itu karena murni untuk membantu sesama.

Niat itu didasari karena dirinya merasa punya kemampuan sehingga ia ingin memanfaatkannya untuk membantu siapapun yang membutuhkan.

“Karena dari awal kami sudah terbiasa di giat SAR, giat kami juga giat kemanusiaan. Jadi sudah terbiasa, niatnya hanya membantu sesama,” terangnya.

Menurutnya panggilan jiwa untuk mengabdikan diri membantu orang lain, utamanya untuk memakamkan pasien Covid-19, menjadi pendorongnya.

Sebab pemakaman pasien covid-19 memang tidak bisa dilakukan sembarangan. Ada protokol kesehatan yang harus dipatuhi agar tidak terjadi penyebaran virus.

“Insya Allah niat kami dari awal murni kemanusiaan. Jadi kami tidak ada label insentif atau SPJ kami nggak kenal itu. Makanya kami cari tenaga relawan lebih mudah dari pada mencari tenaga yang mungkin motivasinya untuk insentif,” terangnya.

Anung melanjutkan, sejak awal pandemi 2020 hingga kini, dirinya bersama rekannya di gabungan relawan itu sudah memakamkan lebih dari 180an pasien covid-19 di berbagai wilayah Sragen.

Untuk mekanisme tugasnya, biasanya menerima info awal pasien covid-19 dari PSC atau rumah sakit yang merawat. Setelah itu, pihaknya akan berkoordinasi dengan perangkat desa atau Puskesmas lokasi pasien itu akan dimakamkan.

Koordinasi dilakukan untuk memastikan apakah ada Satgas atau petugas yang memakamkan. Jika tidak ada, barulah timnya akan terjun melakukan pemakaman.

Baca Juga :  Bisnis Prostitusi di Gunung Kemukus Sragen Kembali Subur, Polda Jateng Amankan Satu Orang Mucikari

“Kalau ada Satgas desanya yang akan memakamkan, ya kiya persilakan. Kalau satgasnya nggak sanggup maka kami hadir dalam pemakaman itu. Untuk giat pemakaman kami dari berbagai unsur biasanya sekali pemakaman bisa 9-10 orang kadang lebih. Semua itu karena didasari rasa kemanusiaan. Jadi siapa yang longgar dan bisa, akan berangkat,” jelasnya.

Lebih lanjut, Anung menguraikan mengabdikan diri menjadi relawan kemanusiaan, memang menuntut jiwa keikhlasan. Siap sewaktu-waktu dibutuhkan dan selalu siaga 24 jam seolah sudah menjadi kewajiban.

Apalagi bagi yang sudah berkeluarga seperti dirinya, bukan perkara mudah pula untuk membagi waktu antara kepentingan keluarga dengan tugas kemanusiaan.

Namun ia bersyukur keluarga terutama istrinya bisa menerima dan mensupport tugas sampingannya sebagai relawan itu.

“Alhamdulillah keluarga sudah sangat paham. Kebetulan di group kami tercatat 35 orang dan di luar group ada banyak yang mendukung kami. Jadi ketika yang satu mungkin kebetulan lagi ada kerjaan di rumah, nanti diinfokan di group siapa yang longgar bisa merapat. Insya Allah tetap ada orang terus untuk membantu. Jadi kami saling membantu dan mengisi,” jelasnya.

Semangat kerukunan untuk misi membantu sesama itu juga tergambar ketika bertugas di lapangan. Meski tanpa bayaran, setiap proses pemakaman selalu banyak relawan yang hadir.

Anung mencontohkan ketika giat pemakaman pasien covid-19 di Desa Tangkil Sragen Kota, bahkan jumlah relawan yang terlibat sampai 22 orang. Mereka ada yang dari PMI, SAR MTA, MDMC, Bakorlap UNS, SAR Himalawu dan unsur lainnya.

Pasien Berbobot Seperempat Ton

Soal suka duka perjuangan di lapangan? Anung menyampaikan secara prinsip tidak ada duka atau kesedihan karena semua sudah diniati dengan jiwa keikhlasan.

Namun kadang memang ada kondisi di mana membutuhkan perjuangan lebih ekstra untuk menjalankan tugas. Seperti saat bulan puasa dan pemakaman di siang hari, dirasakan sedikit agak menguras tenaga.

“Karena dalam keadaan puasa, pemakaman siang hari kadang membuat dehidrasi dan haus juga. Tapi karena sudah diniati ya lancar saja,” terangnya.

Kemudian pemakaman pasien dengan berat badan di atas rata-rata atau dalam istilah dikenal dengan pasien paket super jumbo. Hal itu kadang membutuhkan banyak tenaga relawan untuk mengangkat dari ambulans ke pemakaman.

Baca Juga :  TENANG LUR! Pertamina Jamin Stok Gas Melon di Sragen Aman

Seperti beberapa waktu lalu ada jenazah pasien covid-19 berbobot 250 kg dan terpaksa butuh tambahan relawan sampai 15 orang. Namun dengan semangat kebersamaan, pemakaman pasien ekstra jumbo itu pun berhasil terlaksana.

“Pasiennya bobotnya hampir 200 kg ditambah petinya juga peti khusus dari kayu jati itu jadi total beratnya 250 kg lebih atau seperempat ton sehingga butuh tenaga ekstra. Tapi akhirnya bisa selesai juga dan rasanya juga tidak terlalu berat karena dibantu sama teman- teman ada 15 orang untuk mengangkat jenazah itu. Kemarin pasien jumbo itu dimakamkan di makam SI Sragen,” tuturnya.

Tidak Mengenal SPJ dan Insentif

Wakil Ketua PMI Sragen, Soewarno menyampaikan gabungan relawan covid-19 itu memang dibentuk dan bermarkas di PMI Sragen. Gabungan relawan itu khusus untuk menangani pemakaman pasien covid-19.

Yang membedakan, bahwa keberadaan gabungan relawan itu murni untuk sosial tanpa pernah mengharap imbalan atau meminta insentif.

Meskipun untuk pemakaman pasien covid-19 sebenarnya ada anggaran dari pemerintah melalui DKK sebesar Rp 1,8 juta untuk setiap pemakaman.

“Inilah keistimewaan Relawan Gabungan itu. Mereka bekerja murni atas misi sosial dan tidak pernah menuntut SPJ alias gratis. Mereka bersatu karena punya semangat dan jiwa kerelawanan sehingga mengapa kemudian menamakan diri relawan gabungan,” terangnya.

Sejauh ini, gabungan relawan itu memiliki anggota sekitar 35 orang. Kelompok relawan ini bernaung di bawah PMI Sragen dengan KSR sebagai koordinatornya.

Kemudian PSC sebagai pusat sumber informasi, SAR MTA, SAR Himalawu, Tagana, MDMC, IOF, SAR UNS sebagai anggotanya. (Wardoyo/Bersambung)