SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Pengusaha nasional kelahiran Sragen, Billy Haryanto tegas menolak wacana periode kepemimpinan Presiden dari dua menjadi tiga periode.
Menurutnya, selain menimbulkan kejenuhan di masyarakat, wacana yang ditengarai hanya manuver untuk melanggengkan kepemimpinan Presiden Joko Widodo itu dinilai sangat rentan menuai resistensi atau penolakan.
Pengusaha kenamaan di bidang perberasan nasional itu pun mengingatkan agar semua berkaca pada rezim Presiden Soeharto.
Hal itu disampaikan Billy menanggapi wacana Presiden tiga periode yang belakangan diam-diam kembali beredar di tataran pusat tersebut.
“Jadi nggak bagus kalau terlalu lama berkuasa. Belajar dari jaman Soeharto lah,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Sabtu (5/6/2021).
Wakil Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) Jakarta itu memandang kekuasan yang terlalu lama akan rentan memicu penolakan dan gejolak dari bawah.
Ia mengingatkan jika presiden berkuasa tiga periode, maka sama halnya mencederai perjuangan reformasi 1998 kala pelengseran rezim Soeharto.
“Percuma berdarah-darah tahun 98 lengserin Suharto. Makanya, jangan sampai terjadi lagi. Kan mahal itu tahun 98. Sangat- sangat mahal,” kata dia.
Sebelumnya, Billy menegaskan dirinya tak sependapat dengan wacana Presiden tiga periode.
Selain rentan memicu kejenuhan, kepemimpinan yang terlalu lama berkuasa akan menghambat semangat perubahan.
“Kalau saya pribadi, dia (Presiden Jokowi) 10 tahun harus ganti lah. Jangan 3 periode lah. Jenuh,” paparnya saat mendampingi atlet-atlet bulutangkis Soloraya bertanding di Turnamen Persahabatan di GOR miliknya di Masaran, Sragen, Sabtu (5/6/2021).
Pengusaha kenamaan di bidang perberasan nasional itu menilai dari aspek psikologis, ada masa kejenuhan terhadap kepemimpinan sebuah rezim yang terlalu lama.
Menurutnya, dua periode atau 10 tahun kepemimpinan pun dinilai sudah cukup lama. Sehingga jika diperpanjang sampai tiga periode, hal itu sama halnya menghambat perubahan.
“Ada masanya orang jenuh. Mobil aja kalau 5 tahun udah jenuh. Apalagi 10 tahun. Ya harus ada perubahan lah. Itu udah hukum alam,” ucapnya ceplas-ceplos.
Pernyataan Billy itu berbanding lurus dengan sikap politiknya menuju 2024. Ia yang dua kali Pilpres berdarah-darah mendukung Jokowi, agaknya kini makin mantap berubah haluan di Pilpres 2024.
Hal itu ditunjukkan ketika menerima kunjungan Gubernur DKI Anies Baswedan di GOR miliknya di Masaran, Sragen pada akhir April 2021 lalu.
Kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , kala itu Billy terang-terangan menilai sosok Anies sudah layak untuk maju di kontestasi Pilpres 2024.
Bos beras yang getol dengan olahraga bulutangkis dan duduk di kepengurusan PBSI pusat itu tanpa canggung mengaku punya feeling bahwa Anies memiliki kans besar untuk bersinar.
Menurutnya, kapasitas Anies yang bisa menekan pandemi Covid-19 di DKI dan menjaga stabilitas harga sembako di DKI, menjadi barometer yang membuat Anies layak untuk maju di Pilpres 2024.
“Memang di 2019 lalu, saya mendukung Pak Jokowi-Maruf Amin. Tapi untuk 2024, feeling saya Pak Anies lah yang punya kans besar. Makanya saya blak-blakan untuk mendukung. Menurut saya dua indikator itu sudah pantas membuat Pak Anies harus naik kelas. Sudah layak lah maju Capres 2024,” kata Billy. Wardoyo