SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati mengaku prihatin masih banyak tokoh di desa yang belum suntik vaksin dan takut disuntik vaksin Covid-19.
Tak hanya Ketua RT, banyak kader posyandu, perangkat desa hingga kepala desa (Kades) yang ternyata juga belum disuntik vaksin.
Fenomena itu disampaikan seusai menghadiri pencanangan vaksinasi di Desa Jenar, Kecamatan Jenar, dua hari lalu.
“Di Jenar ini tadi. Dari 45 orang yang saya suntik, baru 17 yang usianya di atas 50. Begitu tidak mudahnya yang mau disuntik. Yang mengagetkan lagi ada perangkat desa dan Kades yang isih wedi (masih takut) disuntik,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM .
Saat berada di Desa Jenar, Bupati Yuni memang seolah diuji kesabarannya. Tiba di balai desa, deretan ratusan kursi untuk warga yang diundang vaksin, ternyata hampir sebagian besar masih kosong.
Hingga pukul 09.00 WIB, dari 250 warga lansia yang diundang untuk suntik vaksin, yang datang tak lebih dari 20 orang.
Karena lama menunggu, bupati terpaksa menyuntik Ketua RT, perangkat desa dan Kades yang ternyata juga belum melakukan disuntik vaksin.
Bahkan, saat ia meminta dua Kades di desa terdekat untuk hadir disuntik, hingga setengah jam ditunggu, Kades itu tak ada yang datang.
“Saya tadi telepon lurah yang belum suntik, saya suruh datang tapi belum datang. Baru kali ini bupati disuruh nunggu lurahnya datang dan nggak datang juga,” terangnya.
Tak cukup sampai di situ, bupati juga mendapat laporan masih banyak perangkat desa yang belum melakukan vaksin.
“Ada juga masukan dari bidan desa bahwa ada kader posyandu yo ora ono sing gelem disuntik,” ujarnya.
Atas kondisi itu, ia memandang perlu untuk segera melakukan evaluasi. Menurutnya memang harus dicari solusi agar menggerakkan animo warga dan tokoh untuk divaksin.
Soal sosialisasi yang dirasa kurang, Bupati menampik. Ia meyakini semua orang sebenarnya sudah tahu soal vaksinasi covid-19.
Sebab sudah banyak berita dan hampir setiap media semua memberitakan vaksinasi.
“Faktor hoaks mungkin juga berpengaruh tapi memang harus segera dicari solusi. Mungkin desa mawa cara, dan itu tidak menyurutkan semangat kita,” ujar dia.
Bupati memandang salah satu trik yang dipandang bisa mendongkrak animo warga adalah perlunya penokohan di setiap wilayah untuk divaksin.
Ketokohan seseorang untuk memberi teladan mau divaksin, diyakini akan mampu merubah persepsi warga dari yang takut menjadi mau divaksin.
“Mungkin kita perlu contoh penokohan seseorang yang diugemi di setiap desa untuk jadi contoh mau vaksin. Misalnya di Mondokan ada Kyai Riyad. Beliau kan tokoh, kalau sudah disuntik otomatis pengikutnya dan warga lain akan mau. Nah, ini yang perlu dilakukan,” tuturnya.
Kabar Burung Disuntik Malah Mati
Kades Jenar Samto mengatakan sebenarnya undangan untuk 250 warga lansia sudah disebar ke rumah-rumah.
Pihaknya dan semua perangkat serta RT juga sudah berupaya maksimal memberi pemahaman dan mengundang warga. Akan tetapi faktanya memang banyak warga yang enggan datang dengan alasan takut disuntik.
“Di desa kami ada sekitar 530 lansia. Kami dari kemarin sore sudah berusaha menyampaikan undangan ke warga dari rumah ke rumah. Tapi ya nyatanya banyak yang nggak mau. Kemarin saya ngundang 18 RT yang datang cuma 6 orang. Kita undang lagi malam harimu yang datang cuma 11 RT saja. Kami daru Selasa kemarin juga nggak leren,” ujarnya.
Kades menyampaikan kondisi sebagian warganya memang kurang memahami soal vaksin. Minimnya sosialisasi dan penokohan yang vaksin membuat warga banyak terpengaruh kabar burung atau hoaks yang beredar.
Ia meminta untuk memaksimalkan animo warga, sosialisasi harus lebih gencar lagi. Terutama pada tokoh-tokoh masyarakat untuk meyakinkan warga.
“Kalau bisa dari kecamatan terjun ke bawah ajak bidan desa dan RT keliling memberi sosialisasi. Selain itu penting juga memberi contoh yang sudah divaksin seperti ini. Aman dan tidak ada masalah agar warga percaya,” tuturnya.
Kades Samto mengakui vaksin kali ini memang belum berhasil menggerakkan warganya. Namun ia akan memaksimalkan sosialisasi untuk meredam pemahaman warganya yang selama banyak menerima kabar negatif soal vaksin.
“Banyak yang takut karena dengar kabar di sana habis divaksin mati. Ada juga yang katanya habis divaksin sakit. Padahal itu hanya kabar burung dan tidak benar terjadi. Wardoyo