WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Beberapa ibu rumah tangga di dusun Brubuh RT 03/01, Ngadirojo Lor, Wonogiri, terlihat asyik mengupas bawang putih.
Tangan-tangan mereka terlihat begitu lihai memainkan pisau dan membuang kulit luar dari seumbi bawang putih. Bawang-bawang yang sudah dibersihkan itu nantinya akan dijual di pasaran.
Kegiatan mengupas bawang itu, rata-rata sudah mereka lakoni kurang lebih selama empat tahun. Tepatnya, sejak Yanto atau yang biasa disapa Aceng, atau Bos Bawang itu pindah ke dusun tersebut.
Kehadiran Bos Bawang ke dusun tersebut, sedikit banyak telah membantu perekonomian ibu-ibu rumah tangga di sekitarnya.
Salah satunya ialah Rus (58). Ibu dari tiga anak yang sehari-hari berjualan di pasar ini juga kerap ikut jadi kuli kupas bawang. Ia biasanya akan mengupas bawang dari pagi pukul 09.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB.
Karena keterampilannya yang sudah terasah oleh waktu, dalam waktu sehari kerja, ia mampu mengupas dua hingga tiga karung bawang.
Setiap karungnya, Rus menerima upah jasa Rp 6.000. Kalau dibantu putri bungsunya, biasanya ia bisa mengupas empat hingga lima karung bawang sehari.
“Hari ini cuma dapat empat karung. Kalau kemarin bisa sampai lima karung,” tuturnya kepada Joglosemarnews, Jumat (9/7/2021).
Bagi Rus dan ibu-ibu rumah tangga yang lain, pekerjaan mengupas bawang putih itu sangat bermanfaat untuk tambahan penghasilan.
Aslinya, Rus sendiri adalah pedagang makanan. Biasanya sepulang dari mengupas bawang, ia akan memasak untuk dagangan yang akan dijual pagi harinya.
Setiap harinya, dia berjualan di Pasar Wonogiri. Berangkat dari rumah pukul dua dini hari, ia akan pulang saat adzan subuh berkumandang. Setelahnya ia perlu tidur sebentar untuk mengistirahatkan tubuhnya, lalu setelah itu pergi untuk rutinitas mengupas bawang.
Meski sudah berjualan di pasar, pekerjaan mengupas bawang tetap ia lakukan. Ia mengaku, pekerjaan mengupas bawang cukup mudah dan tidak menguras banyak tenaga. Yang penting lumayan untuk tambah-tambah penghasilan.
Selain tambahan keuntungan finansial, sembari bekerja mengupas bawang, mereka bisa bercengkerama dengan teman-temannya.
“Ya, sambil gojekan dengan teman-teman, tapi tetap produktif menghasilkan uang,” ujarnya tersenyum.
Sebelum pandemi Covid-19 melanda, rumah Bos Bawang itu biasanya ramai oleh para ibu pengupas bawang. Namun sejak pandemi bertambah parah, beberapa dari mereka lebih memilih untuk mengambil bawang dan dikupas di rumah masing-masing.
Kini hanya ada empat hingga lima pekerja, termasuk Rus yang datang setiap kali stok bawang bersih yang siap jual habis. Harum Ika Praningrum