WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM — PPKM Darurat ternyata tidak hanya dipengaruhi oleh faktor 3T. Intervensi di bagian hulu menjadi kunci suksesnya pemutusan mata rantai penyebaran COVID-19.
Bupati Wonogiri Joko Sutopo mengatakan, saat PPKM Darurat diberlakukan, tracking, testing dan treatment (3T) juga selalu dijalankan. Namun, kata dia, jika tidak ada intervensi di hulu atau penyebab terjadinya kasus penularan maka beban tenaga kesehatan (nakes) bakal berat dan infrastruktur kesehatan.
Karena itu perlu adanya perubahan perilaku di tengah masyarakat. Menurut dia, saat masyarakat sudah disiplin menerapkan protokol kesehatan maka pencapaian 3T bakal minim.
“Minim itu artinya kontak eratnya bisa semakin sedikit, tidak muncul klaster baru tidak ada OTG (orang tanpa gejala) di komunitas tertentu dan itulah goal yang kita tuju,” jelas Bupati, Selasa (6/7/2021).
Karena pria yang juga Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Wonogiri ini menekankan kesadaran masyarakat dalam menangani pandemi harus benar-benar ditumbuhkan. Perubahan perilaku di tengah masyarakat harus benar-benar dilakukan. Untuk mencapai hal itu, pihaknya memasifkan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat.
“Jadi hulunya kita intervensi juga, jadi kasusnya bisa ditekan serendah-rendahnya,” tandas dia.
Pria yang akrab disapa Jekek ini mengatakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat yang diberlakukan mulai 3 Juli lalu saat ini bisa memunculkan respon dari masyarakat yang cukup baik. Masyarakat bisa memahami adanya kebijakan instruktif yang dikeluarkan pemerintah.
“Sekarang sudah bukan imbauan lagi. Ada kedaruratan yang terjadi yakni tingginya kasus COVID-19. Masyarakat sekarang juga bisa melihat kedaruratan banyaknya ambulans yang sering wira-wiri setiap hari,” ujar dia.
Target kita dalam menjalankan PPKM darurat ini bisa menekan angka kasus. Seminimal mungkin,” tegas Bupati. Aris