Catatan: Ilham Bintang*
Sudah seminggu berlalu sejak pengumumannya di Mapolda Sumsel, Senin (26/7), namun belum juga ada kejelasan realisasi sumbangan Rp 2 T dari keluarga pengusaha almarhum Akidi Tio.
Senin ketemu sudah Senin (2/8) hari ini. Publik sudah tak sabar menanti. Budayawan Jaya Suprana terus mengejar saya soal kejelasan sumbangan dahsyat itu.
Apa pasal?. “Saya mau menyerahkan MURI untuk ahli warisnya,” alasan pengusaha Jamu Cap Jago itu. Pelukis ternama Hardi pun sudah merampungkan beberapa lukisan sketsa wajah Akidi Tio.
Kemarin siang saya minta izin menggunakan sketsanya untuk illustrasi tulisan. Alhamdulilah diizinkan. Gratis, katanya. Tapi, tadi malam Hardi titip pesan di WA. “Menurut Ibu Gemala Hatta, sketsa itu bukan wajah Akidi Tio, tetapi Prof Dr Hardi Dermawan.
Sahabat Bu Gemala,” pesan Hardi. Gemala Hatta yang dimaksud adalah Putri Bung Hatta, Proklamator kita.
Menjelang Maghrib kemarin Marsekal Udara ( Pur), Chappy Hakim mengontak saya. Penulis jempolan kedirgantaraan itu rupanya penasaran juga. Dia menelpon saya khusus menanyakan kabar yang sama. Masih gelap, jawab saya.
Chappy penasaran karena di dalam berita ada inkonsistensi penggambaran karakter sang dermawan itu. Dipompakan informasi Akidi Tio sosok bersahaja. Low profile. Dia sudah sering menyumbang tanpa publikasi.
“Tapi kenapa sekarang bikin acara resmi dan menyebarkan siaran pers segala?,” tanya Chappy.
Tampaknya Chappy “termakan” informasi Prof Dr dr Hardi Darmawan. Dokter pribadi keluarga Akidi Tio itu memang aktif memompakan nilai kesederhanaan almarhum Akidi Tio yang wafat dalam usia 89 tahun pada tahun 2009.
Wartawan senior Dahlan Iskan juga ikut terharu. Dalam tulisan pertamanya, Dahlan khusus mengulas secara mendalam karakter Akidi Tio yang menjadi ciri sebagian etnis Tionghoa. Tajir tapi sangat sederhana. “Justru saya yang malu kalau berpakaian bagus di depan mereka,” ulas Dahlan.
Pada tulisan kedua, Dahlan sudah bingung. Tulisan ketiga tambah ragu. Empat kali sudah raja media itu mengulas khusus Akidi Tio. Saya baru dua kali (Baca ” Akidi Tio Ai Lap Yu Pul” dan ” Fenomena Akidi Tio & Wartawan Zaman Now”). Setelah itu stop. Lihat medan dulu.
Tetapi tetap mengikuti gonjang ganjing kisah Rp 2 T melalui berita media. Saya mengikuti testimoni Ketua MPR- RI Bambang Soesatyo. ” Akidi Tio pernah hidup di Palembang usahanya mulai dari kecap, lalu punya pabrik kecap. Dia juga yang punya kelenteng di 10 Ulu dan beberapa tempat di Palembang. Dan, dan dia yang punya Cipta Futura Sawit di Muara Enim,” tulis Bambang, seperti dikutip Kumparan pada Jumat (30/7).
Namun, dalam pelacakan yang dilakukan wartawan media tersebut di lapangan belum klop dengan keterangan Ketua MPR- RI itu. “Sayangnya, dalam laman resmi perusahaan tersebut (Cipta Futura) nama pengasuhnya belum dicantumkan manajemen dari CIFU termasuk sosok Akidi Tio yang disebut Bamsoet sebagai pemilik.
Kumparan sudah menghubungi pihak CIFU mengenai kabar Akidi Tio sebagai pemilik perusahaan. Namun, hingga berita ini ditayangkan masih belum ada respons,” tulis Kumparan. Media online itu juga menayangkan pabrik kecap yang disebut Bamsoet. Pabrik itu sudah tua, tapi tak diketahui juga itu pabrik siapa.
Kisah Ratu Markonah
Mengikuti misteri, wajar saja kalau kita terbayang kisah- kisah “prank” yang pernah terjadi di Indonesia. Sejak zaman Bung Karno yang pernah menerima di Istana Raja Idrus dan Ratu Markonah Suku Anak Dalam Jambi. Kisah itu dicatat sejarah membuat malu Proklamator kita.
Ternyata, hanya tukang becak yang mengaku Raja Idrus. Sedangkan yang mengaku Ratu Markonah hanya seorang PSK. Markonah diringkus polisi belakang hari. Tetapi bukan terkait prank itu, melainkan dalam operasi penggerebekan praktek prostitusi.
Di era Orde Baru kasus sejenis pernah terjadi. Dikenal sebagai skandal “Bayi Ajaib”. Kreasi Tjoet Zahara Fonna. Bayi dalam kandungannya bisa bicara dan mengaji. Gegerlah masyarakat se Indonesia.
Wapres Adam Malik pun kena prank itu. Ternyata “Bayi Ajaib” adalah modus penipuan pertama kali di Tanah Air yang menggunakan perangkat tehnologi baru pada masanya. Yaitu tape recorder. Alat itu ditaruh pelaku di perutnya. Ditutup dengan baju hamil yang tebal.
Kasus prank hampir selalu terjadi di era pemerintahan tujuh Presiden RI. Dulu ada juga kasus tukang pijat berbuah dana hibah. Serta geger harta karun di Istana Batu Tulis. Mudah- mudahan tidak samalah dengan uang Rp 2 T ini.
Janda cantik dan kaya
Pada tulisan keempat “Perjuangan 2 T”, Dahlan Iskan kembali bersemangat. Disulut keterangan seorang janda cantik. “Akhirnya saya bertemu dengan orang yang sangat dekat dengan Heryanti, putri bungsu Akidi Tio –yang menyumbang Kapolda Sumsel Rp 2 triliun itu,” kata Dahlan mengawali tulisannya yang berjudul
” Perjuangan 2 T” .
Empat hari berturut-turut Dahlan menulis serial soal sumbangan 2 T. Jarang terjadi mantan Menteri BUMN itu menulis sampai empat hari berturut- turut satu topik tanpa jeda. Mungkin sekalian Dahlan mendemonstrasikan ilmu yang pernah diserapnya bersama wartawan senior Zainal Bintang waktu mengikuti kursus penulisan skenario film di TIM di tahun 70 an.
Sebelumnya, ada pernah Dahlan menulis serial namun tetap ada jeda. Yaitu saat mengendors Vaksin Nusantara temuan dr Terawan.
Lanjut. “Kemarin malam saya hubungi dia. Kemarin pagi saya ajak bicara lagi. Dia orang Padang yang lahir di Sumsel. Juga punya darah Langkat. Dia cantik sekali. Pintar sekali. Menguasai bahasa Inggris, Prancis, Jerman, dan Belanda. Pekerjaannya pun sangat terhormat –sekarang ini. Suatu saat saya akan buka siapa Si Cantik itu: Anda pun akan bilang “Oh….dia!”. Anda tahu wanita itu. Hampir orang se-Indonesia juga tahu siapa suaminya,” sambung Dahlan lagi.
Di tulisan terbaru ini Dahlan malah ikut bikin misteri baru.
Bikin persoalan baru lagi. Tentang sumbernya yang dia masih tutupi. Sebagai sesama pemburu Akidi Tio — begitu istilah ‘Kumparan ‘ untuk kami –saya pun mengontak Dahlan Iskan. Kami ngobrol via telpon, Minggu (1/8).
Cerita Dahlan bikin pecah tawa kami berdua. Perempuan cantik yang dalam tulisannya, adalah sahabat Heryanti, anak Akidi Tio. Dari 7 bersaudara, hanya Heryanti itulah tampaknya sepenuh harapan berjuang mengurus warisan ayahnya.
Dari cerita Dahlan juga, saya malah menangkap kesan sebenarnya Si Cantik masih ragu juga memastikan pencairan uang 2 T hari Senin ini. Dia bilang percaya uang cair Senin, tapi itu lebih harapan Si Cantik saja. Soalnya, dia punya kepentingan.
Janda cantik kaya raya ( suaminya baru meninggal 6 bulan lalu) itu pernah meminjami uang Heryanti sebanyak Rp 3 M. Pinjaman itu dipakai untuk mengurus warisan Akidi Tio sebesar Rp 16 T di Bank Singapura. Harapannya tentu uangnya bisa dibayar kalau Rp 2 T terbukti cair.
Si cantik sudah berkali- lagi menagih, tetapi selalu dijawab Heryanti “tar sok ntar sok”. Heryanti menunggu pencairan uang Akidi Tio di Singapura.
– Mas Dahlan percaya ?
+ 50 : 50.
-Kenapa? Kan sudah wawancarai banyak sumber. Sudah 4 tulisan.
+ Karena sumber saya banyak juga yang ragu. Dokter Hardi Dermawan, dokter keluarganya, sudah tidak mau saya hubungi lagi.
– Hehehe, terus? Apalagi yang meragukan?
+Saya juga sempat membaca rekaman percakapan satu komunitas di Sumsel. Kasian, mereka stress semua. Mereka cemas kalau ternyata 2 T nihil. Kemana muka mereka mau ditaruh?
– Oh, sampai begitu yah?
+ Iya.
-Boleh saya minta kontak sumber Anda, Si Cantik?
– Saya sudah janji tidak akan membagi kontaknya.
– Siapa sih sumber Anda? Ada orangnya ?
+ Ada dong, masak tidak? – Kalau begitu bagi namanya saja.
+ Waduh. Ndak boleh. Saya janji juga begitu.
– Bagaimana kalau saya janji juga tidak akan membagi. Ini hanya untuk pengetahuan saya saja. Tidak akan saya siarkan sampai waktunya boleh.
+ Waduh. Jangan deh. Saya kasih klunya aja yah xxxxxxx . Dia selebriti. Pasti Anda mudah melacaknya.
Demikian sidang pembaca, misteri demi misteri masih menyelimuti sumbangan 2 T itu. Sabar yah. Mudah- mudahan Senin hari ini urusan beres, seperti yang dijanjikan keluarga almarhum.(*)
—Penulis adalah wartawan senior*—