JOGLOSEMARNEWS.COM Sport

Gregoria Mariska Tunjung Ternyata Hobi Nasi Kucing, Kendati Tak Bawa Medali di Olimpiade Tokyo Tetap Membanggakan Ortunya di Wonogiri

Gregoria Mariska Tunjung. Foto/Twitter PBSI
   

WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Siapa tak kenal Gregoria Mariska Tunjung, gadis asal Wonogiri yang juga atlet bulutangkis ini baru saja memperkuat skuat sebagai tunggal putri andalan Merah Putih di Olimpiade Tokyo 2020. Kendati tidak membawa pulang medali, kiprah dia sangat membanggakan orang tuanya.

Ada hal lain yang tidak banyak diketahui publik. Ternyata pebulutangkis satu ini punya makanan kesukaan sego kucing alias nasi kucing.

Ayah Gregoria, Gregorius Maryanto, mengatakan, setiap kali akan bertanding, Ria-sapaan sayang keluarga untuk Gregoria- selalu memberikan kabar dan meminta doa restu dan meminta saran dari orang tuanya. Termasuk saat tunggal putri andalan Indonesia itu akan bertanding melawan Ratchanok Intanon, wakil dari Thailand di fase 16 besar Olimpiade Tokyo 2020 pada Kamis (29/7) lalu.

Meski menelan kekalahan dua game dengan skor 12-21 dan 19-21, Maryanto tak mempermasalahkan hasil tersebut.

“Kami tidak mentarget harus dapat medali. Yang penting Ria main bagus. Musuhnya saat itu juga sulit sih. Kalau mainnya jelek meskipun menang saya marah, tapi kalau kalah mainnya bagus ndak papa, kasih evaluasi,” kata Maryanto, Kamis (5/8/2021).

“Nggak harus bawa medali, ini juga olimpiade pertama Ria. Ya itu, yang penting mainnya bagus bapaknya sudah seneng,” imbuh Fransiska Romana Dwi Astuti, ibunya.

Meski pun kalah di Olimpiade Tokyo 2020, perbulutangkis yang akrab disapa Jorji dalam peringkat BWF menempati posisi 21 dunia. Jorji masih punya waktu untuk berkembang dan memenangkan sederet kompetisi bergengsi lainnya. Doa kedua orang tuanya pun menjadi bekalnya di setiap pertandingan

Baca Juga :  Overkendel! Lebaran di Penjara Gegara Main Sabu di Wonogiri

Minat terhadap badminton sudah terlihat di diri Gregoria sejak masih kecil. Itu berawal saat ayah Gregoria memergoki anaknya serius menatap layar kaca yang menampilkan tayangan Thomas dan Uber Cup 2004 lalu.

“Saat itu usianya masih sekitar lima tahun. Setelah lihat itu kok pengin namplek (badminton),” jelas Maryanto.

Ria alias Jorji akhirnya pun jatuh hati dengan olahraga badminton. Bersama sang ayah, dia pun kerap bermain badminton di area perumahannya di Perum Griya Cipta Laras Desa Bulusulur Kecamatan Wonogiri Kota.

Suatu hari, Maryanto mendapatkan kabar bahwa ada kursus badminton di Solo. Dia pun akhirnya mendaftarkan sang putri untuk kursus badminton. Dua kali dalam sepekan, Maryanto mengantar sang putri untuk berlatih.

Tak hanya itu, Jorji sapaan akrab Gregoria, juga sepekan sekali diantar ke rumah pamannya di Klaten untuk berlatih badminton. Maryanto juga melatih sendiri anaknya saat di rumah. Tak masalah bagi Gregoria yang sudah sejak kecil dikenal sangat aktif.

“Melatih Ria di gedung di Bulusulur, modalnya catatan. Saya catat apa yang dilakukan sang pelatih di Solo kemudian saya latih juga. Mengulang yang sudah dilatihkan,” kenang Maryanto.

Pengorbanan bagi sang anak tunggal memang diberikan total Maryanto dan istrinya. Bagaimana tidak, demi fokus mengembangkan potensi si anak, Maryanto memilih untuk menutup kios plastiknya di Pasar Ngadirojo. Sang istrilah yang meminta agar Maryanto bisa fokus melatih ria.

Baca Juga :  Daftar Objek Wisata di Wonogiri yang Cocok Dikunjungi Saat Libur Lebaran 2024, ada Kuliner Juga Loh

“Saya bilang ke Bapak, yang penting Ria bisa fokus di satu bidang yang disenanginya. Saya saja yang kerja, Bapak fokus ngurus Ria. Saya tidak diurus juga tidak apa-apa,” kata Dwi Astuti.

Maryanto menceritakan, anaknya didaftarkan di PB Mutiara Cardinal Bandung. Saat itu, gadis kelahiran 11 Agustus 1999 itu masih duduk di kelas 4 di SD Negeri Ngadirojo 1. Hingga akhirnya dia pindah ke Bandung dan mengikuti homeschooling disana. Sejak saat itu, sederet prestasi berhasil disabet eh Jorji.

Maryanto mengakui, putrinya jarang pulang ke Kota Sukses. Dia dan sang istri yang saat itu sering mengunjungi Jorji. Masih ingat betul, Maryanto beberapa kali mengantarkan kartu ATM milik Jorji yang sering hilang. Meski begitu Jorji kecil dianggapnya anak yang berani.

“Anak cewek masih kecil tapi sudah berani disana sendiri. Betah disana katanya waktu itu,” kata Dwi

Kedua orangtuanya lebih sering berhubungan dengan Jorji via telepon atau video call, setiap hari. Putrinya terakhir pulang ke Wonogiri pada November lalu. Dwi Astuti menuturkan, saat pulang ke Wonogiri putrinya memiliki makanan klangenan. Sangat sederhana, sego kucing. Aris

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com