JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM — Dua terduga peretas situs Sekretariat Kabinet (Seskab) yang beralamat di setkab.go.id ternyata ternyata masih berumur belasan tahun.
Bareskrim Polre menangkap keduanya pada 5 dan 6 Agustus 2021 lalu di Sumatera Barat.
Mengutip Liputan6.com, Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri Slamet Uliandi menyebutkan, peretas situs Setkab berinisial Zyy dan Lutfifakee.
“Pelaku masih berusia belasan tahun. Kedua pelaku ditangkap di dua tempat berbeda di Sumatera Barat,” ucap dia dalam keterangannya, Minggu (8/8/2021).
Slamet mengatakan, penangkapan terduga pelaku pertama pada 5 Agustus 2021 di Tabing Bandar Gadang kota Padang. Sementara terduga pelaku kedua ditangkap keesokan harinya di Pasar Baru Nagari Sungai Rumbai, Dharmasraya.
“Diduga, motif peretasan untuk memperoleh keuntungan ekonomi dengan menjual script backdoor dari website,” kata dia.
Diberitakan, Bareskrim Polri menangkap terduga peretas situs milik Setkab pada Jumat, 6 Agustus 2021. “Sudah ditangkap,” ujar Kabareskrim Polri Komjen Agus Andrianto seperti dikutip Minggu (8/8/2021).
Agus belum bersedia membeberkan lebih detail mengenai penangkapan terduga peretas situs Setkab tersebut. Pasalnya, Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri akan menyampaikan secara langsung kepada masyarakat melalui konferensi pers pada Senin, 9 Agustus 2021.
Seperti diketahui, laman situs Sekretariat Kabinet Republik Indonesia (Setkab) yang beralamat di setkab.go.id diretas dan diubah tampilan web-nya (deface) oleh hacker pada 31 Juli 2021.
Ketika situs diakses, penggunjung seharusnya ditampilkan berbagai informasi umum ternyata diubah dengan foto seseorang yang sedang membawa sebuah bendera merah putih dengan tulisan “Padang Blackhat” dan “Anon Illusion Team.”
Selain itu, pelaku peretasan (hacker) yang mengatasnamakan Zyy Ft Lutfifake serta Padang Blackhat Anon Juna dan Lutfie404 ini juga turut menuliskan sebuah kalimat yang berbunyi:
“Kekacauan dimana-mana, Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Rakyat harus dirumah tanpa ada dispensasi dan kompensasi apa pun yang membuat rakyat Indonesia merasa stress dan depresi. Penguasa menikmati dunianya sendiri dengan gaji yang mengalir tiap hari. Dimana keadilan di Negara ini?” Liputan6