BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Organisasi dan para atlet karate di bawah naungan Forki Boyolali harus lebih maju dan berprestasi.
Hal itu menjadi tekad kepengurusan baru Forki Cabang Boyolali periode 2021- 2025 di bawah Ketua Much Ichsanudin.
“Kami optimis para atlet asal Boyolali bakal mampu berkiprah di wilayah Jawa Tengah bahkan nasional. Bibit atlet karate potensial sebenarnya cukup banyak. Tinggal kita latih dan kelola dengan baik,” ujar Much Ichsanudin, Minggu (5/9/2021).
Diungkapkan, dirinya juga mengharap dukungan semua pihak terkait, utamanya para pengurus yang akan secepatnya dibentuk.
“Tahap pertama tentu mengisi kepengurusan lengkap setelah saya terpilih dalam Muscab yang digelar pada Sabtu (4/9/2021). Setelah itu langsung tancap gas pembenahan organisasi dan penggemblengan atlet. Apalagi sudah ada janji Forki Jateng untuk membantu peralatan,” ujarnya.
Sebelumnya, Wakil Ketua 2 Bidang Hukum dan Disiplin Forki Jateng, Adam Prabowo mengharapkan agar pengurus Forki Cabang Boyolali periode 2021- 2025 ini bisa secepatnya menyusun agenda kerja.
Diungkapkan, tantangan pengurus di Boyolali cukup besar. Hal ini mengingat atlet asal Boyolali masih tertinggal dan belum mampu berbicara banyak di tingkat Jateng maupun nasional.
“Sebenarnya kepengurusan Boyolali ini sudah berakhir pada April lalu.Namun karena terkendala PPKM maka agak mundur untuk pelaksanaan Muscab-nya.”
Ditambahkan, Forki Jateng terus berupaya melakukan edukasi ke 35 cabang di seluruh wilayah Jawa Tengah. Yaitu berupaya setiap cabang menerapkan tata kelola organisasi yang baik.
Karena tanpa tata kelola yg baik sulit mencapai prestasi. Jika organisasi sudah dikelola dengan baik maka akan bisa menetapkan prioritas kerja guna memajukan cabang olahraga yang diembannya.
“Hal ini sesuai dengan jargon Muscab, Bersatu Menuju Prestasi Juara. Sebagai tujuan, untuk menjadi juara butuh proses.”
Antara lain dengan menjalin hubungan harmanonis dengan KONI setempat. Pasalnya, anggaran organisasi Forki juga berasal dari KONI. Dana bisa untuk mengerakkan organisasi serta mencetak atlet berprestasi.
“Kemudian bagaimana tidak hanya mencetak atlet tapi juga mencetak wasit, juri dan pelatih. Karena lewat wasit dan juri ini aturan pertandingan bisa diberitahukan ke para atlet agar tidak ngawur saat bertanding.”
Tak kalah penting adalah semangat merawat para atlet yang ada. Pasalnya, belajar dari pengalaman yang sudah ada, maka seringkali atlet akan hilang dari daerah setelah lulus SMA dan melanjutkan ke perguruan tinggi.
Mereka tetap berlatih intensif, namun justru dirawat oleh daerah lain tempat atlet itu menimba ilmu.
“Ini yang saya maksudkan untuk terus dirawat, agar tetap ada ikatan dengan Forki Boyolali. Tujuannya apa? Begitu dibutuhkan, maka atlet tetap bersedia membela nama Boyolali. Jangan sampai sudah jadi, atlet justru membela daerah lain.” Waskita