BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Bagi Erna Dyah Wilujeng (39), anjloknya harga cabai saat ini justru menjadi berkah. Ya, warga Jalan Perintis Kemerdekaan nomor 40, Kemiri, Kecamatan Mojosongo, Boyolalu mengolah cabai jadi berbagai olahan sambal kemasas serta peyek cabai.
Menurut Erna, sebenarnya dirinya bukan ibu rumah tangga yang bisa memasak. Tangannya justru terbiasa dengan mesin jahit. Sebagai pengusaha handicraft bantal unik dan lainnya. Namun, kini dia banting stir mengolah makanan berbahan cabai.
“Pasalnya, pandemic Covid-19 mengakibatkan penjualan handicraft turun drastis,” katanya, Jumat (17/9/2021).
Akhirnya muncul ide jualan sambal. Ide muncul saat saudara kembarannya di Ungaran, Kabupaten Semarang, Erni Dyan Rahayu terkonfirmasi positif Covid-19 bulan lalu. Erna diminta membuatkan masakan pedas untuk kembarannya ini.
Karena masih memiliki sisa cumi, dia lantas membuatkan sambal cumi. Berawal dari coba-coba, hasil masakannya ini dia posting di story media sosial. Eh, ternyata Erna justru banjir pesanan.
Namun, dia tak ingin masakannya tidak cocok dilidah. Erna lalu membagikan sambal cumi masakannya pada saudara, tetangga dan kolega untuk minta masukan.
“Katanya enak, langsung saya posting lagi dimedsos ternyata banyak yang beli.”
Lalu dirinya mencoba membuat berbagai macam sambal. Mulai dari sambal cumi, teri, petai, ikan pedo sampai paru-paru sapi.
“Sebulan ini saya sudah laku 500 botol kemasan 15 gram dengan harga Rp 25- 35 ribu,” lanjutnya.
Bukan berarti dia tak pernah gagal. Saat mengolah teri, ternyata malah hancur karena teri direndam air panas. Bukannya dibuang, dia justru muncul ide membuat sambal teri tumbuk. Ternyata laku juga dipasaran, banyak yang pesan.
“Sebulan ini, saya mampu meraup keuntungan sampai Rp 12,5 juta. Namun di sisi lain, saya juga sering merasakan pegal karena kelelahan kerja.”
Sukses jualan sambal, dia mencoba inovasi baru, peyek cabai. Saat mencoba varian ini, berkali-kali dia gagal dan berganti formula. Baru pada ujicoba ketiga, dia menemukan ramuan yang pas. Begitu dipasarkan, peyek cabai langsung ludes.
“Selain Jateng, pemasaran hingga Jatim dan Bali. Saya pekerjakan satu karyawan untuk membantu memasak. Sedangkan untuk packing dan marketing, saya lakukan sendiri bersama anak.” Waskita