BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Sinar matahari sangat berharga bagi para petani tembakau rajangan di kawasan lereng Gunung Merapi- Merbabu, wilayah Kabupaten Boyolali.
Pasalnya, terik matahari sangat dibutuhkan bagi petani tembakau untuk mengeringkan hasil panen mereka.
Tak heran, saat hujan maupun mendung, petani kesulitan mengeringkan tembakau. Mereka pun terpaksa berburu sinar matahari hingga kawasan bawah untuk mengeringkan tembakau miliknya.
Para petani tersebut memanfaatkan tanah lapang maupun tanah kosong untuk mengeringkan tembakau.
Sasarannya adalah wilayah Kabupaten Boyolali bagian bawah. Antara lain, seputar Komplek Setda Boyolali hingga lapangan Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono.
Sumarjo (37), misalnya. Warga Desa Gedangan, Kecamatan Cepogo ini memilih tanah kosong di timur Tugu Jagung, seputar Komplek Setda Boyolali pada Senin (13/9/2021). Dia membawa 80 widig atau tempat pengeringan tembakau dari anyaman bambu.
Widig diangkut dengan menggunakan mobil pikap. Widig lalu diletakkan berderet di atas tanah. Beruntung sinar matahari bersinar terik. Sehingga diharapkan, tembakau bisa kering dalam sehari.
“Wilayah atas hujan dan mendung sejak tiga hari terakhir sehingga kami harus turun ke kawasan yang ada sinar matahari,” katanya.
Jika tembakau rajangan tidak bisa kering dalam sehari, maka kualitas tembakau anjlok dan harganya jatuh.
“Ini saja, kualitas tembakau sudah kurang bagus, mas. Untungnya, kini tinggal panen tahap akhir saja.”
Terkait harga, Yadi (32) petani lainnya mengeluhkan harga tembakau anjlok. Harga tembakau saat ini masih sama dengan tahun lalu. Dimana harga tembakau rajangan kering hanya berkisar Rp 40.000 per kilogram.
“Itupun sudah kualitas bagus. Lha kualitas kurang, paling hanya laku Rp 25.000 kilonya,” ujarnya. Waskita