SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Masa pandemi yabg berlangsung hampir dua tahun dinilai telah berdampak signifikan terhadap sektor pendidikan.
Tak hanya bagi sekolah dan guru, pembelajaran jarak jauh (PJJ) lewat online juga menghadirkan kisah perjuangan tersendiri bagi ibu-ibu yang memiliki anak kecil usia sekolah.
Seperti perjuangan tiga ibu-ibu di Sragen saat mengisahkan bagaimana perjuangan mereka mendampingi anak dalam mengikuti pembelajaran online.
Kisah itu terungkap ketika mereka hadir di acara pendidikan politik bagi kader perempuan PDIP Sragen oleh DPD PDIP Jateng di Gedung Kartini, Sragen, Minggu (24/10/2021) pagi.
Ketiga emak-emak itu diminta tampil di depan oleh Wakil Ketua Komisi X DPR RI asal PDIP dari Dapil Jateng IV, Agustina Wiludjeng Pramestuti.
Selanjutnya mereka diberi kesempatan untuk menceritakan perjuangan mereka selama pandemi. Yang pertama, Enik asal Tangkil Sragen.
Di hadapan Agustina, ibu muda yang memiliki usaha warung itu mengaku terpaksa harus menyempatkan waktu untuk mendampingi anaknya belajar daring sambil menunggu warung.
Hal itu dilakukan agar anaknya tidak ketinggalan pembelajaran dari sekolah. Bahkan kadang aktivitas bimbingan itu ia lakukan sambil melayani pembeli.
“Anak saya usia 7 tahun kelas 2 SD. Karena belajarnya online pakai HP, ya saya selalu dampingi. Kadang di sela-sela melayani pelanggan, saya sambi bantu mengerjakan tugas dari guru. Saya ikutkan bimbingan les dari sekolahan juga,” ujarnya.
Cerita perjuangan kedua datang dari ibu muda asal Jurangjero, Karangmalang bernama Yuli.
Ia yang juga punya anak kelas 2 SD, mengaku bisa lebih intens mendampingi anaknya untuk belajar online karena hanya fokus sebagai ibu rumah tangga.
Selama belajar daring, ia memiliki trik yakni menjadwalkan anaknya mulai pukul 09.00-10.00 WIB untuk ia dampingi belajar mengulang pelajaran dari sekolah.
“Pagi selama 1 jam saya jadwalkan belajar sama saya untuk mengulang pelajaran yang ia terima dari sekolah online biar paham. Kemudian setiap sore saya jadwalkan ikut ngaji mulai jam 16.00 WIB sampai 16.30 WIB. Biar nggak bosan, saya ajak main baru nanti dilanjutkan lagi,” terangnya.
Perjuangan tak kalah berat diungkap oleh Nining, ibu muda asal Mondokan. Dia yang bekerja sebagai pegawai di BUMD Sragen, mengaku juga harus berjibaku dengan waktu untuk mendampingi anaknya yang masih SD.
Karena hampir seharian bekerja mulai jam 07.00 WIB hingga jam 16.30 WIB, dia terpaksa harus menyisihkan waktu di malam hari demi bisa mengajari anaknya yang masih kecil.
Agar bisa memantau setiap pembelajaran dan tugas dari guru, nomor HP yang dimasukkan ke grup kelas bukan nomor anaknya tapi nomor HP miliknya.
“Kalau dapat tugas dari guru, langsung saya kirim ke HP anak saya. Nanti saya jelaskan dik ini tugasnya tema ini. Nanti saya koreksi bersama dia habis Isyak. Setelah selesai baru saya kirimkan ke ustadzah,” terang Nining.
Mendengar cerita ketiganya, Agustina Wiludjeng mengaku trenyuh dan salut. Ia kemudian memotivasi mereka dan para ibu-ibu untuk tetap semangat mendampingi anak selama PJJ di masa pandemi.
Bahkan saking salutnya, Agustina mengibaratkan ibu-ibu yang punya anak sekolah kecil, sebagai pahlawan karena beratnya perjuangan mendampingi anak agar bisa sekolah online.
“Peran ibu sangat penting di masa pandemi dan pembelajaran jarak jauh. Makanya kami salut. Harapan kami semua ibu bisa menjadi PUAN. Yaitu perempuan untuk anak negeri (PUAN) Indonesia. Mereka harus berjuang mendedikasikan waktu di tengah kesibukannya mengurus keluarga,” tandasnya. Wardoyo
- Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
- Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
- Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
- Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com