WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kita terlalu sering menyebut anak Indonesia memiliki minat baca yang rendah. Anggapan itu memunculkan sebuah pertanyaan, sudah berapa banyak fasilitas membaca yang tersedia bagi anak-anak.
Apakah setiap anak di pelosok Indonesia memiliki akses yang mudah terhadap buku, hingga mereka mau dan mencintai aktivitas membaca?
Menurut fakta, Indonesia memang berada di peringkat 62 dari 70 negara dalam hal tingkat literasi. Peringkat yang memprihatinkan ketika membaca sebagai aktivitas untuk membuka cakrawala dan pengetahuan manusia.
Tentu ada banyak faktor dalam pemeringkatan ini. Minat baca dan fasilitas yang disediakan salah satunya.
Dalem Pasinaon, sebuah taman belajar sekaligus taman baca yang terletak di Desa Tunggur, Kecamatan Slogohimo ini seolah ingin membalik anggapan di atas. Keberadaan Dalem Pasinaon ingin membantu meningkatkan minat baca anak-anak di pedesaan.
Didirikan oleh Dhiya Restu Putra, mahasiswa Sastra Daerah, Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta serta teman-temannya, mereka berangkat dari sebuah pertanyaan sederhana.
Bagaimana mungkin anak-anak akan suka membaca apabila fasilitas membaca saja terbatas, atau bahkan tidak ada sekali?
Kekhawatiran mereka memang bukan tanpa alasan. Di masa pandemi seperti ini, selain anak-anak tidak selalu datang ke sekolah, mereka juga tidak mengakses perpustakaan seperti dulu.
Terlebih lagi, di desa-desa seperti di Kecamatan Slogohimo tidak ada toko buku lengkap seperti di kota-kota besar.
Restu dan teman-temannya meyakini bahwa untuk meningkatkan minat baca anak-anak, mereka harus menumbuhkan kesukaan anak pada membaca terlebih dulu.
Salah satunya dengan menerapkan 15-20 menit membaca sebelum memulai kegiatan belajar bersama.
“Anak-anak yang belum menyukai membaca itu karena mereka belum menemukan buku yang membuat mereka mencintai membaca. Maka, kita ingin membantu anak-anak ini menemukan buku apa yang mereka sukai,” ujar Restu kepada Joglosemarnews.
Setiap hari Minggu pagi anak-anak akan berbondong-bondong ke rumah Restu. Menenteng tas berisi buku pelajaran sekolah dengan semangat. Bersama dengan teman mahasiswa lain Restu mengajak anak-anak ini untuk membaca buku cerita dan bercerita sebelum mengerjakan tugas sekolah mereka.
Anak-anak begitu antusias dengan kegiatan baru dan wajib ini. Mereka senang membaca cerita-cerita Si Kancil, Bawang Merah dan Bawang Putih, Malin Kundang, dan berbagai jenis cerita anak lainnya.
Mereka pun tak kalah antusias menonton film animasi dan menceritakan kembali apa yang mereka tonton.
Hadirnya Dalem Pasinaon, sesungguhnya hanya satu dari sekian banyak taman baca lainnya. Mereka merasakan hal yang sama bahwa buku dan sarana membaca lain tak sepenuhnya mendukung anak-anak Indonesia untuk memiliki minat baca yang tinggi.
Maka mereka ingin hadir di tengah anak-anak untuk membantu menemukan satu buku yang membuat mereka mencintai membaca. Sri Rejeki