JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Sragen

Kisah Puluhan Tato Mania Sragen Rame-Rame Putuskan Hijrah dan Minta Dihapus. Dari Malu Kalau Buka Baju Sampai Tak Ingin Dicap Preman

Teguh Arifianto, salah satu peserta hapus tato di Mako Poldes Masaran yang ditangani tim Ponpes An-Najah, Sabtu (30/10/2021). Foto/Wardoyo
   

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Tato bagi sebagian kalangan barangkali dianggap seni. Namun tak sedikit pula yang memandang tato identik dengan lambang premanisme dan hal-hal negatif.

Atas alasan itulah, puluhan orang pemilik tato di Sragen akhirnya memutuskan untuk hijrah menghapus tato mereka, Sabtu (30/10/2021).

Puluhan tato mania dari beberapa wilayah kecamatan itu berkumpul di markas SAR Poldes Masaran di kediaman Kades Sepat, Mulyono pagi tadi.

Mereka berkumpul untuk ikut kegiatan hapus tato yang diselenggarakan Poldes Masaran bersama tim dari Ponpes An-Najah Magelang.

Puluhan pemilik tato yang rata-rata pria itu mengaku memutuskan menghapus tato mereka dengan beragam alasan.

Seperti Teguh Arifianto (50). Pria asal Dukuh Pungkruk RT 3/5, Desa Jetak, Kecamatan Sidoharjo, ini sengaja datang untuk menghapus tato di lengan kirinya.

Ia menuturkan tatonya itu sudah terukir hampir 15 tahun. Dulunya tato itu dibuat sebagai pelampiasan kondisinya yang saat itu sedang dilanda stress.

Namun, kini keputusannya untuk menghapus tatonya sudah bulat. Selain usia yang beranjak kepala lima, niatnya hijrah menghapus tato lebih karena ingin menghapus kesan negatif di mata awam.

“Dulu ikut-ikutan nato karena stressnya biar hilang. Sekarang umur sudah tua Mas. Malu sama tetangga. Kadang kalau di rumah pas gerah segan kalau mau buka baju kelihatan tatonya. Dipikir orang jahat, padahal kita orang baik-baik,” paparnya di sela penghapusan tatonya.

Teguh menuturkan tato di lengan kirinya itu dulu dibuat di Semarang. Kala itu, ia hanya ikut-ikutan teman-temannya saja. Kini ia mengaku sudah mantap menghapus seni ukir di tubuh itu karena ingin berubah menjadi baik.

“Kadang kebanyakan orang memandang kalau ada tato itu orang jahat. Makanya saya ingin menghapusnya,” tukasnya.

Paryono, yang punya tato di beberapa bagian juga sudah mantap untuk hijrah lepas dari tato. Foto/Wardoyo

Lain Teguh, lain pula Paryono. Pria berusia 36 tahun asal Desa Sepat, Masaran itu juga datang untuk menghapus tato di beberapa bagian tubuhnya.

Baca Juga :  Dua Kali Panen Padi Melimpah Dan Harga Jual Tinggi, Pemerintah Desa Bedoro Sragen Akan Menggelar Sholawat Bersama Habib Syech Bin Abdul Qadir Assegaf. Bentuk Rasa Syukur Pada Allah

Pria berbadan tambun itu mengaku memiliki tato di bagian tangan kanan dan kiri, punggung dan betis. Tato itu dibuatnya saat merantau di negeri Jiran Malaysia beberapa tahun silam karena ingin variasi saja.

Namun kini ia sudah merasa tak nyaman dan memutuskan untuk menghapus semua tatonya. Alasannya karena ingin menghapus image negatif dan berubah menjadi baik.

“Dulu namanya anak muda, nyari variasi. Sekarang pingin berubah, ingin mencari jalan terbaik. Karena tato kadang masih dianggap sesuatu yang negatif. Dikira orang nakal, jadi malu kalau buka baju. Makanya saya hapus ini,” urainya.

Paryono menuturkan ada rasa panas saat proses penghapusan tatonya. Namun rasa panas itu hanya berlangsung sekitar 15 menit.

Ia menyebut karena banyak, penghapusan tato di tubuhnya harus dilakukan bertahap.

“Tadi dioles seperti salep warna hitam. Olesan pertama panas, yang kedua sudah nggak begitu,” urainya.

Salah satu tokoh di Masaran malu-malu diambil gambarnya saat ikut menghapuskan tato di lengan kirinya. Foto/Wardoyo

Koordinator Poldes Masaran sekaligus Kades Sepat, Mulyono menyampaikan kegiatan hapus tato itu diprakarsai Poldes Masaran dengan menggandeng tim dari Ponpes An-Najah Magelang.

Tujuannya untuk membantu masyarakat yang ingin menghapus tato mereka. Meski baru pertama kali digelar, antusias cukup tinggi yang ditandai ada sekitar 70 orang yang mendaftar dan hadir untuk dihapus tatonya.

“Niatan kita bantu teman, sedulur dan masyarakat yang ingin menghapus tato. Kadang mungkin rikuh, takut atau malu, nah ini kita fasilitasi. Ada 8 personel dari tim Pondok An-Najah yang diterjunkan untuk menghapus tato mereka,” paparnya.

Mulyono. Foto/Wardoyo

Dari 70 orang yang hadir, 10 di antaranya adalah perempuan. Proses penghapusan tato bagi perempuan digelar di ruangan sedang laki-laki di teras rumah.

Para peserta tidak dimintai biaya namun panitia membuka donasi seikhlasnya yang diperuntukkan membantu akomodasi tim penghapus tato.

Baca Juga :  Media Sragen Terkini (MST HONGKONG), Grup Pertama yang Terdaftar di Kemenkumham dan Memiliki Anggota Terbanyak di Kota Sragen

“Insya Allah ke depan akan kita agendakan berkelanjutan. Kemarin sosialisasi kita hanya lewat grup-grup saja. Takutnya membeludak,” tukasnya.

Pakai Ramuan Khusus

Penanggungjawab tim penghapusan tato dari Ponpes An-Najah Magelang, Ahmad Jumanun mengatakan proses penghapusan tato yang dilakukan timnya, menggunakan metode yang masih terbilang jarang.

Yakni memakai racikan obat khusus hasil ramuan santri. Metode penghapusan dilakukan dengan menempelkan plaster di sekitar bagian yang ditato.

Setelah itu, bagian yang ditato diblok dengan olesan ramuan berbentuk salep berwarna hitam. Untuk tato yang relatif simpel cukup sekali oles namun yang rumit dan banyak bisa lebih dari sekali oles.

Setelah beberapa saat dan mengering, barulah ramuan itu dibersihkan. Cara kerja ramuan itu diklaim sangat efektif mengangkat tinta tato hanya sekali proses.

“Hasilnya setelah satu minggu akan mengelupas dan bersih. Reaksi awal waktu dioles memang panas. Tapi dibanding metode lain seperti laser, efeknya masih lebih ringan. Setelah terkelupas jangan digaruk atau diusap. Insya Allah nanti kulit akan bisa kembali pulih 95 persen. Kalau pulih 100 persen nggak bisa,” jelasnya.

Proses penghapusan tato di Mako Poldes Masaran, Sabtu (30/10/2021). Foto/Wardoyo

Ahmad menambahkan kegiatan hapus tato memang menjadi salah satu program di Ponpes An-Najah Magelang. Pihaknya juga membuka kerjasama dengan siapa saja yang ingin melakukan hapus tato.

Selain layanan di ponpes, timnya juga sudah menghadiri undangan hapus tato di Kudus, Sragen dan beberapa daerah. Khusus kegiatan di Sepat, ada 8 personel yang diterjunkan dan sudah terlatih dan menguasai teknik penghapusan tato.

“Sudah 4 tahun kita membuka layanan hapus tato. Bahkan sampai di Jakarta. Total kalau dihitung sudah 8.000 orang yang kita hapus tatonya. Ini tujuannya memang menolong sesama muslim. Pengalaman kami yang paling rumit di tato di bawah kelopak mata, karena harus ekstra hati-hati,” tandasnya. Wardoyo

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com