SEMARANG, JOGLOSEMARNEWS.COM -Polemik banteng versus celeng di internal PDIP kian menghangat. Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Jateng, Abang Baginda Muhammad Mahfuz Hasibuan pun angkat bicara menanggapi polemik ini.
Ditegaskannya, adanya polemik banteng versus celeng yang saat ini terjadi di internal partai justru semakin memperkuat soliditas kader.
Ia pun menyampaikan, jika kader sejati atau yang dia sebut dengan banteng sejati paham dengan posisi dan kewajibannya.
Sehinga, munculnya istilah celeng juga dianggap makin mensolidkan kader karena mencegah adanya upaya pemecah belah.
“Jadi saya tegaskan, apakah mengancam soliditas PDIP di Jateng? Saya rasa tidak karena dari dulu sampai sekarang kader partai, banteng sejati itu paham posisinya seperti apa dan paham betul kewajiban mereka seperti apa,” terang Baginda saat dikonfirmasi JOGLOSEMARNEWS.COM , Kamis (14/10/2021).
“Justru membuat para banteng sejati itu makin solid, akan semakin merapatkan barisan. Karena merasa ada upaya pemecah belah dan bisa merusak barisan banteng di Jateng,” imbuh Baginda lebih lanjut.
Baginda juga menyampaikan, jika istilah banteng dan celeng di PDI Perjuangan bukanlah istilah baru. Menurutnya, istilah itu sudah sejak lama dipakai.
“Jadi, menurut saya mengapa ada istilah banteng dan celeng ini berangkat dari pidatonya Bung Karno pada 23 Januari 1945. Saat itu Bung Karno mengatakan syarat terbentuknya partai pelopor itu adalah disiplin kader partai. Oleh karena itu PDI ketika ingin menjadi partai pelopor maka seluruh kader harus disiplin,” urai Baginda yang saat ini duduk di Komisi C DPRD Jateng ini.
“Disiplin yang bagaimana? disiplin yang tegak lurus terhadap apa yang menjadi keputusan. kader yang berpedoman kepada sikap politik, berpedoman kepada kebijakan, dan berpedoman kepada program perjuangan partai,” tandasnya.
Baginda menambahkan semua paham PDI Perjuangan adalah partai yang menganut ajaran Bung Karno, yakni menjalankan kepemimpinan dengan prinsip demokrasi terpimpin.
“Sehingga yang namanya kader partai itu nggak bisa suka-sukanya dia, kader partai itu harus tegak lurus, harus taat, patuh terhadap AD ART partai, terhadap keputusan keputusan partai, khususnya kongres partai dimana salah satunya mengamanatkan keputusan calon presiden dan calon wakil presiden itu sepenuhnya kewenangan ibu Ketua Umum (Megawati Soekarno Putri),” terangnya.
Secara tegas, Baginda pun menganalogikan, banteng merupakan hewan yang hidup berkelompok dengan satu pimpinan.
Menurut dia, kelompok banteng itu hewan yang cara hidupnya berkumpul dan bergerombol yang kemana-mana selalu bersama-sama dalam satu barisan dan dipimpin oleh pejantan yang kuat perkasa yang mampu melindungi seluruh anggotanya.
“Itu karakter banteng, mereka selalu bersama-sama,” paparnya.
Sedangkan celeng, lanjuta Baginda, jauh berbeda dengan karakter banteng.
“Celeng itu hewan yang hidup sendiri dan cenderung merusak. Jadi istilah banteng itu adalah kader yang sebenar-benarnya kader PDI Perjuangan, sedangkan celeng itu yang katanya kader PDI Perjuangan tapi tidak sesuai dengan karakter seharusnya kader,” imbuh dia. Satria