Beranda Daerah Sragen Sragen Mulai Dilanda Kekeringan, Ratusan Warga di Kowang Sumberlawang Sudah 2 Bulan...

Sragen Mulai Dilanda Kekeringan, Ratusan Warga di Kowang Sumberlawang Sudah 2 Bulan Kesulitan Air Bersih

Warga Dukuh Kowang, Desa Ngargotirto, Sumberlawang, Sragen antri droping air bersih menyusul kekeringan yang melanda wilayah itu sejak dua bulan terakhir. Foto/Wardoyo

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Sedikitnya 500 jiwa di Desa Ngargotirto, Kecamatan Sumberlawang, Sragen dilaporkan mengalami kekeringan.

Kekeringan melanda sejak dua bulan terakhir menyusul tidak adanya turun hujan. Warga kini mulai bergantung pada jatah bantuan droping.

Kades Ngargotirto, Sumadi mengatakan kekeringan terparah melanda Dukuh Kowang terutama di 10 RT. Di wilayah ini, sudah hampir sebulan lebih warga kesulitan mendapatkan air bersih.

Sumber-sumber air dan sumur sudah mengering dan tak lagi bisa diandalkan.

“Kalau total ada 10 RT di Dukuh Kowang. Jiwanya sekitar 500an. Saat ini yang benar-benar kekeringan itu ada di RT 6 B dan 7 A, 7B, 7C dan 8A yang kekurangan air,” paparnya Sabtu (16/10/2021).

Sumadi menguraikan di luar kemarau, warga biasanya masih bisa memanfaatkan sumur-sumur kecil dan rembesan. Namun jika kemarau seperti ini, semua sumber itu tidak lagi bisa digunakan.

Terlebih, sumur warga yang ada kebanyakan hanya kedalaman 14 sampai 16 meter sehingga airnya juga habis saat kemarau tiba.

“Selain kesulitan untuk konsumsi sehari-hari, dampak kekeringan terutama dirasakan pada pertanian. Karena air sulit, di sini cuma dua kali masa tanam. Kalau musim kemarau sudah nggak bisa ditanami,” jelasnya.

Baca Juga :  Diduga Proyek Pengerjaan Bangunan Cagar Budaya Pendapa Petilasan Mangkubumi di Sragen Asal Asalan Baru Dibangun Sudah Ambruk

Saat ini, warga hanya mengandalkan bantuan droping air bersih dari relawan, pemerintah dan pemerintah desa.

Namun desa agak kesulitan untuk mengkover lantaran butuh anggaran besar untuk memenuhi droping ke warga. Apalagi kondisi anggaran saat ini banyak tersedot untuk penanganan Covid-19.

“Satu mobil tangki isi 6000 liter itu harganya sudah Rp 200.000,” terangnya.

Kades menambahkan sebenarnya sudah lama digagas pembuatan sumur Pamsimas untuk mengatasi kekeringan yang melanda hampir tiap tahun.

Namun kondisi geografis di wilayahnya tidak mendukung karena minimnya sumber mata air. Pernah dilakukan pengeboran hingga 3 kali bahkan sampai kedalaman 84 meter untuk Pamsimas namun tidak menemukan mata air.

“Kalaupun ada paling hanya bisa bertahan beberapa bulan saja,” imbuhnya.

Kepala Pelaksana Harian BPBD Sragen, Agus Cahyono mengatakan sampai saat ini kondisi kemarau masih terkendali. Meski demikian, sejumlah wilayah memang sudah mengajukan permintaan droping.

Di antaranya di Desa Gilirejo Baru Miri, Desa Galeh Tangen dan Kowang Sumberlawang. Situasi kekeringan saat ini masih relatif landai karena musim kemaraunya terbilang kemarau basah.

Baca Juga :  Sosok Elly Salon Pengusaha Sukses Asal Sragen Kini Mulai Buka Cabang di Belakang UMS Solo

“Ini tidak separah tahun 2019 lalu. Minggu depan kita akan laksanakan monev wilayah terdampak kekeringan untuk penentuan sasaran bantuan droping. Perkiraan kita Minggu kedua Oktober sudah masuk musim penghujan,” ujarnya. Wardoyo

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.