YOGYAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Menyusul kasus-kasus Covid-19 yang terus bermunculan di DIY, maka Pemda setempat bakal mengkaji ulang kebijakan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas.
Hal itu diungkapkan oleh Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Kadarmanta Baskara Aji.
Dia menjelaskan, klaster sekolah mendominasi penambahan kasus terkonfirmasi pada Kamis (26/11/2021) lalu, di mana DIY mengalami penambahan sebanyak 79 kasus positif.
Jumlah itu juga menjadi tertinggi harian untuk skala nasional, disusul DKI Jakarta sebanyak 54 kasus dan Jawa Tengah 45 kasus.
“Kebanyakan siswa (yang terpapar Covid-19). Memang ada yang masyarakat tapi sebagian besar siswa. Mungkin masih disebabkan varian Delta juga,” terang Aji di kantornya, Jumat (26/11/2021).
Aji menjelaskan, klaster sekolah telah ditemui di seluruh jenjang pendidikan. Mulai dari SD, SMP, SMA, maupun SLB. Penularan juga ditemui hampir di seluruh kabupaten/kota.
“Rata-rata di semua kabupaten kota sudah ada. Memang yang tinggi di Sleman 24 kasus dan Bantul itu kalau enggak salah 36 kasus. Kulon Progo 94 tapi kan sudah sejak awal mereka swab massal,” jelasnya.
Saat ini, Pemda DIY tengah mengevaluasi ulang penerapan PTM di sekolah untuk mencari tahu penyebab kemunculan klaster Covid-19.
“Disdikpora sudah saya minta untuk melakukan evaluasi mencari tahu penyebabnya apa. Apakah ada kesalahan prosedur atau karena lengah,” terangnya.
Hingga saat ini, Aji belum mengetahui apa yang menyebabkan klaster sekolah terus bermunculan. Jika segala upaya telah ditempuh, namun penularan juga tak bisa dikendalikan maka tak menutup kemungkinan Pemda DIY akan kembali menerapkan metode pembelajaran jarak jauh (PJJ).
“Kalau masih ada penambahan sangat mungkin kita akan off lagi. Karena kalau ini terjadi terus, yang kemarin positif dewasa sekarang bisa jadi anak-anak” bebernya.
Aji melanjutkan, salah satu hal yang perlu disorot adalah upaya pengawasan anak usai jam sekolah. Menurutnya, siswa harusnya langsung pulang ke rumah usai mengikuti PTM terbatas. Di sisi lain, sekolah juga akan kesulitan memantau peserta didiknya di luar lingkungan sekolah.
Aji pun meyakini pelajar lebih berisiko terpapar Covid-19 saat bermain di luar jam sekolah. Karenanya, pengawasan orang tua sangat diperlukan.
“Perlu dicari, setelah pulang anak-anak pada ke mana. Makannya saya minta sampel, tanya orang tua anak-anak mereka rata-rata pulang jam berapa,” jelasnya.
“Kalau pulangnya jauh dari jam pulang sekolah dia bermain dulu sangat mungkin,” sambungnya.
Aji memastikan bahwa seluruh siswa yang terpapar Covid-19 berada dalam kondisi baik. Mayoritas tidak menunjukkan gejala infeksi virus Corona atau disebut orang tanpa gejala (OTG). Kerenanya, upaya penelusuran kontak erat perlu dilakukan dengan baik sebab OTG lebih sulit dideteksi.
“Jadi kalau enggak di-tracing dengan baik, ya, luput,” jelasnya.
Di sisi lain, Aji mengkhawatirkan bila OTG menulari kelompok rentan seperti warga lanjut usia. Aji pun meminta kepada gugus tugas Covid-19 di satuan pendidikan untuk melakukan pengawasan terhadap siswa yang menjalani isolasi di rumah. Satgas perlu memastikan apakah kediaman pasien memang layak untuk dijadikan tempat isolasi.
“Karena mereka OTG itu rata-rata isolasi mandiri. Tapi kalau memang di rumah tidak memungkinkan kita sudah siapkan selter. Kita minta satgas sekolah harus koordinasi apakah di rumah (pasien) sudah sesuai standar,” bebernya.
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) DIY, Didik Wardaya mengaku belum bisa merinci total siswa maupun guru di DIY yang terpapar Covid-19. Sebab hingga saat ini, proses pemeriksaan masih terus berlangsung.
Dari hasil pemeriksaan sementara, di Kabupaten Kulon Progo dari tes acak yang digencarkan 10-17 November 2021 dan menyasar 2.221 siswa ditemukan 94 siswa dari 54 sekolah berbagai jenjang yang positif.