WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM — Tidak hanya pembangunan badan bendungan, proyek Waduk Pidekso Wonogiri juga menyasar ke pekerjaan lainnya. Di antaranya jalan lingkar atau tepatnya jalan relokasi.
Jalan ini melingkari cakupan air Waduk Pidekso. Terbagi menjadi dua sisi, kanan dan kiri menghubungkan pemukiman warga dengan jalan desa hingga tembus di jalan kabupaten dan provinsi.
Keberadaan jalan relokasi ini sangat vital. Pasalnya menjadi akses warga sekitar waduk dengan jalan yang menghubungkannya. Dengan begitu akses warga tetap bisa lancar kendati telah ada Waduk Pidekso di tengahnya.
Nah jalan inilah yang saat ini tengah dikerjakan. Bahkan pekerjaan tersebut dikebut alias dipercepat dari target awal.
Secara prinsip pekerjaan jalan teloky dilaksanakan secara paralel dengan prioritas akselerasi pembangunan Waduk Pidekso Wonogiri.
Bahkan sejumlah alat berat disiapkan untuk memperlancar percepatan pengerjaan jalan relokasi. Alat berat itu terdiri dari 10 buah ekskavator, 3 buldozer dan 3 vibro roller (mesin pemadat badan jalan). Alat berat dikerahkan ke sejumlah titik yang berpotensi untuk mendapatkan prioritas percepatan penggarapannya.
“Kami juga mendirikan posko darurat di sekitar lokasi. Ada juga penyediaan kendaraan double cabin, untuk membantu pengangkutan warga yang ingin melintas,” ujar Project Manager PT PP Waduk Pidekso, Nur Eko, Rabu (10/11/2021).
Tujuannya, agar warga yang terisolasi karena genangan air waduk yang makin meninggi, dapat cepat dicarikan solusinya. Juga dilakukan pembangunan jembatan darurat memakai gorong-gorong agar hubungan darat tetap lancar.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo, Abdul Mahmud, menyebutkan upaya mempercepat pembangunan relokasi jalan, kini diparalelkan dengan akselerasi pembangunan Waduk Pidekso di Giriwoyo, Wonogiri. Untuk ruas jalan relokasi kanan sepanjang 10,4 kilometer dan ruas kiri sepanjang 2,8 kilometer.
Lebar badan jalan 3 meter dilengkapi dengan bahu jalan masing-masing lebar 1 meter dan 4 jembatan baru. Sampai saat ini, pembangunannya telah selesai 89 persen dan pada akhir tahun 2021 nanti ditargetkan rampung 97 persen.
Penggarapan Waduk Pidekso dipercepat penyelesaiannya. Semula targetnya selesai 2022, kemudian dimajukan karena akan diresmikan Presiden Bulan Desember 2021. Demikian pula, langkah percepatan pembangunan Waduk Pidekso, kemudian diparalelkan dengan pembangunan relokasi jalan yang juga dipercepat.
Waduk Pidekso bernilai Rp 700 miliar ini, dibangun dengan membuat bendung induk (main dam) di alur Sungai Bengawan Solo Hulu, tepatnya di Desa Pidekso, Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri. Areal genangannya merendam tiga desa, terdiri atas Desa Pidekso dan Desa Tukulrejo di Kecamatan Giriwoyo, serta Desa Sendangsari di Kecamatan Batuwarno.
Terpisah, Bupati Wonogiri Joko Sutopo menjelaskan Presiden Joko Widodo diagendakan bakal meresmikan bendungan itu pada Selasa (21/12/2021). Karena itu, seluruh properti bakal dipersiapkan demi kelancaran peresmian Waduk Pidekso.
Banyak hal yang diharapkan dari Waduk Pidekso. Misalnya, 1.500 hektar lahan pertanian tadah hujan berubah menjadi lahan pertanian irigasi teknis. Lalu waduk juga bisa menjadi konservasi wisata hingga pemanfaatan air baku dengan debit 300 liter per detik dan mereduksi banjir.
“Aspek-aspek ini bakal menjadi sesuatu yang luar biasa bagi Wonogiri,” kata
Bupati yang beken disapa Jekek itu.
Pihaknya berkomitmen untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang ada. Aset itu juga bakal dijaga supaya bisa meminimalkan terjadinya sedimentasi di Waduk Pidekso nantinya.
Soal pembebasan lahan Jekek mengatakan sudah hampir rampung. Tinggal mengurus tanah kas desa yang nantinya juga terendam genangan dan mencari tanah pengganti. Tanah wakaf juga tinggal tahap pembayaran.
“Praktis tidak ada persoalan di ranah sosial. Tinggal fokus di pemanfaatan,” kata Jekek.
Kepala Satuan Kerja (Satker) Waduk Pidekso Dony F.S. mengatakan pembangunan Waduk Pidekso sudah melewati sertifikasi desain, pengisian air waduk dan saat waduk akan beroperasi juga melewati sertifikasi operasi waduk.
Menurut dia, bendungan biasanya memiliki umur 50 tahun. Umur bendungan tergantung dari banyak atau sedikitnya sedimentasi di waduk.
“Saat lingkungan bisa dijaga, sedimentasi waduk dijaga umur waduk bisa bertambah panjang. Umurnya minimal 50 tahun,” kata Dony.
Selain itu, dia menjelaskan waduk itu tahan bencana termasuk gempa megathrust. Peta gempa dari pemerintah pusat juga sudah dipelajari dan diikuti. Bendungan Pidekso juga berjenis bendungan batu yang lebih fleksibel sehingga kuat dalam menahan gempa. Berbeda dengan bendungan beton yang lebih rigid. Aris