BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Meski banjir lahar Gunung Merapi mengancam di tengah musim hujan, para penambang pasir manual tetap nekat bekerja di Kali Apu.
Ya, di sungai yang berhulu di lereng Merapi inilah, mereka mengais pasir dari dasar sungai.
Ada belasan penambang manual yang mengandalkan hidupnya disana. Sukani (60), asal Dukuh Takeran, Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, salah satunya. Dia tetap mengorek kerikil bercampur pasir dengan peralatan sederhana.
“Harus diayak dulu untuk memisahkan pasir dari keirikilnya,” katanya, Selasa (7/12/2021).
Sukani tidak bekerja sendirian. Dia bersama dua temannya, Sami (70), dan Tumini (55). Usia senja tak mneghalangi ketiganya untuk menambang pasir.
Sebelum fajar mereka sudah pergi ke sungai seraya membawa alat-alat menambang seperti garok kecil, linggis dan ayakan. Juga botol berisi the manis untuk mengusir dahaga.
Toh hasilnya tidak seberapa. Meski menambang dari pukul 06.00 sampai 17.30, mereka baru bisa mengumpulkan satu rit pasir dalam 2- 3 hari . Satu rit pasir laku Rp 100 ribu dan dibagi tiga orang.
Tak takut dengan banjir ?
“Kami mengandalkan tanda-tanda alam saja. Kalau sudah hujan, kami pulang. Kalau bagian lereng yang hujan, biasanya air sungai berubah keruh. Kalau sudah begitu kami pulang dan pasrah kalau pasirnya hanyut oleh banjir.”
Tak hanya banjir, longsor pun mengancam setiap saat. Terlihat disisi kanan area yang ditambang Sukani, terdapat bekas longsoran tebing setinggi 20 meter. Namun dia enggan menambang disitu meski pasir melimpah.
“Khawatir terjadi longsor susulan, jadi kami memilih menambang ditengah-tengah Kali Apu. Kalau hujan, langsung pulang,” ujar Sukani. Waskita