SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM — Pemerintah kini tengah menggencarkan upaya vaksinasi Covid-19 bagi anak-anak. Dengan demikian, adanya efek samping usai mendapat penyuntikan vaksin juga mungkin dirasakan sang anak. Bagaimana peran orang tua untuk mencegah hal tersebut agar tidak parah?
Satgas imunisasi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Mei Neni Sitaresmi menyebutkan, Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) atau efek samping pada anak usia 6-11 usai divaksinasi dapat terjadi karena kesalahan prosedur. Salah satunya yakni kesalahan saat anak melakukan tahap skrining.
Andil orang tua sangat dibutuhkan pada tahap tersebut. Mei meminta orang tua menjelaskan secara jujur mengenai kondisi kesehatan anaknya. Hal inilah yang perlu ditekankan di tahap skrining sebelum dosis vaksin disuntikkan.
“KIPI bisa dicegah dengan screening yang baik. Oleh karena itu orang tua harus jujur saat dilakukan skrining,” ungkap Mei dilansir dari republika.co.id, Sabtu (25/12/2021).
Vaksin harus diberikan ketika tubuh anak dalam kondisi prima. Apabila orang tua bisa berterus terang ketika sang anak sedang tidak 100 persen fit, maka petugas skrining bisa mengambil keputusan yang tepat apakah tetap divaksinasi atau ditunda dahulu.
Misalnya saja, anak dalam kondisi demam. Ayah dan bunda harus fokus menyembuhkan demam buah hatinya terlebih dahulu. Pada intinya, orang tua disarankan tak memaksa anak melakukan vaksinasi jika kesehatannya menurun.
Mei turut merekomendasikan, orang tua bisa berkonsultasi ke dokter jika tak yakin pasti dengan kesehatan anaknya.
“Dokter akan memberikan rekomendasi kalau memang layak diberikan. Sebab, anak-anak dengan kondisi khusus mempunyai risiko lebih tinggi kalau dia terinfeksi dengan segala komplikasinya,” jelasnya.
Selain kejujuran dari orang tua, mereka juga diingatkan agar tidak memberi stigma negatif terhadap vaksin. Mei mengimbau orang tua tak menakuti-nakuti sang anak ketika hendak divaksin.
Pikiran buruk dapat memunculkan KIPI pada anak lantaran panik atau ketakutan. Hal ini disebut immunization strees-related response (ISRR).
“Ternyata reaksi vaksin itu bukan semua karena reaksi vaksin, tapi ada cukup banyak (karena) ISRR,” tandas Mei.
Sebelumnya, pemerintah telah menetapkan vaksin jenis Sinovac untuk anak usia 6-11 tahun. Kementerian Kesehatan beralasan karena KIPI dari Sinovac tergolong ringan, sehingga jenis tersebut paling aman diberikan pada anak. Linda Andini Trisnawati