WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM — Sudah menjadi rahasia umum bahwa warga terdampak pembangunan Waduh Pidekso Giriwoyo Wonogiri mendapatkan ganti untung dalam jumlah besar. Bahkan ada yang mendapatkan uang pengganti hingga miliaran rupiah.
Lantas bagaimana penghidupan mereka sekarang? Apakah bergelimang harta atau justru kembali hidup sederhana?
Ternyata menurut pengakuan warga terdampak, tidak merta mereka yang terdampak lantas bergelimang harta dan hidup berkecukupan. Sebagian bahkan kembali hidup sederhana.
Malah ada yang kehilangan mata pencaharian dan bingung tidak memiliki lahan pertanian lagi. Kendati demikian rumah mereka rata-rata cukup megah dan sebagian memiliki mobil hasil dari ganti rugi.
Salah satu warga terdampak, Suratman ketika dijumpai saat menanti peresmian Waduk Pidekso Giriwoyo Wonogiri oleh Presiden Jokowi, Selasa (28/12/2021) mengungkapkan fakta yang dihadapi saat ini. Dia menceritakan, sekeluarga pindahan dari Dusun Langkeyan Desa Pidekso Giriwoyo, saat ini sebagian dusun sekarang sudah jadi pulau di atas waduk.
“Setelah mendapat ganti rugi lalu kami membeli tanah di Dusun Cantel Desa Pidekso ini,” ujar Suratman.
Dijelaskan, saat pembangunan Waduk Pidekso sekitar tahun 2018 silam sebagian warga Desa Pidekso, Desa Tukulrejo, Kecamatan Giriwoyo dan sebagian warga Desa Sendangsari Kecamatan Batuwarno terpaksa harus pindah. Warga yang terdampak mendapatkan ganti rugi lahan yang terdampak pembangunan proyek nasional tersebut. Termasuk keluarga isterinya.
Saat itu istrinya mendapatkan ganti untung. Bapak beranak tiga ini mengaku, sebidang tanah sawah dan pekarangan tersebut mendapatkan ganti rugi sekitar Rp700 juta dari pemerintah.
Uang hasil ganti rugi itu kemudian dibelikan lahan pekarangan di Dusun Cantel sekitar Rp150 Juta lalu sisanya untuk biaya mendirikan rumah.
“Bangunan rumah dan tanah ini kalau saya total lebih dari Rp600 juta. Karena saat itu harga material dan ongkos uruk tanah mahal,” beber dia.
Dari cerita Suratman, jika ditotal warisan dari orang tua istrinya mendapatkan ganti rugi sekitar Rp3 miliar. Itu masih dibagi untuk beberapa saudara istrinya.
Namun, uang mereka sudah habis untuk membeli tanah dan membangun rumah.
Sementara itu, ada satu warga Desa Pidekso yang terbanyak mendapatkan ganti rugi yakni sekitar Rp6 miliar lebih.
“Untung saja saya masih punya tanah warisan dari keluarga saya, saya garap untuk lahan pertanian. Jadi bisa untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari,” jelas dia.
Lebih lanjut Suratman menceritakan, kebanyakan saat ini yang ganti rugi lahan sudah habis untuk membeli tanah dan membangun rumah serta mobil.
Pada awal masa pencairan ganti rugi, banyak warga tidak memikirkan mata pencaharian ke depan ketika menempati lokasi baru. Dicontohkan, warga yang pindah salah satu dusun di Desa Sendangsari, saat ini rumah mereka bagus-bagus dan punya mobil. Akan tetapi sekarang, mereka kebingungan karena tidak lagi punya lahan penghidupan, seperti sawah atau tegalan.
“Karena uang mereka sudah habis ndak bisa beli sawah. Jadi, yang tidak punya sawah sekarang ikut buruh proyek,” kata dia.
Kendati demikian, dia mengaku sangat bersyukur karena saat ini dapat tidur nyenyak di rumahnya. Meski uang hasil dari ganti rugi lahan pembangunan Waduk Pidekso tak tersisa lagi. Aris