Beranda Daerah Wonogiri Gempar! 3 Warga Wonogiri Jadi Korban Penganiayaan Diduga Dilakukan Oknum Bank Plecit,...

Gempar! 3 Warga Wonogiri Jadi Korban Penganiayaan Diduga Dilakukan Oknum Bank Plecit, Ada yang Hamil Dipukuli Perutnya

Bank Plecit
Nasabah bank plecit berada di sebuah rumah di Kecamatan Girimarto Wonogiri. Joglosemarnews.com/Aris Arianto

WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM — Sedikitnya tiga warga Wonogiri diduga menjadi korban penganiayaan. Menurut mereka aksi itu disinyalir dilakukan oknum bank plecit.

Ketiga korban merupakan emak-emak, ada yang dalam kondisi hamil ada pula yang paro baya. Dua dari tiga korban itu bahkan sampai dilarikan ke rumah sakit.

Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun, dugaan penganiayaan itu dilakukan di salah satu rumah di Kecamatan Sidoharjo, Wonogiri Senin (31/1) lalu. Para korban diduga dianiaya oleh sejumlah oknum bank plecit. Bahkan para korban baru diperbolehkan pulang pada Selasa (1/2) dinihari.

Dua orang korban di antaranya harus menjalani perawatan di rumah sakit. Korban yang dirawat adalah Nanik Haryani (38), warga Desa Sidokarto Kecamatan Girimarto yang sedang hamil muda dan Kartini (58), paro baya yang masih satu desa dengan Nanik. Mereka diduga dianiaya oleh tiga orang oknum bank plecit.

Rita, warga Desa Kerjo Lor Kecamatan Ngadirojo mengaku pada saat itu dia bersama sejumlah temannya termasuk para korban memenuhi panggilan pihak bank plecit di sebuah rumah di Kecamatan Ngadirojo.

“Saya dijambak, dipukul pakai handphone. Kaki saya diinjak, ini masih agak bengkak. Saya dikeroyok tiga orang,” kata dia saat ditemui di wilayah Kecamatan Girimarto Rabu (2/2/2022).

Rita menceritakan, awalnya dia diminta oleh Nanik yang juga menjadi korban penganiayaan untuk mencari nasabah yang mau berutang. Nanik sendiri hamil muda, dan kini sedang menjalani perawatan intensif di rumah sakit usai dianiaya.

“Penganiayaannya tidak wajar, diperlakukan seperti binatang. Diseret-seret. Disiram pakai air. Sampai rumah saya basah kuyup lalu pingsan,” ujar Rita.

Dia menuturkan, memang ada sejumlah nasabahnya yang macet membayar angsuran. Namun, mereka hanya telat membayar dalam hitungan jam.

Ada sejumlah orang yang dipanggil oleh pihak bank plecit itu dikumpulkan dan diminta untuk melunasi hutang dari 90 orang nasabah. Total hutang yang diminta untuk dilunasi mencapai Rp 100 juta.

Rita juga sudah melaporkan penganiayaan yang menimpa dirinya kepada kepolisian. Dia didorong oleh suaminya yang tidak terima istrinya dianiaya. Dia memang pernah berhutang ke bank plecit itu, namun sudah cukup lama. Pernah juga dia mendapatkan perkataan kasar dari oknum bank plecit itu.

Baca Juga :  Awal Penghujan Saatnya Tanam Pohon, Contohlah Aksi dari Bendungan Kulurejo Nguntoronadi Wonogiri ini

Di tempat yang sama, Hartini, warga Dusun Tegalrejo Desa Jatirejo Kecamatan Girimarto juga berada di lokasi penganiayaan. Dia adalah saksi mata penganiayaan yang dialami Rita dan sejumlah orang lain.

Dia menyaksikan sendiri perut Nanik yang sedang hamil muda dipukuli. Meski begitu, dia tidak dianiaya oleh oknum bank plecit itu.

“Ada tiga orang yang melakukan penganiayaan itu. Saya lihat sendiri Mbak Rita dan lainnya dianiaya. Senin sore habis maghrib dan pulangnya setengah dua pagi,” kata dia.

Kalau Bu Kartini kepalanya dipukul pakai buku setoran setumpuk. ‘Kan sudah tua, mungkin syok juga. Sekarang masih opname,” imbuh Hartini.

Hartini juga mengaku pernah meminjam uang ke bank plecit itu. Uang yang dipinjamnya sekitar Rp 1 juta. Uang itu digunakan untuk modal usahanya berjualan tanaman hias secara online. Dia berhutang ke bank plecit karena butuh uang segera dan syarat pengajuan hutang sangat simpel. Syaratnya cuma fotokopi KTP, tanpa pakai jaminan.

Sementara itu, di lokasi bertemunya wartawan dengan korban dan saksi mata juga berkumpul puluhan emak-emak asal Kecamatan Girimarto yang merupakan nasabah bank plecit itu. Mereka pun resah dengan perilaku oknum bank plecit yang sampai melakukan penganiayaan dan juga pengancaman.

Salah satu nasabah, Kurnia Nur Solikah, warga Dusun Jaten Desa Nungkulan Kecamatan Girimarto mengaku pernah mendapatkan ancaman hanya gara-gara dia telat hutang dalam hitungan jam.

“Dia bilang mau dicari, dibawakan gerombolan satu mobil. Pernah diancam mau dibantai, kalimatnya itu mengintimidasi,” kata dia yang juga diamini puluhan emak-emak yang lain.

Para ibu itu menyadari bahwa mereka berhutang, namun mereka siap melunasinya. Yang terpenting bagi mereka adalah penagihan tidak dilakukan dengan cara yang kasar. Kebanyakan dari nasabah itu adalah pedagang, mereka butuh uang cepat untuk modal usahanya.

Baca Juga :  Korban Judi Online Jelas-Jelas Dibodohi Bandar, Nasib Malang Menanti

Pendamping para korban, Tri Haryanto mengatakan hingga saat ini ada tiga korban penganiayaan yang dilakukan oleh oknum bank plecit itu. Mereka adalah Rita, Nanik dan Kartini. Yang paling parah adalah Nanik dan Kartini yang sampai dirawat di dua rumah sakit yang berbeda.

“Tadi saya ditelepon keluarganya Mbah Kartini, istilahnya ketakutan dan bingung mau bagaimana, trauma. Takut kalau diintimidasi,” kata Tri Haryanto.

Bahkan dia juga mendapat laporan ada nasabah yang takut berada di rumah. Sebab nasabah itu dipaksa untuk menandatangani pelunasan hutang sebesar Rp100 juta, padahal hutang nasabah itu hanya Rp4 juta.

Pihaknya pun berharap ada penyelesaian yang dilakukan oleh pihak kepolisian terhadap para korban penganiayaan itu. Dia meminta keadilan ditegakkan seadil-adilnya.

“Kita lakukan pendampingan ke sana (kepolisian) biar mereka melakukan laporan dan memberikan kesaksian apa adanya, biar hukum yang mengadili. Kita ingin kasus ini ditangani serius oleh kepolisian. Di mata hukum kita ini setara, di Indonesia tidak ada yang kebal hukum,” beber Tri Haryanto.

Dihubungi terpisah, Kasat Reskrim Polres Wonogiri AKP Supardi mengaku sudah mendapatkan informasi terkait hal tersebut. Saat ini pihaknya masih melakukan pendalaman. Aris