Beranda Daerah Sragen Ribuan Sopir Truk Demo, Bos Beras Cipinang Asal Sragen Beri Peringatan ke...

Ribuan Sopir Truk Demo, Bos Beras Cipinang Asal Sragen Beri Peringatan ke Pemerintah. “Harga Beras di Jakarta Langsung Meroket Rp 300!”

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan didampingi pengusaha ternama Sragen, Billy Beras saat meninjau pabrik beras di Masaran, Sragen, Sabtu (24/4/2021). Foto/Wardoyo

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Aksi demo menolak kebijakan penindakan truk kelebihan muatan dan berdimensi lebih atau over dimension-over load (ODOL) di berbagai daerah, mulai berimbas buruk terhadap stabilitas pangan nasional dan Jakarta.

Banyaknya aksi demo dan mogok para awak angkutan barang itu, telah memicu kenaikan harga semua komoditi di ibukota Jakarta.

Wakil Ketua Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras Indonesia (Perpadi) DKI Jakarta, Billy Haryanto pun angkat bicara. Ia memperingatkan pemerintah terkait kebijakan penerapan ODOL yang berpotensi membuat kegaduhan stabilitas logistik nasional.

Hal itu dilontarkan menyusul imbas buruk demo penolakan ODOL yang mulai berdampak ke Jakarta.

Billy, pengusaha beras asli Sragen yang berkecimpung di Pasar Induk Cipinang itu mengatakan kenaikan harga beras di Pasar Induk Cipinang mulai merangkak naik Rp 300 perkilogram.

Kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , ia menyampaikan imbas banyaknya demo awak angkutan barang menolak ODOL, berimbas buruk ke Jakarta.

Seperti komoditas beras yang hari ini masuk ke Pasar Induk Cipinang, Jakarta Timur mulai berkurang drastis.

“Jika biasanya perhari pasokan beras ke pasar terbesar di Jakarta itu mencapai 2.500 ton, hari ini hanya 1.000 ton saja,” paparnya Rabu (23/2/2022).

Dampak berkurangnya pasokan itu, akhirnya memaksa harga jual beras mulai naik.

Pengusaha nasional kelahiran Sragen itu menyebut hari ini, harga beras sudah naik antar Rp 200 hingga Rp 300 perkilogram.

Baca Juga :  AKBP Petrus Paringotan Silalahi Pimpin Apel Pergeseran Pasukan Sebanyak 3.480 Personel Untuk Amankan Pilkada Sragen 2024

“Karena banyak demo ODOL dan angkutan tidak jalan, pasokan beras ke Jakarta menjadi berkurang. Harga hari ini mulai naik. Saat ini harga beras naik di angka Rp 200 sampai Rp 300 per kilogram,” urainya.

Ancam Stabilitas Logistik

Billy menguraikan kebijakan penerapan pembatasan ODOL itu dipandang tidak tepat.

Ia justru menilai penerapan itu justru bisa menjadi bumerang terhadap stabilitas komoditas pangan nasional. Kebijakan itu dinilai ekstrim dan dampaknya juga cukup ekstrim.

Hal itu terbukti tidak hanya beras yang harganya melambung, hari ini semua komoditas logistik juga mulai mengalami kenaikan harga akibat menurunnya pasokan dari daerah.

Termasuk komoditas cabai yang turut terkatrol harga gara-gara pasokan berkurang dampak kebijakan ODOL.

“Kebijakan ODOL itu lebih banyak mudaratnya. Hari ini semua logistik mulai bermasalah. Bukan hanya beras, komoditas lain juga mulai naik harga. Pemerintah harus mengkaji ulang,” terangnya.

Oleh sebab itu, Billy pun meminta pemerintah meninjau kembali kebijakan tersebut agar alur logistik kembali normal.

Sebab jika dibiarkan apalagi diteruskan, dikhawatirkan akan makin memperburuk keadaan dan stabilitas pangan nasional.

“Ini kebijakan sangat ekstrim, dampak yang ditimbulkan juga ekstrim. Harus dikaji ulang agar alur ketersediaan logistik kembali normal,” tandasnya.

Baca Juga :  Mantap! PAD Sektor PBB di Sragen Tembus 100 Persen, Ini Kata Bupati Yuni

Pernyataan itu dilontarkan menyusul banyaknya aksi demo sopir angkutan barang di beberapa daerah seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat beberapa hari terakhir.

Diperkirakan ada ribuan sopir truk di berbagai daerah di Jawa yang menggelar demo dan mogok sebagai bentuk penolakan kebijakan ODOL.

Mereka menggelar demo memprotes aturan Kementerian Perhubungan tentang muatan truk obesitas atau over dimension over loading (ODOL).

Demo digelar menyikapi rencana Kementerian yang akan menerapkan kebijakan zero ODOl mulai 1 Januari 2023.

Sopir meminta pemerintah mengkaji ulang aturan larangan truk ODOL, karena dinilai merugikan perusahaan pengangkutan. (Wardoyo)