Beranda Daerah Wonogiri Kronologi penemuan kasus Antraks Wonogiri, awalnya beli 2 ekor sapi dari Gunungkidul

Kronologi penemuan kasus Antraks Wonogiri, awalnya beli 2 ekor sapi dari Gunungkidul

Sapi
Petugas memeriksa ternak sapi. Dislapernak Wonogiri

WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM Kasus antraks Wonogiri menjadi kali pertama ditemukan akhir tahun lalu.

Dalam kasus antraks Wonogiri ditemukan di dua sapi yang mati mendadak.

Kepala Dinas Kelautan, Perikanan dan Peternakan (Dislapernak) Wonogiri Sutardi mengatakan pihaknya mendapati ada dua sapi di Desa Pucung Kecamatan Eromoko Wonogiri yang mati mendadak di tahun 2021 lalu.

Dua sapi itu diketahui didapat warga dari Gunungkidul DIY dimana di wilayah itu terdapat kasus antraks.

“Kemungkinan ada transaksi jual beli sapi oleh warga. ‘Kan masuk di perbatasan dengan Gunungkidul itu,” kata dia Selasa (8/3).

Dia lantas menceritakan kronologi penemuan kasus antraks Wonogiri.

Awalnya, diketahui ada sapi di wilayah itu yang mati mendadak, dinas yang mendapatkan laporan langsung bergerak ke lokasi adanya sapi yang mati mendadak.

Sampel jaringan atau darah sapi langsung diambil oleh petugas untuk pemeriksaan laboratorium.

Baca Juga :  Pemuda Asal Semarang Kedapatan Bawa Sabu di Wonogiri

Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium, sapi itu terinfeksi antraks alias penyakit yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis.

“Temuan itu sudah langsung bisa diatasi. Ndak ada masalah. Sapi-sapi di daerah perbatasan langsung kita vaksinasi setelah itu,” kata Sutardi.

Dia juga memastikan, hanya ada dua sapi yang terpapar antraks di tahun lalu. Sementara hingga saat ini, tidak ditemukan lagi kasus sapi yang mati karena antraks.

Sementara untuk dua sapi yang mati karena antraks langsung dikubur.

Menurut Sutardi, sapi yang mati karena antraks tidak boleh disembelih hingga mengeluarkan ceceran darah, sapi yang mati karena antraks juga tidak boleh dikonsumsi manusia.

“Masyarakat perlu mengetahui, sapi yang mati mendadak jangan di-judge kalau mati karena antraks. Ini perlu dipahami masyarakat,” tegas Sutardi.

Sebab, imbuh dia, perlu dilakukan pemeriksaan sampel darah atau jaringan sapi untuk mengetahui apakah sapi yang mati mendadak itu terkena antraks atau tidak.

Baca Juga :  Birokrasi Boros Jadi Kendala Penghematan Anggaran, Terbiasa Belanja ATK dan Rapat Teknis Berbiaya Besar

“Kalau ada kejadian sapi mati harus lapor kepada kami. Kalau mati harus dikubur dan tidak boleh dikonsumsi,” tegas dia. Aris