SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Pemkab Sragen menggeber operasi pasar minyak goreng untuk mengantisipasi kelangkaan minyak goreng yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir.
Bupati pun berharap pemerintah pusat bisa segera mengambil langkah untuk menstabilkan harga dan menjamin pasokan minyak goreng aman.
Bupati Kusdinar Untung Yuni Sukowati mengatakan sejauh ini Pemkab sudah menggelar operasi pasar migor di dua kecamatan yakni Miri dan Jenar.
Sebanyak 36.000 liter minyak goreng disediakan untuk warga di dua kecamatan itu dengan jatah masing-masing warga satu liter.
Pihaknya berharap, dengan adanya operasi pasar minyak goreng ini dapat menekan harga dan bisa membantu masyarakat.
Yuni mengatakan operasi pasar minyak goreng ini hanya untuk konsumsi masyarakat dan tidak untuk kebutuhan toko ataupun pedagang.
“Semoga bisa membantu masyarakat, jadi memang tidak untuk pola konsumtif terlebih dahulu. Tetapi untuk kebutuhan internal rumah tangga, bukan untuk kulakan pedagang,” katanya.
Yuni melanjutkan, minyak goreng ini menjadi masalah nasional tidak dan hanya masalah di daerah-daerah.
“Harapannya pemerintah pusat bisa menstabilkan harga dan pasokan barang aman. Sehingga harga bisa stabil kembali seperti semula,” paparnya kepada wartawan di Sragen, Jumat (4/3/2022).
Perajin Mengeluh
Sebelumnya, sejumlah perajin home industri makanan ringan di Sragen menjerit menyusul kondisi harga minyak goreng yang tak kunjung bersahabat.
Tak hanya membengkaknya biaya produksi, mahalnya minyak goreng juga membuat omzet serta keuntungan mereka merosot drastis.
Keluhan itu salah satunya diungkapkan Tina (53) pengrajin makanan ringan pangsit dan kripik tempe asal Dukuh Nganti, Desa Ngandul, Kecamatan Sumberlawang.
Ia mengatakan kelangkaan minyak goreng dan tingginya harga sudah terjadi satu bulan. Tingginya harga minyak goreng berimbas buruk mempengaruhi usahanya.
Yakni ongkos produksi yang makin mahal sehingga membuat keuntungan menurun drastis.
“Iya pengaruh besar sekali Mas. Biasanya penghasilan lumayan. Sekarang sejak minyak mahal pendapatan sangat kecil. Karena ini kan membutuhkan minyak goreng tapi harganya mahal dan sulit Mas,” kata Tina kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Selasa (1/3/2022).
Ia menuturkan sekali produksi pangsit, Tina membutuhkan 25 kg tepung terigu dan 5 kg minyak untuk menggoreng.
Saat ini harga minyak goreng satu kardus sudah menembus Rp 237.000 isi 6 bungkus minyak goreng 2 literan. Padahal biasanya 1 kardus paling mahal hanya Rp 145.000.
“Sudah mahal, sulit pula mendapatkannya. Saya sampai nyari ke Solo sama suami. Harapan saya pada pemerintah agar bisa membantu menurunkan harga dan bisa stabil lagi harganya tidak sulit cari minyak. Syukur-syukur usaha kecil seperti ini bisa dapat bantuan dari pemerintah di saat seperti ini,” tandasnya.
Bagi Tina, minyak goreng menjadi salah satu bahan pokok produksi. Sebab selain pangsit, ia juga memproduksi tempe kripik, kembang goyang, kripik pisang yang semuanya melalui proses penggorengan.
Keluhan serupa juga disampaikan belasan perajin makanan ringan marneng di sentra produksi marneng Desa Plupuh, Kecamatan Plupuh, Sragen mengeluhkan masih tingginya harga minyak goreng belakangan ini.
Mereka pun terpaksa mengurangi produksi, menaikkan harga jual hingga mengurangi takaran kemasan demi bisa bertahan.
Sunar alias Muhammad Istamar (52) salah satu perajin marneng di Dukuh Bugel Gede RT 15, menuturkan saat ini hampir semua perajin marneng di desanya mengeluhkan mahalnya harga minyak goreng.
Saat ini harga minyak masih mencapai Rp 17.000 hingga Rp 18.000 perliter atau perkilo. Harga itu sangat membebani karena jauh di atas harga normal minyak goreng yang biasanya paling mahal hanya Rp 12.000.
Minyak goreng subsidi yang oleh pemerintah dibanderol Rp 14.000 hingga kini masih sulit didapat.
“Kalau barangnya nggak susah, tapi kendalanya harganya masih tinggi. Teman-teman perajin marneng di sini pada ngeluh semua. Harga minyak mahal terus,” paparnya.
Ia menguraikan untuk sekali penggorengan di tempatnya rata-rata membutuhkan sekitar 3 jeriken minyak goreng atau sekitar 50 sampai 60 liter. Wardoyo