SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM —-Obat-obatan tradisional yang mengandung zat berbahaya atau bahan kimia banyak ditemukan di beberapa wilayah di Jawa Tengah. Bahkan bahan kimia obat tersebut banyak ditemukan tanpa diketahui takarannya secara pasti.
Hal ini diutarakan, Novi Eko Rini, Koordinator Sub Kelompok Substansi Informasi dan Komunikasi Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Semarang, Sabtu, (23/4/2022) di sela-sela sosialisasi cerdas memilih obat yang aman yang ditujukan pada para pedagang pasar yang ada di Solo.
“Di lapangan banyak ditemukan bahan kimia obat pada jamu. Ini temuan paling banyak sekali terakhir kemarin di Bandung dan Bogor. Kalau wilayah Jawa Tengah ada di daerah Brebes dan Tegal. Kemudian kalau untuk kosmetik yang mengandung bahan berbahaya atau yang tanpa izin edar ada di daerah Kudus,” terangnya.
Temuan-temuan tersebut tentunya dapat menyebabkan efek yang tidak baik bagi kesehatan. “Meskipun obat tradisional tapi sudah dicampuri bahan kimia obat. Jadi kita tidak tahu takarannya itu seberapa. Makanya ini kami lakukan sosialisasi bekerja sama dengan Komisi IX DPR RI,” imbuh Novi.
Menurut Novi, saat ini masih banyak pedagang-pedagang di pasar yang belum bisa mengetahui dan membedakan produk pangan, kosmetik, suplemen kesehatan, serta obat tradisional yang baik dan tidak berbahaya.
“Karena dia (sales) biasanya arahnya ke pelosok pelosok desa. Jadi kami beruntung bekerja sama dengan Komisi IX karena wilayahnya ke desa-desa. Jadi kami bisa menyampaikan contoh-contoh produk dan efeknya bagi kesehatan,” paparnya
Hingga kini bahkan sudah banyak obat tradisional yang ditarik dari peredaran. “Kalau menemukan akan kita hold supaya tidak jual lagi. Penggunanya untuk di Indonesia masih banyak, kemarin di Tegal saja kami jumpai ada yang memakai obat tradisional, dengan kandungan deksametason,” pungkasnya.
Sementara itu menurut Muchammad Nabil Haroen atau akrab disapa Gus Nabil, Anggota Komisi IX DPR RI, melalui kesempatan tersebut para pedagang diberikan edukasi supaya dapat memilih makanan ataupun obat tradisional yang dijual yang aman untuk dikonsumsi.
“Kita berikan sosialisasi terlebih dahulu, karena kedepan kita akan sidak lanngsung mengecek langsung ke pasar seperti apa yang ada di pasar. Sifatnya kita pendampingan, kalau pedagang ini kedepan ada yang menjual makanan dengan bahan yang berbahaya tentu salahnya bukan dimereka karena ini hilirnya, hulunya yang nanti akan kita kejar,” pungkas Gus Nabil. (Ando)