SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Keluarga besar mantan Bupati Sragen atau Bupati sepuh, Untung Wiyono mewakafkan total 14 bidang tanah pekarangan untuk dibangun pondok pesantren (Ponpes) gratis.
Pondok pesantren yang diberi nama Ponpes As Sholawat itu dibangun di kampung kelahirannya di Dukuh Ndayu, Desa Jurangjero, Kecamatan Karangmalang, Sragen.
Penandatanganan dan penyerahan wakaf itu digelar di Masjid Al Hidayah yang berada di Ndayu, Jurangjero, Senin (18/4/2022).
Prosesi ikrar dan penyerahan dihadiri langsung oleh Bupati sepuh Untung Wiyono, sang istri, putri sulungnya sekaligus Bupati Sragen saat ini Kusdinar Untung Yuni Sukowati, putranya Untung Wibowo Sukowati, dan anggota keluarga lainnya.
Kades Jurangjero, Prantiyono mengatakan 14 bidang tanah pekarangan itu diwakafkan atas tiga nama. Yakni 10 bidang atas nama Bupati sepuh, 2 bidang atas nama Untung Wibowo Sukowati dan dua lainnya dari Mbah Sastro atau kerabat.
Empat belas bidang tanah yang diwakafkan itu luasnya lebih dari 10.000 M2 dan berlokasi di RT 27, 28 dan 29.
“Iya, tadi digelar ikrar penyerahan tanah wakaf 14 bidang seluas 10.000 m2 lebih dari Pak Bupati sepuh Pak Untung Wiyono, Mas Bowo dan Mbah Sastro. Tadi yang membacakan ikrar Bu Bupati Yuni mewakili para wakif (pemberi wakaf). Semua keluarga beliau juga hadir menyaksikan,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Senin (18/4/2022).
Sesuai amanah, di tanah wakaf itu nantinya akan dibangun Ponpes As Sholawat yang dikelola oleh yayasan As sholawat.
Proses pembangunan sudah dimulai beberapa waktu lalu dan saat ini sudah berdiri pondok untuk 4 kelas.
Kades menyampaikan Ponpes As Sholawat akan dibuka untuk umum dan biayanya digratiskan.
“Ini sudah dibuka tapi baru 4 kelas. Proses pembangunan nanti bertahap karena pendanaan juga banyak miliaran mungkin. Nanti semua gratis. Siswa yang mondok di situ juga bisa sekolah di pendidikan formal,” terangnya.
Pemdes menyambut positif penyerahan 14 bidang tanah wakaf untuk pendirian Ponpes As Sholawat.
Menurutnya kehadiran Ponpes itu akan sangat membantu menyelamatkan generasi muda yang dimungkinkan terkendala biaya untuk melanjutkan pendidikannya.
“Tentu akan sangat menolong sekali, karena mondoknya gratis. Di samping anak-anak bisa sekolah secara formal, juga bisa mondok di situ. Sehingga membantu masyarakat yang kurang mampu tapi anaknya ingin sekolah atau mondok. Jadi bisa menyelamatkan dari putus sekolah dan garis kemiskinan,” tandasnya. Wardoyo