WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM — Kalau ingin mengetahui bukti nyata toleransi beragama datanglah ke Timang Etan Wonokerto Wonogiri.
Di Timang Etan Wonokerto Wonogiri terdapat dua tempat ibadah yang dibangun bersebelahan, ya ada masjid bersebelahan dengan gereja.
Peluru diketahui masjid bersebelahan dengan gereja itu tidak hanya dibangun belakangan, melainkan sudah 40an tahun.
Jadi masjid bersebelahan dengan gereja itu adalah Masjid Nurul Huda dan Gereja Kristen Jawa (GKJ) Pepanthan Timang, yang terletak di Dusun Timang Etan Desa Wonokerto, Kecamatan Wonogiri.
Menurut salah satu warga, Wisnu Tri Pranoto
kedua tempat ibadah itu dibangun sekitar tahun 1980-an.
“Masyarakatnya juga sudah tidak ada jarak pemisah, berbaur semua,” ungkap Wisnu Tri Pranoto belum lama ini.
Menurut Wisnu, dulu di samping GKJ Pepanthan Timang berdiri Gereja Katolik Roh Kudus Timang.
Namun kini, gereja Katolik tersebut berpindah tempat, yakni bergeser 500 meter ke arah barat, sedang bekas gereja itu kini ditempati bangunan Puskesmas Pembantu (Pustu) Dusun Timang, untuk masjid bersebelahan dengan gereja masih digunakan.
“Sudah seperti tradisi. Waktu jaman kecil saya, kalau umat muslim Lebaran, kami yang umat Nasrani ikut juga Lebaran, datang ke rumahnya Pak Kadus biar dapat fitrah. Saat salat Idul Fitri, kami ikut berjaga di luar masjid. Begitu sebaliknya, waktu kami merayakan Natal dan Tahun Baru,” beber dia.
Menurut Wisnu, hingga saat ini toleransi umat beragama di dusun itu tetap terjaga, tidak pernah terjadi gesekan, selalu adem ayem dan guyub rukun.
Kepala Desa Wonokerto Suyanto mengatakan, teloransi antar umat beragama di wilayahnya sampai saat ini tetap terjaga. Adanya tempat ibadah masjid bersebelahan dengan gereja adalah salah satu bukti kuatnya toleransi umat beragama.
Ditambah lagi pihaknya juga mempelopori terbentuknya Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Desa Wonokerto anggotanya terdiri dari masyarakat setempat dari berbagai unsur keagamaan.
Terbentuknya FKUB itu sekitar tahun 2018, ketika ada kerusuhan bom di gereja di Surabaya, Jatim.
Suyanto menambahkan, kerukunan umat beragama di wilayahnya patut dicontoh daerah lain.
Kalau Idul Fitri, umat Nasrani menjaga di luar sekaligus mengatur lalu lintasnya. Begitu pula ketika Natal, umat muslim yang berjaga dan mengatur lalu lintas. Saling bahu membahu pokoknya. Aris Arianto