SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Sedikitnya 150an warga di lima RT di Dukuh Kowang, Desa Ngargotirto, Kecamatan Sumberlawang, Sragen kini terpaksa beribadah di rumah kosong yang dijadikan masjid darurat.
Rumah milik warga itu dijadikan tempat ibadah sementara lantaran masjid utama di dukuh itu yakni Masjid Al Fatah terlanjur dirobohkan.
Sementara dana pembangunan masjid baru senilai lebih dari Rp 1 miliar yang dijanjikan seorang dermawan asal Jakarta, hingga kini tak kunjung turun.
Pantauan JOGLOSEMARNEWS.COM Selasa (5/4/2022), masjid darurat itu berlokasi di seberang lokasi masjid lama.
Berjarak sekitar 100 meter dari masjid lama yang sudah dipugar dan kini tengah memulai pembangunan baru dari dana seadanya.
“Yang dijadikan masjid sementara ini rumah kosong. Ini untuk kegiatan ibadah warga sini. Tidak mengurangi aktivitas kemasjidan. Anak-anak masih bisa ngaji, pengajian ibu-ibu, kultum, tarawih, pengajian anak TPA juga masih jalan di tempat ini,” ujar Ustadz Muhammad Sholeh, imam masjid Al Fatah Dukuh Kowang, Selasa (5/4/2022).
Ia mengisahkan masjid yang lama memang sudah terlanjur dirobohkan Februari 2022 kemarin.
Selain kondisi masjid yang dirasa sudah rapuh, adanya donatur asal Jakarta yang siap mendanai menjadi alasan perobohan masjid yang lama.
“Dulu juga dimusyawarahkan. Saat itu ada pihak yang siap mendanai sampai selesai. Bahkan bisa jadi 6 sampai 10 bulan. Dulu bilangnya Hari Raya bisa jadi. Tapi ketika masjid sudah dirobohkan, donaturnya transfernya Rp 10 juta,” urainya.
Meski hanya di masjid darurat, kegiatan ibadah warga sekitar masih berjalan seperti biasa. Hanya, keluhannya agak canggung karena biasanya ibadah di masjid kini harus di tempat darurat.
Kendati demikian, ia mengapresiasi semangat warga untuk tetap menjalankan ibadah ramadhan di masjid darurat.
“Alhamdulillah malah semangat. Mereka tenang karena masjid jelas dibangun. Kalau jemaah sini 100 orang lebih. Semua tarawih di rumah ini,” imbuhnya.
Salah satu jemaah, Jumadi (56) mengakui meski tak mengurangi kekhusyukan, beribadah di masjid darurat rumah kosong itu tetap memberikan rasa berbeda.
“Kalau saya merasa tetap nyaman. Tapi memang nggak senyaman kalau di masjid asli. Saya salat wajib dan tarawih di sini (masjid darurat) terus kalau pas tarawih banyak, jemaahnya sampai 150an, tetap ramai meski darurat,” kata dia. Wardoyo