JOGLOSEMARNEWS.COM Umum Nasional

Selamat Jalan Buya Syafii, Semoga Benih Toleransi Kau Tanamkan Terus Bertumbuh

Alm Buya Syafii Maarif / tribunnews
ย ย ย 

SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM โ€“ Bangsa dan rakyat Indonesia, bahkan dunia tengah berduka dengan berpulangnya Prof Dr Syafii Maarif pada Jumat (27/5/2022) pagi.

Wafat di usia 86 tahun, cendekiawan Indonesia yang akrab disapa Buya Syafii ini meninggalkan banyak jejak intelektual dan kebijaksanaan.

Kirah Buya Syafii dalam gerakan toleransi kegamaan tak diragukan lagi. Pada tahun 2008 ia memperoleh penghargaan Ramon Magsasay Award Foundation (RMAF).

Penghargaan itu diberikan karena komitmen dan kesungguhannya dalam membimbing umat Islam untuk menyakini dan menerima toleransi dan pluralisme sebagai basis keadilan dan harmoni di Indonesia, bahkan di dunia.

Selama hidupnya, Buya Syafii dikenal sebagai sosok yang unik dan menarik. Terutama, karena pemikirannya dianggap sangat kontroversial oleh sebagian kalangan.

Pemikiran dan pandangannya senantiasa aktual (update) dengan konteks keislaman dan keindonesiaan secara universal.

Karena itu, tak mengherankan jika hingga skarang, pemikiran dan pandangan Buya Syafii masih terus menjadi tema diskusi dalam banyak kesempatan.

Baca Juga :  Tolak Bobby Nasution di Pilgub Sumut, Pengamat: PDIP Harus Punya Calon Internal yang Kuat

Buya Syafii lahir di Sumpur Kudus, Minangkabau pada 31 Mei 1953 dari pasangan Ma’rifah Rauf Datuk Rajo Malayu dan Fathiyah. Pendidikannya dimulai dari Sekolah Rakyat (SR) Negeri Sumpur Kudus, Sumatera Barat.

Buya Syafii melanjutkan pendidikan ke Madrasah Muโ€™allimin Muhammadiyah Lintau, Sumatera Barat dan melanjutkan sekolah ke Madrasah Muโ€™allimin Muhammadiyah Jogjakarta.

Selanjutnya, dia kuliah di Universitas Cokroaminoto Surakarta jurusan sejarah IKIP Jogjakarta. Sebuah lompatan dilakukan ketika dia melanjutkan pendidikan S2 jurusan Sejarah di Ohio State University dan S3 Pemikiran Islam di Chicago University.

Di bidang organisasi, Buya Syafii pernah dipercaya menjabat Ketua Umum PP Muhammadiyah pada tahun 1998-2005.

Sebagai cendekiawan, dia pernah pula menjadi Pemimpin Redaksi majalah Suara Muhammadiyah Yogyakarta pada tahun 1988-1990, Presiden World Conference on Religion for Peace (WCRP) dan pendiri Maarif Institute.

Baca Juga :  Peluang Pertemuan Prabowo-Mega Lebih Besar Ketimbang Jokowi-Mega

Kecendekiawanan Buya Syafii tak diragukan lagi, salah satunya tercermin dari buku karyanya Membumikan Islam: Dari Romantisme Masa Silam Menuju Islam Masa Depan (2019). Buku ini mengulas tentang konsep demokrasi Islam, keislaman dan keindonesiaan.

Untuk merealisasikan gagasan-gagasan yang concern terhadap isu-isu keislaman dan demokrasi, pada 28 Februari 2003, Buya Syafii mendirikan Maarif Institute for Culture abd Humanity.

Lembaga itu didirikan sebagai bentuk kesadaran akan pentingnya institusi kultural yang memperjuangkan dan mensosialisasikan watak dan ciri khas Islam Indonesia sebagai agama rahmatan li al-alamin, inklusif dan toleran, serta memiliki kesesuaian dengan demokrasi yang berpihak kepada keadilan.

Selamat jalan Buya Syafii, semoga benih-benih toleransi dan pluralisme yang kau tanamkan senantiasa tumbuh sumber di hari setiap insan… Yona Putri R / Suhamdani

Diolah dari berbagai sumber

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com