SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Wakil Ketua Komisi C DPRD Provinsi Jateng, Sriyanto Saputro mengajak masyarakat untuk mencintai dan melestarikan seni karawitan gaya Sragenan.
Bahkan ia mendukung dan mendorong karawitan gaya Sragen bisa masuk kurikulum muatan lokal (Mulok) pembelajaran di sekolah dasar.
Hal itu ia sampaikan saat hadir sebagai pembicara dalam kegiatan seminar parlementer di Dukuh Tunggulsari RT 31 Desa Ngarum, Kecamatan Ngrampal, Sragen, Sabtu (25/6/2022) malam.
Dialog dan seminar dengan tema “Membangkitkan Karawitan Gaya Sragenan” itu dihadiri oleh pengamat budaya, Robert Aris Widodo dan maestro seni karawitan gaya Sragenan asal Ngarum, M Karno KD.
Ratusan tokoh dan warga berbagai desa serta pecinta seni karawitan di Ngrampal dan sekitarnya turut hadir memeriahkan.
Sriyanto yang duduk sebagai Wakil Ketua Komisi C DPRD Jateng, menyampaikan seminar itu digelar untuk membangkitkan kembali seni karawitan gaya Sragenan yang penemunya ternyata adalah orang Ngarum bernama Mbah Karno KD.
Dengan keunikan serta gaya khas yang rancak untuk dinikmati, menurutnya karawitan gaya Sragenan memiliki potensi besar untuk terus dikembangkan dan dilestarikan.
“Sebagai anggota DPRD Jawa Tengah dan kebetulan Sragen ini merupakan Dapil saya, saya merasa terpanggil untuk melestarikan tradisi kesenian karawitan gaya Sragenan ini. Jangan sampai anak cucu kita tidak mengenal, jangan sampai juga orang Sragen tidak tahu punya potensi karawitan kaya Sragenan yang asyik untuk jogetan,” papar Sriyanto kepada JOGLOSEMARNEWS.COM .
Go Internasional
Legislator asal Dapil Sragen, Wonogiri, Karanganyar itu berharap melalui event-event seperti ini, bisa mengenalkan karawitan khas Sragenan kepada masyarakat luas dan generasi muda.
Sehingga ke depan, karawitan asli Sragen bisa semakin dikenal, dicintai masyarakat dan bahkan bisa go internasional.
Ia juga mendukung keinginan pegiat seni dan akan berkolaborasi dengan stake holder terkait agar karawitan menjadi muatan lokal di jenjang pendidikan SD di Sragen.
Dengan begitu maka karawitan akan bisa dikenalkan sejak dini melalui bangku sekolah sehingga tidak kehilangan generasi penerus.
Ia juga menggagas perlunya digelar kompetisi karawitan gaya Sragenan mengingat banyaknya kelompok seni karawitan yang ada di Bumi Sukowati.
“Biar nanti tidak kepaten obor sehingga masyarakat masih bisa menikmati karawitan Gaya Sragenan yang memang hits ini. Ini jadi tanggungjawab kita bersama. Harapan kami karawitan gaya Sragen ini semakin dikenal, bahkan go internasional. Saya sangat mengapresiasi antusias masyarakat dan pecinta seni malam ini sangat luar biasa,” tandasnya.
Masuk Muatan Lokal
Pengamat seni, Robert Aris Widodo menyampaikan pentingnya peran pemerintah daerah untuk memfasilitasi agar pelaku seni dan generasi muda bisa terus eksis.
Salah satunya seperti yang dilakukan di Solo, di mana memberikan bantuan gamelan di setiap kelurahan. Sehingga bisa mengenalkan karawitan di tingkat kelurahan.
“Kalau Solo bisa, kenapa di kabupaten lain tidak. Mungkin juga dari SD dan SMP harus lebih dikenalkan lagi seni karawitan supaya lebih dikenal dan kalau diberi bantuan karawitan maka masyarakat akan bisa berlatih,” ujarnya.
Sementara, maestro karawitan Sragenan asal Ngarum, Mbah Karno KD sangat berharap seni karawitan bisa dimasukkan ke muatan lokal di pelajaran SD.
Karenanya ia meminta agar DPRD Jateng melalui peran Sriyanto Saputro untuk mendorong dinas terkait agar memperjuangkan karawitan masuk di mulok.
“Terutama di jenjang SD, agar karawitan ini bisa menjadi muatan lokal setidak-tidaknya masuk kurikulum begitu. Sehingga karawitan ini akan lebih maju dan membahana lagi. Apalagi Pak Sriyanto Saputro ini juga senang dengan kesenian Jawa,” ujarnya.
Tak kalah penting, Mbah Karno juga berharap adanya dukungan sarana prasarana yakni perangkat gamelan untuk masyarakat maupun sekolah.
Sehingga ada sarana untuk berlatih bagi warga maupun siswa yang nantinya akan menjadi generasi penerus untuk kelestarian seni karawitan gaya Sragenan. Wardoyo