Beranda Daerah Boyolali Pentas Wayang Kulit di Pendapa Ageng Boyolali Dipadati Penonton

Pentas Wayang Kulit di Pendapa Ageng Boyolali Dipadati Penonton

Pagelaran wayang kulit di Pendapa Ageng Kabupaten Boyolali / Foto: Waskita

BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM Pentas wayang kulit semalam suntuk di Pendapa Ageng, Kabupaten Boyolali, Kamis (10/6/2022) malam, seakan mengobati rasa kangen masyarakat terhadap seni wayang.

Pentas yang menghadirkan dalang Ki Margono dengan lakon Jimat Kalimasada dipadati penonton.

Para pejabat, termasuk Bupati M Said Hidayat dan jajarannya duduk di kursi di belakang layar.

Sedangan penonton di belakang niyaga dengan duduk di karpet yang telah disediakan. Masyarakat betah duduk hingga pentas usai.

Sebelum pentas, Bupati sempat mengenalkan tiga dalang cilik yang akan pentas pada Sabtu (11/6/2022) siang.

Ketiga dalang tersebut yaitu, Yesaya Abimanyu Pradipta siswa TK Imanuel Boyolali.

Kemudian Radite Hanung Putra Eris Sandi, siswa kelas VI SD Santo Fransiskus dan Fathir Narendra Widhitama, siswa kelas IV SD Negeri 5 Boyolali.

Mereka bertiga akan membawakan lakon Wahyu Makutarama secara bergantian yang juga digelar di Pendapa Ageng dalam pentas wayang kulit itu.

“Saya ucapkan terima kasih kepada orang tua yang mendidik anaknya menjadi dalang,” ujar Bupati.

Baca Juga :  Sosialisasi 4 Pilar DPR RI, Adik Sasongko Membahas Tantangan NKRI di Era Digital

Bupati sempat mengetes Yesaya Abimanyu dengan menunjukkan nama salah satu tokoh wayang. Yesaya dengan cepat menjawab mantap,”Bambang Sekutrem.”

“Weh benar ki,” ucap Bupati seraya tersenyum.

Adapun cerita Jimat Kalimasada yang dipentaskan tadi malam bercerita tentang asal usul terciptanya pusaka Jamus Kalimasada.

Awalnya, ada seorang raja bernama Prabu Kalimantara dari Kerajaan Nusahantara yang menyerang kahyangan.

Dia membawa serta para pembantunya, yaitu Sarotama dan Ardadedali. Dengan mengendarai Garuda Banatara, Kalimantara mengobrak-abrik tempat tinggal para dewa.

Batara Guru raja kahyangan meminta bantuan Bambang Sakutrem dari pertapaan Sapta Arga untuk menumpas Kalimantara.

Dengan menggunakan kesaktiannya, Sakutrem berhasil membunuh semua musuh para dewa tersebut. Jasad mereka berubah menjadi pusaka.

Kalimantara berubah menjadi kitab bernama Jamus Kalimasada, Sarotama dan Ardadedali masing-masing menjadi panah, sedangkan Garuda Banatara menjadi payung bernama Tunggulnaga.

Sakutrem kemudian memungut keempat pusaka tersebut dan mewariskannya secara turun-temurun, sampai kepada cicitnya yang bernama Resi Wiyasa atau Abiyasa.

Baca Juga :  Sosialisasi 4 Pilar DPR RI, Adik Sasongko Membahas Tantangan NKRI di Era Digital

Ketika kelima cucu Abiyasa, yaitu para Pandawa membangun kerajaan baru bernama Amarta, pusaka-pusaka tersebut pun diwariskan kepada mereka sebagai pusaka yang dikeramatkan dalam istana. Waskita

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.