SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Fakta miris soal batik Sragen yang produksinya cukup banyak namun kalah tenar dibanding batik daerah lain, menuai perhatian dari Komisi X DPR RI.
Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Agustina Wiludjeng Pramestuti memandang perlu ada upaya untuk lebih mengenalkan produk Batik Pilang Sragen ke publik.
Salah satunya dengan menyosialisasikan lewat film dokumenter yang khusus mengupas soal Batik Pilang dan Desa Wisata Batik Pilang.
Minimnya sosialisasi yang spesifik dinilai membuat batik Pilang masih dikenal sebatas pemasok ke daerah lain dan belum punya kekhasan yang menjadi pembeda.
“Saya berharap nanti per desa wisata dibuat seperti film dokumenter. Seperti sandiwara, ada narasinya. Anak-anak muda setempat silakan berkreasi membuat film dokumenternya. Dengan begitu nanti potensi Batik dari Desa Pilang ini akan lebih dikenal,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM saat hadir dalam acara BISA Fest di Desa Pilang, Kecamatan Masaran, Kamis (21/7/2022).
Saat ini, Kementerian Parekraf juga tengah menggulirkan program pembuatan film dokumenter dengan tema kebangkitan pariwisata di masa pandemi.
Dengan dibuat film dokumenter yang durasinya lebih panjang dan mengupas lebih lengkap sebuah potensi wisata, diyakini akan efektif menjadi sarana promosi ke publik.
“Selama ini narasi soal desa wisata kan masih minim. Seperti di Sragen, Goa Mangkubumi, Desa Wisata Batik Pilang, kan hanya sedikit. Baru sebatas video singkat yang dibuat oleh pengunjung. Bukan video yang lengkap mengupas bagaimana sejarahnya, keunggulannya yang membuat rasa penasaran (curiosity) masyarakat itu terjawab,” urainya.
Selain itu, legislator PDIP dari Dapil Sragen, Karanganyar, Wonogiri itu juga memandang perlu dibangkitkan kembali paket wisata membatik di Desa Wisata Batik Pilang Masaran.
Paket wisata yang pernah digagas untuk mengenalkan potensi Batik Pilang namun belum terealisasi akibat terhalang pandemi itu, dinilai bisa dihidupkan kembali.
“Dengan dibuka paket wisata membatik, orang akan tahu bahwa ada Batik Pilang yang punya keunggulan. Ini salah satu cara bagaimana memindahkan konsumen yang selama ini beli batik di Solo, akhirnya bisa menengok sumber pembuatan batiknya sebenarnya di Sragen,” ujarnya.
Ia meyakini paket wisata itu bisa berjalan karena di Desa Wisata Batik Pilang ditopang perajin dan SDM yang banyak.
Kemudian kualitas batik tulis di Pilang juga diyakini tak kalah bagus dari batik daerah lain. Bahkan sepengetahuannya ada batik tulis halus dari Pilang yang berharga mahal dan ternyata banyak dipesan oleh sebuah rumah batik besar di Solo.
“Nanti di Solo, batik itu dibanderol dari sana. Padahal itu batiknya asli diproduksi di Pilang Sragen,” tandasnya.
Harga Terjangkau
Anggota DPRD Sragen sekaligus perajin batik di Desa Pilang, Sugiyamto menyampaikan hampir 70 persen warga di desanya memang berprofesi membatik dengan produksi hampir 50.000 lembar kain batik perhari.
Hampir setiap pekan pula, perajin selalu berkreasi dengan membuat motif baru. Menurutnya salah satu motif batik yang khas dari Batik Pilang adalah batik Soga.
Batik dari Pilang selama ini dipasok ke pasar luar kota seperti ke Solo, Jogja, dan Jakarta. Kendala yang dihadapi saat ini adalah merosotnya harga batik dan lesunya daya beli pasca pandemi.
“Dulu 10 tahun lalu, nyari keuntungan per lembar Rp 10.000-25.000 bisa, sekarang paling hanya Rp 4.000-6.000. Padahal biaya produksi susah mahal. Harapan perajin, tentu pandemi segera berakhir dan penjualan kembali pulih. Saat ini penjualan lebih banyak mengandalkan online atau lewat medsos. Dan persaingannya juga sangat ketat,” tandasnya. Wardoyo