SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Meninggalnya Mantan Menteri PAN-RB, Tjahjo Kumolo, tak hanya membawa duka bagi Indonesia, namun juga bagi kalangan orang-orang yang pernah dekat dan mengenalnya.
Salah satu sosok yang pernah dekat dengan almarhum adalah anggota DPRD asal PDIP, Bambang Samekto.
Mantan Ketua DPRD dan Ketua DPC PDIP itu mengaku sangat kehilangan lantaran pernah dekat dengan Tjahjo semasa menjabat sebagai Sekjen PDIP dan Mendagri.
Tak heran, ketika mendengar kabar duka meninggalnya Tjahjo pada Jumat (1/7/2022) lalu, Bambang spontan tak bisa menahan air matanya.
“Baru kali ini, tokoh nasional meninggal yang membuat saya bisa menangis. Karena saya tahu dan pernah dekat dengan beliau. Rasanya seperti kehilangan seorang sosok orangtua. Karena dulu memang sempat dekat waktu beliau menjabat Mendagri dan masih menjadi Sekjen PDIP,” papar Bambang kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Minggu (3/7/2022).
Bambang menuturkan rasa kehilangannya memang bukan tanpa alasan.
Semasa menjadi Ketua DPC dan DPRD, ia memang kerap berkomunikasi dan sering diminta mendampingi ketika almarhum menggelar kunjungan kerja ke Solo.
Ia mengenang satu hal kebiasaan almarhum tiap kunjungan ke Solo yang dinilainya jauh dari kelaziman seorang pejabat besar. Yakni yang bersangkutan tak pernah mau merepotkan orang lain atau tuan rumah yang dikunjungi.
Hal itu ditunjukkan dengan selalu menyiapkan sendiri kegemarannya sebelum tiba di Solo.
“Suatu saat pernah beliau kunjungan di Solo. Sebelum sampai di Solo sudah telepon dulu nanti disuruh menemani. Saya tahu kegemaran beliau itu gudeg, nasi liwet dan ketan. Saya baru mau pesankan, ternyata beliau itu sudah menyiapkan makanan kegemarannya itu di kamar. Mungkin pesan sendiri. Beliau memang sosok yang nggak mau merepotkan orang lain. Mungkin kalau pejabat kan biasanya tinggal perintah, tapi beliau ini enggak. Sangat care dan nggak mau nyusahin orang lain,” ujarnya.
Tidak hanya itu, ketika kunjungan ke Kemendagri untuk konsultasi bersama anggota DPRD, ia tak pernah lupa menyempatkan waktu untuk menemui almarhum di ruangannya meski hanya ngobrol beberapa saat.
Selain silaturahmi, biasanya almarhum mengajaknya ngobrol ringan soal hal-hal kejawen yang selama ini menjadi klangenan almarhum.
“Beliau sangat paham dan senang bicara tentang Kejawen. Ya apa saja soal ilmu-ilmu Jawa. Beliau sangat menghargai kejawen. Kebetulan beliau itu juga dekat dengan om saya yang dulu satu guru dan pertemanan dengan om saya. Jadi kami bisa dekat,” urainya. Wardoyo